Anda di halaman 1dari 7

Halaman 1

JPII 6 (2) (2017) 206-212

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

MODEL HABITUASI PENERAPAN LINGKUNGAN


PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR

Zaenuri * 1 , Sudarmin 1 , Y. Utomo 2 , E. Juul 3

1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
2 Departemen Kimia, Universitas Negeri Malang, Indonesia

3 Fakultas Pendidikan dan Ilmu Sosial, VIA University College, Denmark

DOI: 10.15294 / jpii.v6i2.10200

Diterima: 15 Agustus th , 2017. Disetujui: 4 September th , 2017. Diterbitkan: 17 Oktober th 2017.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan pendidikan lingkungan di Sekolah Dasar.
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kota Banda Aceh. Subjek penelitian adalah warga sekolah (siswa,
guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah, dan komite sekolah). Penelitian ini dirancang menggunakan kualitatif
pendekatan. Studi ini difokuskan pada implementasi pendidikan lingkungan di sekolah dasar. Data col-
Pemilihan menggunakan instrumen lembar observasi (observasi), wawancara terfokus, dan Diskusi Kelompok Fokus (FGD).
Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan lingkungan
Hal ini dapat diwujudkan dalam pembiasaan untuk menjaga kebersihan pribadi, kebersihan kelas, dan beribadah bersama.
untuk kepercayaan dan olahraganya.

© 2017 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNNES Semarang

Kata kunci: pendidikan lingkungan; pembiasaan; Kebersihan pribadi; kebersihan kelas; beribadah bersama

PENGANTAR mengurangi ketergantungan manusia pada alam dan


lingkungan sosial.
Kerusakan lingkungan tidak mungkin terjadi Afandi (2013) menyatakan bahwa lingkungan
dicegah atau dihindari, tetapi bisa secara sistematis pendidikan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah
dikontrol dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan sebagai sumber belajar akan membuat hijau
ment, didukung oleh Education for Sustainable sekolah. Menurut Ozden (2008), banyak orang
Pengembangan (ESD). ESD dapat diperkenalkan dia percaya bahwa pendidikan lingkungan adalah
dalam berbagai jenjang pendidikan, baik melalui faktor terpenting untuk mencegah lingkungan
kegiatan intra atau ekstra kurikuler. Satu solusi masalah. Penelitian oleh Prabawani et al. (2017);
untuk menanamkan karakter dan sensitivitas pada Bahri, (2016) menunjukkan bahwa dengan menerapkan ESD, el
aspek budaya, lingkungan, dan ekonomi siswa sekolah ementary di Kota Semarang miliki
untuk membimbing siswa di lingkungan yang tepat pemahaman yang lebih baik dalam pilar pembelajaran
adalah Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan pembangunan berkelanjutan alam, sosial, dan ego.
Pendekatan yang disingkat ESD (Rohmah, Siswa yang aktif di sekolah juga harus
2014). ESD dikembangkan di beberapa negara itu dapatkan pendidikan tentang karakter lingkungan
memiliki masalah lokal yang membawa dampak global perawatan mental untuk memainkan peran aktif sebagai mereka
(Segara, 2015). ESD setara dengan lingkungan orang tua (Prasetiyo & Suyanto, 2013).
pendidikan mental (Nomura, 2009). Menurut Berbagai pihak (pemerintah, perusahaan
untuk Suduc, et al., 2014, ESD adalah tepat nies, dan LSM) telah meluncurkan program ESD.
program pendidikan untuk mendidik orang sejak dini Listiawati (2013) menunjukkan bahwa WWF menanamkan
cinta untuk lingkungan alam dan keanekaragaman hayati,
* Alamat Korespondensi: melatih para guru untuk memasukkan nilai-nilai ini ke dalam
E-mail: zaenuri.mipa@mail.unnes.ac.id

Halaman 2

Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212 207

kurikulum, serta tata kelola sekolah, disebut cinta segitiga (cinta kepada Tuhan, untuk sesama
Alpen menanamkan reboisasi dan menghemat sumber daya, manusia, dan alam). Program yang dicanangkan adalah
Yayasan Pertamina fokus pada implementasi terkait dengan tiga perspektif dalam kehidupan yaitu sosial,
ESD tentang Sifat Komponen Sumber Daya aspek lingkungan, dan ekonomi. De-
(SDA), bahkan De Tara menanamkan nilai keberadaan ekor disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Institusi dan Implementasi Program di Sekolah

Dewan Pengawas Program Implementasi di Sekolah


1. Sosial: kesehatan
2. Lingkungan: menanam pohon,
KLH Adiwiyata
3. Ekonomi: Memilah dan memanfaatkan sampah

1. Lingkungan: penanaman, kebersihan


(toilet)
2. Sosial Budaya: bekerja sama dalam
Pendidikan untuk
lingkungan dalam dan luar sekolah,
Sekretaris Direktorat Pengembangan,
perpustakaan, Upaya Kesehatan Sekolah
Jenderal SD Pengembangan
3. Ekonomi: pengolahan kompos, mengasah
pendidikan dan / atau
tembel kantin
Pembangunan berkelanjutan
4. Sosialisasi untuk provinsi dan kabupaten
(PuP3B)
pemangku kepentingan ct / kota.
5. Membuat 33 sekolah model (SD dan
SMP) dari 31 provinsi.

1. Kebijakan dan program kerja


Direktorat Dasar Sarana dan prasarana
Pengembangan Pendidikan, SDBS (Bersih dan Sehat Menanamkan perilaku bersih dan higienis
Departemen Pendidikan dan Sekolah dasar) Bolck grand 3 SD di setiap kabupaten / kota
Budaya di seluruh Indonesia

Sosial Budaya
Pusat Penelitian Kebijakan, Hak asasi manusia (hak untuk pengembangan diri),
Departemen Penelitian Mengintegrasikan nilai-nilai ESD ke dalam keamanan, kesehatan, pengembangan karakter
dan Pembangunan, Kementerian proses pembelajaran Lingkungan Hidup
Pendidikan dan Kebudayaan Reboisasi
Ekonomi: kewirausahaan

WWF Program ESD di Sekolah Pelatihan dan lokakarya: ESD, kewirausahaan


neurship, keterampilan menulis

Bantu sekolah menjadi sekolah impian ESD:


manajemen sekolah, kurikulum, sekolah
partisipasi dalam komunitas dan komunitas
masyarakat di sekolah, Infrastruktur, sekolah
perencanaan dan perencanaan, evaluasi diri sekolah
tion, dan kegiatan perencanaan sekolah untuk enam
bulan atau 1 tahun
Koordinator implementasi ESD di Jakarta
sekolah.
Buat modul mulsa tentang lingkungan
pemeliharaan dan mitigasi bencana.
Sekolah Manajemen program dan Biogas: pemanfaatan limbah ternak
Sobat Bumi pemanfaatan SDA dan limbah industri menjadi gas (biogas dan
(Pertamina bioetanol) untuk memasak.
Yayasan ) Sumber: Listiawati (2013), diedit

Halaman 3

208 Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212

Pendidikan lingkungan di Elementa- c. Bantu siswa untuk mengetahui potensi mereka secara optimal.
Sekolah adalah bagian integral dari ESD. " d. Menumbuhkan semangat dan jiwa disiplin dan a
menempatkan "agen pembangunan berkelanjutan bisa rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kepatuhan
dihasilkan secara optimal dengan mereformasi penilaian ligations.
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. e .. Wujudkan sekolah yang ramah lingkungan
Pengetahuan dan pemahaman konsep menuju Green School. Semua warga negara
pembangunan berkelanjutan adalah penting, tetapi sekolah secara sukarela dan secara terbuka mengikat diri mereka sendiri
Sikap terhadap makna berkelanjutan dalam deklarasi untuk melakukan pendidikan karakter.
pembangunan (benar dan utuh) tidak kalah pentingnya Satu karakter yang dikembangkan adalah Peduli Lingkungan,
tant. seperti Gambar 1.
Sikap adalah reaksi atau respons khusus terhadap Habituasi untuk menjaga kebersihan pribadi
stimulus yang berasal dari persepsi seseorang ne (rambut, mulut, dan gigi, kuku, telinga, dan tubuh
lingkungannya. Secara teoritis, persepsi adalah pakaian), termasuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
dibagi menjadi dua jenis, yaitu persepsi pribadi makanan, menjadi contoh yang baik dalam bersih dan
dan persepsi sosial. Persepsi pribadi adalah perilaku hidup sehat dilakukan secara rutin di berbagai
proses kesan berdasarkan pengamatan atau Berbagai upaya kesehatan sekolah, khususnya
penalaran pada suatu hal yang mempengaruhi fisik dokter kecil, seperti Gambar 2.
dan psikologis. Persepsi sosial adalah suatu proses Pembiasaan menjaga kelas tetap bersih (di sana
pembentukan kesan, pendapat atau perasaan untuk adalah petugas piket dan tugas aktif) dan lingkungan
sesuatu yang melibatkan penggunaan informasi terarah ronment, termasuk membuang sampah di tempatnya
mation. (sampah organik / non-organik), terlibat dalam limbah
Niat terbentuk sebagai interaksi manajemen (mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang), secara aktif
sikap terhadap objek untuk berperilaku dan tunduk berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan di sekolah
norma-norma tentang perilaku. Ini sejalan dengan kegiatan (pekerjaan yang dikuduskan, hari kesehatan, lingkungan
Teori Medan yang dikembangkan oleh Lewin (Helmi, hari mental, dll.), dan terlibat dalam penanaman
1999). Menurut Lewin, perilaku adalah fungsi dan penanaman tanaman di sekolah-sekolah seperti ditunjukkan dalam
dari lingkungan (E) dan organisme (O). Tikar- Gambar 3 dan 4.
diformulasikan secara hematik sebagai: Habituasi ibadah bersama oleh
bunga dan olah raga yang melibatkan semua warga negara
B = f (E, O) sekolah dan budaya sekolah lainnya disajikan di
Gambar 5.
Teori Lewin mengakomodasi dua opsi Habituasi hidup sehat yang berhasil sebagai
berpose pandangan, yaitu penilaian manusia dari sebuah implementasi pendidikan lingkungan
keadaan internal dan konstruksi sosial atau lingkungan sosial membutuhkan perencanaan yang matang dengan memasukkan pembiayaan
Bersinar. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan melibatkan anak sekolah. Diformulasikan
instrumen (observasi), wawancara terfokus, dan dalam visi, misi, dan komitmen (Gambar 1)
diskusi kelompok terarah (FGD). Data penelitian dan pemangku kepentingan lainnya seperti berbagai
dianalisis secara deskriptif. agen pemerintah dan swasta. Sosialisasi
program adalah tahap yang sangat penting dari kebiasaan
HASIL DAN DISKUSI di. Ini sejalan dengan penelitian Landriany (2014)
yang menunjukkan visi dan misi tersebut
Habituasi hidup sehat dimulai dengan terhadap kepedulian lingkungan akan menciptakan respons-
kegiatan merumuskan kembali visi dan misi anak sekolah dalam upaya melindungi dan
sekolah, yang melibatkan semua warga negara mengelola lingkungan melalui sekolah yang baik
sekolah, secara terbuka dan demokratis. Visi manajemen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
SDN 1 Kota Banda Aceh adalah “Realisasinya SDN 1 Banda Aceh menyelesaikan berbagai hal
lulusan yang memiliki karakter yang mulia, disiplin fasilitas untuk mengoptimalkan kebiasaan hidup sehat-
line, keunggulan dalam akademik dan non-akademik di. Untuk mencapai pembiasaan mempertahankan pribadi
prestasi, cerdas dan bertanggung jawab dan kebersihan (Gambar 2), sekolah bekerja sama dengan
berorientasi vironmental menuju Green School. " Puskesmas dan Departemen Kesehatan yang melakukan
Misi SDN 1 Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut. membentuk pemeriksaan dan pembinaan rutin. Dokter kecil
Sebuah. Ciptakan lingkungan belajar yang berdasarkan pada yangmemiliki
mulia pelatihan yang memadai, sehingga mereka memiliki kemampuan
nilai-nilai. untuk memberikan pertolongan pertama sebelum dirujuk ke Puskesmas
b. Mengembangkan potensi kecerdasan siswa kemas. Para dokter kecil juga bertanggung jawab
melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan memeriksa apakah ada nyamuk atau tidak
ing. Di kamar mandi sekolah, baskom air dan

Halaman 4

Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212 209

komunitas di sekitar sekolah. Fasilitas sekolah dering istirahat kali. Mereka bertanggung jawab atas pengawasan
untuk mendukung pembiasaan hidup sehat adalah sebagai berikut: (a) dan mengingatkan adik-adik yang
menyiksa
Penyediaan buku-buku guru tentang pendidikan kesehatan; membuang sampah sembarangan, memungutnya dan
(b) Penyediaan ruang Upaya Kesehatan Sekolah; sayap di tempat sampah yang tersedia (Gambar 4). Di tempat terbuka
(c) Penyediaan Upaya Kesehatan Sekolah minimal ruang, tempat sampah disediakan, tertutup dan diberikan
peralatan meliputi: (1) tempat tidur; (2) berat badan deskripsi (organik / anorganik, basah / kering, dan
timbangan, alat pengukur tinggi, Snellen bergambar). Botol plastik yang dikumpulkan diserahkan
grafik, dan termometer; (3) lemari obat, ke pihak ketiga untuk didaur ulang (kurangi, gunakan kembali,
kotak P3K dan obat-obatan sederhana (obat luka daur ulang). Mereka memiliki slogan "LISA", "Lihat
nes, oralites, parasetamol, dll.) Sampah Ambil ”.
Optimalisasi habituasi ke pemeliharaan Interaksi lingkungan kepolisian
tain kebersihan kelas dilakukan dengan membentuk dengan siswa berjalan sangat efektif, memengaruhi mereka
seorang petugas piket di setiap kelas yang bertanggung jawab atas
minat berperilaku ramah lingkungan, harmonis
menjaga kebersihan kelas, melakukan dengan hasil penelitian Cheng dan Monroe
pekerjaan pengabdian, terlibat dalam penanaman dan (2010). Penelitian Amini (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran
pemeliharaan tanaman di sekitarnya di luar lingkungan berbasis kelas
vironment. Di setiap kelas, ada yang tertutup, pendidikan efektif untuk meningkatkan pembelajaran siswa
tempat sampah organik dan anorganik, dan ada a menemukan hasil dan sikap terhadap lingkungan
tempat cuci tangan dengan peralatan air bersih perawatan mental. Pembiasaan menjaga kebersihan
mengayuh dengan sabun dan kain bersih. juga diterapkan di kantin sekolah. SDN 1
SDN 1 Banda Aceh membentuk Lingkungan Banda Aceh menyediakan fasilitas dan infrastruktur
Polisi mental yang terdiri dari siswa kelas 5 dan 6. kantin sekolah yang memenuhi kesehatan berikut
Polisi Lingkungan melakukan tur ke sekolah Persyaratan.
Gambar 1. Deklarasi Implementasi Pendidikan Karakter

Gambar 2. Habituasi Kebersihan Diri

Halaman 5

210 Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212

1. Lokasi warung kantin / sekolah adalah cukup lampu penerangan dan jauh dari
setidaknya 20 m jauhnya dengan TPS (garasi sementara kamar mandi / WC.
koleksi bage). 14. Tempat presentasi makanan selalu ditutup,
2. Langit-langit terlihat bersih, tidak ada debu, tidak ada jaring laba-laba,
bersih, dan tidak berkarat.
tidak ada tanda bocor, tidak rusak, tidak mengelupas, 15. Waktu saji tidak lebih dari 4 jam, es-
dan mudah dibersihkan. terutama protein tinggi dan makanan dengan kelapa
3. Dinding terlihat bersih, tidak ada debu, tidak ada jaring laba-laba, susu
tidaktidak lebih dari 2 jam.
retak, dan mudah dibersihkan. 16. Peralatan pengolah memasak dan alat makan adalah
4. Lantai terlihat bersih, tidak licin, tidak ada gar- disimpan di area penyimpanan yang bersih dan tertutup.
bage berserakan, tidak retak, dan mudah dibersihkan. 17. Peralatan mencuci dan memasak terlihat bersih
5. Mebeulair dalam bentuk meja makan dan dengan air yang mengalir dan sabun.
kursi terlihat bersih, tidak ada debu, dan dalam kondisi baik 18. Di sekitar tempat cuci, tidak ada stag-
dision. tidak ada air.
6. Peralatan kantin sekolah terlihat bersih, tidak 19. Saluran pembuangan limbah kantin dibuat
debu, tidak rusak, tidak mudah berkarat. bahan tahan air dan tertutup.
7. Ada organik, anorganik, dan limbah 20. Kit kebersihan (sapu, pel, ember, sabun, dll.)
Tempat sampah organik tersedia di kafetaria
8. Ada situs cuci tangan dengan bersih 21. Kemasan makanan dan minuman yang dijual tidak bisa
air dilengkapi dengan sabun dan bekuan yang bersih berumur, tidak kedaluwarsa, tidak mengandung bahan berbahaya
9. Ada ventilasi yang memadai. bahan kimia yang dilarang, dan tidak
10. Kafetaria terlihat cerah, bersih, dan rapi. gunakan aditif makanan melebihi maksimum
11. Makanan disimpan di tempat tertutup dan terpisah batas (termasuk garam, gula, dan lemak), dan bahaya
dari makanan jadi. bahan yang sulit.
12. Penyimpanan bahan makanan dan makanan sesuai dengan 22. Penjaga pakaian bersih, rapi, dan digunakan dengan cerah
suhu penyimpanan yang disarankan. celemek berwarna menggunakan tutup kepala, klem, glo-
13. Pemrosesan makanan sederhana (pemanasan, pengukusan ves, dan topeng (jika perlu) dan tidak berbicara-
dan memanggang) terlihat bersih, rapi, tertutup. Sana neezing / batuk dengan sentuhan makanan.
Gambar 3. Piket Sekolah

Gambar 4. Bank Sampah Sekolah Gambar 5. Habituasi Budaya Sekolah

Halaman 6

Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212 211

SDN 1 Banda Aceh memiliki kamar mandi / WC asi Program Pendidikan Karakter di Sekolah
dan urinal dan peralatan terpisah antara Dasar Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Prima
siswa pria / wanita sesuai kebutuhan dan kamar mandi / Edukasia, 2 (2), 223-234.
Edmund, S & Letely, J. (1973). Administrator Lingkungan-
WC untuk guru dan karyawan. Air tidak
trasi . New York: Pesan Buku Mc Graw Hill
stagnan di lingkungan sekolah karena
pany.
adanya saluran pembuangan limbah yang memenuhi kesehatanHarihanto. (2004). Persepsi Masyarakat terhadap Air
persyaratan seperti kedap air, tertutup, dan Sungai. Lingkungan dan Pembangunan , 24 (3),
air bisa mengalir dengan lancar. Sekolah juga membangun bio 171-186.
pori-pori di beberapa lokasi. Helmi, AF. (1999). Beberapa Teori Psikologi Lingkun-
Habituasi ibadah bersama menurut gan. Buletin Psikologi, Tahun 7 (2), 7-18.
keyakinannya diwujudkan dalam sholat dhuhur Izzati, N., Hindarto, N., & Pamelasari, SD (2013).
gation dan berdoa dhuha secara berkala. SDN 1 Larangan- Pengembangan Modul Tematik dan Inovatif
Berkarakter pada Tema Pencemaran Lingkun-
da Aceh menetapkan Sabtu sebagai hari penciptaan
gan untuk Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidi-
vity. Pada hari Sabtu tidak ada pelajaran, tetapi diisi
kan IPA Indonesia, 2 (2), 183-188.
dengan berbagai kegiatan olahraga dan seni, yang melibatkan semua
Landriany, E. (2014). Kebijakan Implementasi
warga sekolah. Semua orang tua diundang wiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan
untuk melakukan jalan sehat bersama, lalu saksikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang. Yur
atraksi seni dan budaya anak-anak. Implemen- nal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan , 2 (1),
Kegiatan ini dikelola oleh orang tua. Itu 82-88.
panitia membuka dompet donor secara sukarela. Listiawati, N. (2013). Pelaksanaan Pendidikan untuk
Hasil donasi diumumkan kepada publik, Pembangunan Berkelanjutan Oleh Beberapa
Lembaga. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan ,
diposting di papan informasi sekolah. Itu
19 (3), 430-450.
dana yang terkumpul digunakan untuk membantu yang kurang beruntung
Kemdikbud. (2014). Panduan Pelaksanaan Pembinaan
siswa dan mendukung berbagai kegiatan sekolah. Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SD Bersih
dan Sehat).
KESIMPULAN Malikcson, DL & Nason, JW (1989). Lingkungan Global-
Sistem Pemantauan Kualitas Air Tawar Global
Berdasarkan hasil dan diskusi, itu bisa ity: Penilaian Pertama . Oxford: Basil Blackwell
disimpulkan bahwa implementasi lingkungan Ltd.
pendidikan ronmental dapat diwujudkan dalam 3 (tiga) Nomura, K. (2009). Perspektif Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan: Pengembangan Sejarah-
habituasi, yaitu (1) menjaga pribadi
Pendidikan Lingkungan di Indonesia
kebersihan, (2) kebersihan kelas, dan (3) ibadah untuk-
sia. Jurnal Internasional Pengembangan Pendidikan
gether sesuai dengan kepercayaan dan olahraganya. Ini ment , 29 (6), 621-627.
tiga jenis pembiasaan akan bekerja secara optimal Ozden, M. (2008). Kesadaran Lingkungan dan
dengan dukungan dan komitmen yang kuat dari semua Sikap guru siswa: Re- empiris
anggota sekolah: guru, tenaga kependidikan, Cari. Penelitian Internasional dalam Geografis &
kepala sekolah, dan komite sekolah. Pendidikan Lingkungan, 17 (1), 40-55.
Prabawani, B., Hanika, IM, Pradhanawati, A., &
Budiatmo, A. (2017). Sekolah Dasar Eco-
REFERENSI
Pendidikan yang Ramah dalam Bingkai Pendidikan
tion untuk Pembangunan Berkelanjutan. Internasional
Afandi, R. (2013). Integrasi Pendidikan Lingkungan
Jurnal Pendidikan Lingkungan & Sains,
Hidup melalui Pembelajaran IPS di Sekolah
12 (4), 607-616.
Dasar sebagai Alternatif Sekolah Dasar. Peda-
Prasetiyo, WH, & Suyanto, T. (2013). Strategi Pen-
gogia , 2 (1), 98-108.
didikan Karakter Peduli Lingkungan-
Amini, R. (2015). Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor
Program lalui Kampung Hijau Di Kampung
Pembelajaran kation dan Pengaruhnya dalam Perawatan Atasi
Margorukun Surabaya. Kajian Moral dan Ke-
tude Menuju Lingkungan. Jurnal Pendidikan
warganegaraan, 2 (1).
IPA Indonesia , 4 (1), 43-47.
Rohmah, L. (2014). Implementasi Kurikulum Berbasis
Bahri, S. (2016) Komparasi Kemandirian Siswa Ber-
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD)
landaskan Jiwa Entrepreneurship di SMK N 2
di SD IT Internasional Luqman Hakim Yog-
Mataram. Socia JURNAL, 15 (1).
yakarta. Al-Bidayah: J urnal Pendidikan Dasar
Cheng, J. & Monroe, M. (2010). Koneksi ke Na-
Islam, 6 (2).
mendatang: Sikap Afektif Anak Terhadap Na-
Segara, NB (2015). Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan-
mendatang. Lingkungan dan Perilaku , 44 , 31-49.
opment (ESD) Sebuah Upaya Mewujudkan
Darmayanti, SE, & Wibowo, UB (2014). Mengevaluasi-

Halaman 7

212 Zaenuri et al. / JPII 6 (2) (2017) 206-212

Kelestarian Lingkungan. Sosio Didaktika: Sosial Penemu APP berbasis droid 2. Jurnal Pendidikan
Jurnal Pendidikan Sains , 2 (1), 22-30. IPA Indonesia , 5 (2), 291-298.
Suduc, AM, Bîzoi, M., & Gorghiu, G. (2014). Widiyanti, F., Indriyanti, DR, & Ngabekti, S. (2015).
Pembangunan Berkelanjutan di Rumania pada Pra- Set Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam Berbasis Literasi
sekolah dan Pendidikan Dasar. Procedia-So- Menuju Kegiatan Belajar Siswa dan
cial dan Ilmu Perilaku , 116 , 1187-1192. Hasil pada Topik Interaksi
Taufiq, M., AV Amalia, AV, & Leviana, A. (2016). Organisme dan Lingkungan Hidup. Jurnal Pen-
Desain Ilmu Belajar Mobile Eclipse didikan IPA Indonesia, 4 (1), 20-24.
Fenomena dengan Conservation Insight An-

Anda mungkin juga menyukai