Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/347935882

Peran Fleksibiltas Kognitif pada Pemaafan Mahasiswa Nathiqiyyah, 3(2), 29 -


40. Retrieved from
https://ojs.diniyah.ac.id/index.php/Nathiqiyyah/article/view/174

Article · December 2020

CITATIONS READS

0 116

1 author:

Imam Setyawan
Universitas Diponegoro
80 PUBLICATIONS   83 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Imam Setyawan on 27 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

PERAN FLEKSIBILITAS KOGNITIF


PADA PEMAAFAN MAHASISWA

Imam Setyawan
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang
imam.setyawan@live.undip.ac.id

Abstrak
Pemaafan adalah membebaskan diri dari attachment negatif dari sumber yang telah melakukan
pelanggaran terhadap seseorang. Pembebasan diri tersebut terkait dengan kemampuan untuk
memindahkan informasi dan menginterpretasikan kembali atau menguraikan kembali suatu hal serta
melakukan adaptasi dengan cara-cara yang baru. Fleksibilitas kognitif merupakan karakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan seseorang dalam mengembangkan suatu
kemampuan. Penelitian ini dikembangkan dengan tujuan mendapatkan gambaran peran fleksibilitas
kognitif terhadap pemaafan. Penelitian dilaksanakan pada 56 orang mahasiswa, dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa Skala Psikologi, yaitu Skala Pemaafan (α=0,93) dan Skala
Fleksibilitas Kognitif (α=0,846). Analisis data menggunakan uji regresi, menunjukkan adanya peran
positif yang signifikan dari fleksibilitas kognitif pada pemaafan (r=0,462, p= 0.00), dengan
sumbangan efektif variabel fleksibilitas kognitif sebesar 21,3% (r2=0,213). Penting bagi mahasiswa
yang masih berada dalam usia produktif dalam berinteraksi dan komunikasi untuk mengembangkan
secara optimal fleksibilitas kognitifnya dengan kemauan mengubah pendekatan atau cara berpikir
yang selalu terbuka melihat hubungan baru antar unsur yang ada di setiap fenomena yang ditemui,
untuk mendukung kemampuan memaafkan, pada setiap kemungkinan luka yang muncul dari setiap
interaksi intrapersonal dan interpersonal yang dilakukan.

Kata kunci : pemaafan, fleksibilitas kognitif, mahasiswa

Abstract

Forgiveness is freeing oneself from negative attachments from sources who have offended someone.
This self-liberation is related to the ability to transfer information and reinterpret or decipher
something and adapt in new ways. Cognitive flexibility is a personality characteristic related to a
person's success in developing many abilities. This study was developed with the aim of getting an
overview of the role of cognitive flexibility on forgiveness. The study was conducted on 56 students,
using data collection tools in the form of a psychological scale, namely the Forgiveness Scale (α =
0.93) and the Cognitive Flexibility Scale (α = 0.846). Data analysis using regression test, showed a
significant positive role of cognitive flexibility in forgiveness (r = 0.462, p = 0.00), with the effective
contribution of cognitive flexibility variables by 21.3% (r2 = 0.213). It is important for students who
are still in their productive age in interacting and communicating to optimally develop their cognitive
flexibility with a willingness to change their approach or way of thinking which is always open to
seeing new relationships between the elements that exist in every phenomenon encountered, to support
the ability to forgive, at every possibility wounds that arise from every intrapersonal and interpersonal
interaction performed.

Keywords: forgiveness, cognitive flexibility, college student

29
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

PENDAHULUAN menyakitkan kemudian bisa mengarahkan dan


Forgiveness dipandang sebagai modal mendorongnya mampu melakukan forgiveness.
moral manusia agar berperilaku sesuai dengan Penelitian Hodgson dan Wertheim (2007)
etika yang ada. F orgiveness juga berperan mengungkapkan mengelola emosi dapat
sebagai kebiasan baik yang sangat penting mendukung kecenderungan untuk melakukan
untuk dipertahankan,khususnya bagi remaja forgiveness. Lebih lanjut Hodgson dan
yang masih memiliki emosi yang labil ( Adisti, Wertheim (2007) menjelaskan bahwa
2010, h.102). Forgiveness merupakan salah mengelola dan memperbaiki keadaan emosi
satu dari ke-24 keutamaan yang dimiliki dengan forgiveness dimediasi melalui
individu berdasarkan VIA classification of perspective taking atau kemampuannya dalam
strengths yang merupakan antitesis dari DSM. melakukan empati kepada orang lain.
Peter & Seligman, (2004) menyatakan bahwa Penelitian lanjutan Hodgson dkk (2008) tentang
pemaafan merupakan terobosan baru melalui pengelolaan konflik dengan forgiveness
Psikologi Positif (dalam Snyder & Lopez, menyatakan bahwa forgiveness merupakan
2007). Psikologi Positif memiliki pandangan perubahan affect dan perilaku yang negatif
yang positif tentang sifat dasar manusia, menjadi lebih positif terhadap orang yang
bahwa adanya keutamaan dalam diri manusia telah menyakiti.
dengan dimilikinya keutamaan ini berarti Perspective taking, yang merupakan
manusia bahagia melakukan sesuatu yang ada dimensi kognitif dari empati, memerlukan
dalam dirinya, berbuat baik, membantu orang kelenturan dan fleksibilitas dalam memahami
lain, memelihara orang lain karena ini adalah sudut pandang orang lain. Karakteristik
jati dirinya. kepribadian yang berkaitan dengan
Penelitian mengenai forgiveness keberhasilan seseorang dalam mengembangkan
dilakukan oleh Gambaro dkk (2010) pada suatu kemampuan adalah fleksibilitas kognitif.
siswa yang memiliki high trait-anger Fleksibilitas kognitif merupakan kemampuan
menyebutkan bahwa forgivenesss mampu berpikir yang diikuti dengan tindakan secara
meningkatkan perilaku dan prestasi akademik simultan dan memadai dalam situasi tertentu
melalui konseling forgiveness dengan (Syah, 2008), dan mengubah kognisi sesuai
meningkatkan fungsi psikososial dan dengan perubahan kondisi lingkungan (Dennis
akademik. Ahmed dan Braithwaite (2006) & Vander Wal, 2010). Senada dengan hal
meneliti forgiveness pada siswa usia remaja di tersebut, Dariyo (2003) juga memberikan
Bangladesh menemukan bahwa forgiveness definisi mengenai fleksibilitas kognitif, yaitu
berperan dalam mengurangi bullying di kemampuan individu memasuki dan
sekolah. Penelitian lain mengenai forgiveness menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke
pada remaja juga dilakukan oleh Egan dan pemikiran yang lain.
Todorov (2009) juga menyebutkan forgiveness Affleck, et al (dalam Cheng, 2001)
sebagai strategi koping bagi para siswa yang mengkonseptualisasikan fleksibilitas kognitif,
menjadi korban bullying. Hasil penelitian merujuk pada keanekaragaman dalam
tersebut menjelaskan bahwa forgiveness dapat menerapkan kemampuan mengontrol pada
bermanfaat bagi para korban bullying sehingga berbagai situasi. Ada tiga pola dari
tidak akan membalas dendam atau pun kemampuan kontrol yang dapat dilihat, yaitu
melakukan bullying pada orang lain lagi. pertama, dicirikan oleh adanya variasi dalam
Keinginan untuk memaafkan mengontrol berbagai situasi. Beberapa individu
dipengaruhi oleh empati yang dimiliki cenderung untuk menilai situasi-situasi yang
seseorang. Melalui empati terhadap pihak menekan tersebut dapat dikendalikan dan
yang menyakiti, seseorang dapat memahami situasi yang lain tidak dapat dikendalikan.
perasaan pihak yang menyakiti merasa Individu-individu dalam keadaan tersebut
bersalah dan tertekan akibat perilaku yang lebih fleksibel dalam menilai hal kognitif. Pola
30
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

kedua dicirikan dengan adanya konsistensi pelanggaran terhadap seseorang. Thompson


dalam mengontrol berbagai situasi. Beberapa menambahkan bahwa sumber pelanggaran
penelitian mengungkapkan bahwa individu- dapat dari diri sendiri, orang lain, atau situasi
individu dengan pola kontrol yang konsisten yang dipandang sebagai di luar kendali
adalah kurang fleksibel dalam penilaian seseorang. Snyder & Lopez (2007, h. 280)
kognitif. Selanjutnya pola ketiga dicirikan sependapat dengan Thompson bahwa terdapat
dengan konsistensi terhadap ketidakmampuan tiga sumber yakni orang lain, diri sendiri, dan
untuk mengontrol berbagai situasi. Menurut situasi yang bisa dijadikan target forgiveness.
Abramson et al (dalam Cheng, 2001, h. Enright (dalam Wothingthon, 2005,
815), individu yang tertekan cenderung akan h.144) mendefinisikan forgiveness pada diri
menjadi kaku, dan atribusi-atribusi yang sendiri sebagai kesedian untuk melepaskan
digeneralisasikan secara berlebihan pada kebencian terhadap diri sendiri dan mengakui
seluruh peristiwa adalah tidak dapat dikontrol. bahwa dirinya bersalah serta mendorong diri
Individu-individu ini juga kurang fleksibel sendiri untuk belas kasihan, kemurahan hati,
atau luwes dalam penilaian kognitif. dan cinta terhadap diri sendiri. Sementara itu
Mahasiswa dengan fleksibilitas kognitif Hall & Fincham mendefinisikan forgiveness
yang tinggi mampu menyesuaikan diri dan pada diri sendiri sebagai perangkat perubahan
memiliki sifat-sifat khas yang dengan cepat motivasi seseorang menjadi berkurang
mampu mengubah cara-cara berpikirnya, motivasi untuk menghindari rangsangan yang
melihat suatu masalah dari sudut pandang berhubungan dengan pelanggaran, mengurangi
berbeda, mencari dan menggunakan motivasi untuk membalas terhadap diri
bermacam-macam pendekatan dan cara (misalnya, menghukum diri, terlibat dalam
pemikiran dalam menghadapi suatu masalah, perilaku merusak diri sendiri dll), dan semakin
serta memproduksi sejumlah ide untuk termotivasi untuk bertindak murah hati
menghadapi masalah tersebut. terhadap diri sendiri. DeShea & Wahkinney
Pentingnya pemaafan sebagai kapasitas (dalam Wothingthon, 2005) mendefinisikan
individu yang sangat berguna, sangat menarik forgiveness pada diri sebagai suatu proses
bila dilihat dari peran fleksibilitas kognitif yang melepaskan kebencian terhadap diri sendiri
dimiliki mahasiswa. Urgensi dikembangkannya untuk suatu pelanggaran atau kesalahan yang
penelitian ini merujuk pada masalah tentang dirasakan.
bagaimana gambaran pemaafan mahasiswa Forgiveness dalam hubungan
dengan mempertimbangkan peran fleksibilitas interpersonal dapat didefinisikan sebagai
kognitiyang dimiliki. Gambaran tentang seperangkat motivasi individu dalam
pemaafan diharapkan dapat dijadikan acuan mengurangi motivasi untuk membalas dendam
identifikasi dinamika aspek-aspek yang dan menjauhi pelaku, serta meningkatkan
menyusunnya, dalam membangun ketrampilan motivasi membina kembali hubungan dengan
sosial mahasiswa. Sehingga institusi bisa pelaku. Forgiveness menurut Worthington
melakukan evaluasi dan menentukan usaha- (2005) dalam tataran emosi adalah ketiadaan
usaha yang dapat dilakukan untuk emosi-emosi negatif yang menyertai sakit hati
meningkatkan aspek-aspek yang masih lemah menjadi emosi-emosi positif terhadap individu
dan meningkatkan pemaafan sebagai modal yang telah melukai.
moral yang penting bagi mahasiswa. Hadriami (2006) mengungkapkan,
forgiveness adalah proses seseorang melepas
Pemaafan haknya untuk membalas dendam kepada orang
Menurut Thompson dkk (dalam yang telah melukai. Martin menggali
Snyder & Lopez, 2007, h. 279) forgiveness persepsi dan definisi forgiveness dan
adalah membebaskan diri dari attachment menemukan bahwa forgiveness adalah (1)
negatif dari sumber yang telah melakukan proses internal dalam melepaskan marah dan
31
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

rasa takut; (2) mengurangi dorongan untuk seperti agresi secara verbal, serta membangun
membalas dendam; (3) proses yang respon yang positif terhadap orang yang telah
membutuhkan waktu; dan (4) dalam menyakiti.
forgiveness tidak harus melupakan Walaupun memiliki banyak variasi
peristiwa menyakitkan yang dialami (dalam definisi, para ahli setuju bahwa forgiveness
Hadriami, 2009, h.3). harus dibedakan dengan pardoning, excusing,
Ketika individu tidak mampu forgetting, dan denying (Enright & Coyle,
melakukan forgiveness akan merugikan diri dalam McCullough). Pardoning atau legal
sendiri dan justru membuat orang tersebut pardoning merupakan istilah hukum untuk
terbelenggu pada luka hatinya (dalam pengampunan. Condoning berarti menyiratkan
Hadriami, 2003), artinya individu tersebut pembenaran terhadap pelanggaran. Excusing
terus menerus terganggu oleh perasaan- menunjukkan bahwa pelaku memiliki alasan
perasaan negative yang telah dialaminya yang benar untuk melakukan tindakan yang
sehingga nanti akan berdampak pada tidak menyenangkan atau melukai. Forgetting
kesejahteraan jiwa dan kesehatan individu atau melupakan menunjukkan bahwa memori
tersebut, oleh karena itu forgiveness sangat tentang peristiwa atau kejadian yang melukai
diperlukan agar emosi negatif dan sudah tidak ada atau keluar dari memori.
konsekuensinya tidak mengganggu individu Denying berarti penolakan untuk merasakan
sendiri. satu luka berbahaya yang telah terjadi.
Penyelesaian konflik antar pribadi dan Menurut Martin (2003) terdapat dua
merajut hubungan yang telah koyak bukanlah sisi dalam forgiveness, yaitu forgiveness pada
hal yang sederhana. Forgiveness merupakan diri sendiri dan forgiveness pada orang lain.
cara yang efektif dan penting untuk mengatasi Martin menambahkan bahwa forgiveness
permasalahan antar individu. North (dalam merupakan salah satu prasyarat pertumbuhan
Worthington, 2005) menyebutkan, dalam emosi yang penting, tidak hanya penting
forgiveness dibutuhkan kemampuan untuk dilakukan tetapi merupakan syarat mutlak bagi
melewati berbagai emosi negatif seperti perkembangan kematangan emosi. Individu
kebencian, kemarahan, penolakan, dan harus memaafkan diri sendiri sebelum
keinginan berbalas dendam. Kondisi tersebut memaafkan orang lain, karena menurut Martin
dapat dicapai dengan menyuburkan emosi- (2003, h.171) banyak orang bisa memaafkan
emosi positif seperti tindakan-tindakan yang orang lain, tapi tidak dirinya sendiri.
baik, memunculkan empati, dan bahkan rasa Memaafkan diri sendiri seringkali adalah
cinta. kunci untuk memaafkan orang lain secara
Pendapat yang sama juga diungkapkan penuh.
oleh Rusbult, dkk (dalam Worthington, 2005) Berdasarkan uraian diatas maka
mendefinisikan forgiveness sebagai kerelaan dapat ditarik kesimpulan bahwa forgiveness
korban untuk melanjutkan kecenderungan adalah kesediaan individu untuk melepaskan
interaksi seperti sebelum terjadi konflik, perilaku, kognitif, dan afektif yang negatif
kesediaan untuk melepaskan dendam dan dan menggantinya menjadi perilaku, kognitif,
pembalasan, serta bersikap terhadap pelaku dan afektif yang lebih positif terhadap diri
dengan cara yang positif dan konstruktif. Ray sendiri, orang lain, atau situasi yang
dan Pargament (dalam Worthingthon, 1998, menyakitinya.
h.59) juga mengemukakan bahwa forgiveness Menurut McCullough (dalam
yakni kesediaan untuk melepaskan perasaan Worthington, 2005) forgiveness melibatkan
negatif (negative affect) seperti permusuhan, perubahan motivasi yang di dalamnya terdapat
pemikiran negatif (negative cognitions) situasi emosional tertentu. Perubahan tersebut
seperti gagasan untuk membalas dendam dan ke arah yang lebih prososial pada individu
perilaku yang negatif (negative behavior) yang tersakiti mengenai pandangan terhadap
32
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

pelaku atau objek yang menyakiti. mudah memaafkan dibandingkan tipe


McCullough menambahkan bahwa perubahan kepribadian neuroticism.
prososial itu ditandai dengan: Faktor lain yang mempengaruhi
a. Menurunnya motivasi untuk menghindari forgiveness salah satunya adalah budaya
(avoidance motivation) kontak pribadi dan (culture). Konflik interpersonal sering terjadi
psikologis dengan pelaku dalam konteks sosial (misalnya: budaya
b. Menurunnya motivasi untuk membalas kelompok, masyarakat, kelompok social
dendam (revenge motivation) atau keluarga), forgiveness harus
kerugian yang datang pada pelaku. dikontekstualisasikan dalam sosial dan
c. Peningkatan motivasi terhadap kebajikan interaksi sosial yang melibatkan pelanggaran.
(benevolence motivation). Individu hidup dalam lingkungan sosial yang
Berdasarkan uraian yang telah luas yang melibatkan kekerabatan, struktur,
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa aspek mobilitas sosial, kontak antara kelompok satu
forgiveness meliputi motivasi untuk dengan kelompok lain, kekuasaan, struktur
menghindar, motivasi untuk membalas dendam kelas dan praktek keagamaan dapat
dan motivasi terhadap kebajikan. mempengaruhi proses interaksi sosial,
Mullet (dalam Worthington, 2005, sehingga proses forgiveness berbeda di seluruh
h.159) menyebutkan bahwa untuk memaafkan budaya.
tergantung pada banyak faktor, yakni: Menurut Sandage, dkk (dalam
a. Faktor situasional Worthington) nilai-nilai budaya pada diri
Faktor situasi merupakan situasi yang sendiri, pola berpikir, ekspresi emosional,
pada akhirnya membuat korban memberikan resolusi konflik, harmoni sosial dan kebajikan
atau tidak memberikan maaf pada pelaku dapat mempengaruhi proses interaksi sosial,
yang telah melukai. Korban memberikan termasuk forgiveness. Pandangan budaya
maaf karena situasi yang mendukung melalui variabel budaya individualisme dan
pemberian maaf. Faktor situasional meliputi kolektivisme menjelaskan seperangkat dimensi
seberapa bahaya perlakuan yang dikenakan yang dapat membantu kita untuk dalam
untuk menyakiti korban, pengulangan memahami proses forgiveness. Pandangan
pelanggaran, konsekuensi pada tingkat masyarakat, seperti tekanan masyarakat untuk
keparahan luka atau kerugian yang diderita, menjaga harmoni sosial dan meminimalkan
adanya permintaan maaf permintaan maaf, konflik, mempengaruhi forgiveness. Tujuan
dan kompensasi dari pelaku. forgiveness kolektivisme akan memprioritaskan
b. Faktor relasional pemulihan harmoni dan kesejahteraan sosial di
Faktor relasional berkaitan dengan atas kepentingan pribadi. Anggota masyarakat
hubungan antara korban dengan orang yang juga cenderung memerlukan mediator pihak
meminta maaf. Faktor relational meliputi ketiga (misalnya, keluarga atau pemimpin
identitas pelaku dan bagaimana hubungan klan) dan penyembuh budaya (misalnya, imam,
kedekatannya dengan korban, tingkatan pendeta, dukun) untuk menegosiasikan konflik
status sosial atau pekerjaan, sikap pelaku yang terjadi dan forgiveness melalui ritual
setelah melukai, dan tekanan lingkungan. komunal dan upacara. Budaya koletivisme
c. Faktor kepribadian sering melibatkan tradisi narasi dan simbol-
Berdasarkan penelitian Mullet tentang simbol yang dapat memberikan pemahaman
pengaruh kepribadian berdasarkan The Big tentang alat budaya untuk forgiveness.
Five of Personality didapatkan Selanjutnya Denham (dalam
agreeableness, extraversion, Worthington, 2005) menyatakan bahwa
conscientiousness dan openness sosialisasi dengan orangtua adalah upaya yang
berhubungan dengan forgiveness dan tipe baik untuk meletakkan pondasi untuk landasan
kepribadian tersebut memiliki karakter yang empati, mengurangi kemarahan dan rasa
33
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

malu, rasa bersalah yang sesuai, memahami Menurut Chaplin (2006, h. 195), orang
needs-oriented forgiveness, dan motivasi dan yang fleksibel dicirikan sebagai pribadi yang
aspek perilaku forgiveness. Interaksi antara mudah menyesuaikan diri dan memiliki sifat-
orangtua dan anak dapat memfasilitasi sifat khas yang dengan cepat mampu mengubah
lingkungan emosional yang positif, yang dapat cara-cara berpikirnya. Fleksibilitas kognitif
mempromosikan forgiveness pada individu merupakan kemampuan untuk mengubah
ketika anak-anak. Semakin positif kelekatan pikiran dalam hal kondisi lingkungan yang
pada orang tua, yang mengarah pada memungkinkan perubahan (Dennis & Vander
kecenderungan kuatnya secure attachment, Wal, 2010). Syah (2008), menekankan
maka remaja mampu mengembangkan fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta)
pandangan proporsional terhadap self image pada kemampuan berpikir yang diikuti dengan
dan other image. Internal working model yang tindakan secara simultan dan memadai dalam
menjadi dasar positif pengembangan situasi tertentu. Para ahli mengungkapkan
ketrampilan sosial remaja ke individu lain fleksibilitas kognitif dengan istilah-istilah yang
selain orang tua, akan tumbuh dengan baik berbeda meskipun masih dalam konteks yang
membentuk empati, yang menjadi dasar dalam sama yaitu, mengenai fleksibilitas kognitif.
mengembangkan pemaafan (Setyawan, 2017). Senada dengan pengertian beberapa tokoh di
Orangtua dapat mengajarkan forgiveness atas, Guilford juga mengemukakan bahwa
melalui attachment (kelekatan orangtua fleksibilitas yaitu, kemampuan untuk
dengan anak). Melalui sosialisasi orangtua mereproduksi sejumlah ide, jawaban atau
dengan anak dapat memfasilitasi terbentuknya pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat
sikap forgiveness pada anak-anak. Orangtua melihat suatu masalah dari sudut pandang
mengajarkan dan memberikan pemahaman yang berbeda, mencari alternatif atau arah
mengenai sikap forgiveness sehingga anaknya yang berbeda, dan mampu menggunakan
dapat mengembangkan sikap forgiveness bermacam-macam pendekatan atau cara
dalam kehidupannya. Sosialisasi orangtua pemikiran.
mempengaruhi forgiveness pada seorang Heger dan Kaye (dalam Syah, 2008)
individu. mengemukakan bahwa orang yang fleksibilitas
kognitifnya tinggi pada umumnya ditandai
Fleksibilitas Kognitif dengan keterbukaan dalam berpikir dan
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk beradaptasi. Selain itu, ia juga memiliki
memindahkan (mentransfer) informasi dan resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan
menginterpretasikan kembali atau menguraikan ranah cipta yang prematur (terlampau dini)
kembali suatu hal serta melakukan adaptasi dalam pengamatan atau pengenalan. Ketika
dengan cara-cara yang baru. Senada dengan mengamati dan mengenali suatu objek atau
definisi tersebut, fleksibilitas berarti bahwa situasi tertentu, seseorang yang fleksibel
suatu kemampuan yang dimiliki seseorang selalu berpikir kritis. Berpikir kritis (critical
dengan menerapkan pemecahan masalah atau thinking) ialah berpikir dengan penuh
solusi yang tidak biasa. Fleksibilitas dapat pertimbangan akal sehat (reasonable reflective)
didefinisikan sebagai kemampuan untuk yang dipusatkan pada pengambilan keputusan
menggunakan sesuatu yang sudah umum untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu,
dalam cara-cara yang tidak umum. Untuk dalam melakukan atau menghindari sesuatu.
melakukannya, seseorang harus mengatasi Berdasarkan uraian di atas, maka
habitual set dan functional fixedness, yaitu disimpulkan bahwa fleksibilitas kognitif
ketidakmampuan untuk menggunakan objek- adalah kemampuan penyesuaian pola dan cara
objek atau alat- alat dalam suatu cara yang berpikir individu dalam merespon, memahami,
baru. dan memecahkan masalah.

34
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

Fleksibilitas kognitif berkembang dan dibatasi pada kerangka berpikir individu


seiring dengan perkembangan kognitif yang digunakan untuk memahami peristiwa
seseorang. Piaget (dalam Santrock, 2002, h. 91) tersebut. Dalam hal inilah fleksibilitas kognitif
percaya bahwa seorang remaja dan seorang berperan. Semakin fleksibel cara berpikir
dewasa berpikir dengan cara pikir yang individu, maka individu tersebut akan semakin
sama, yaitu dengan metode operasional-formal. mampu memahami peristiwa yang dihadapinya.
Namun beberapa ahli perkembangan percaya Aspek-aspek yang terdapat dalam
bahwa baru pada saat mereka dewasalah fleksibilitas kognitif (Heger & Kaye, dalam
individu mengatur pemikiran operasional Syah, 2008) diantaranya adalah:
formal mereka, sehingga mungkin mereka a. Adaptasi
merencanakan dan membuat hipotesis tentang Berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki
masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka oleh individu untuk menyesuaikan cara-cara
menjadi lebih sistematis ketika mendekati berpikir lamanya dan kemudian mampu
masalah sebagai orang dewasa (Santrock, mengganti secara cepat dengan cara
2002). Ahli pekembangan lainnya percaya berpikir yang baru sesuai dengan tuntutan
bahwa hakekat awal yang pasti dari logika stimulus atau situasi yang dihadapi.
remaja dan optimisme berlebihan pada kaum b. Keterbukaan dalam berpikir
muda akan menghilang di masa awal dewasa. Berkaitan dengan kelenturan berpikir
Mengacu pada Labouvie-Vief (dalam Santrock, individu terhadap informasi baru, di mana
2002), integrasi baru dari pikiran terjadi pada ia mampu membuka pemikirannya dengan
masa dewasa awal. Menurutnya, tahun-tahun hal-hal baru. Selain itu, individu yang
masa dewasa akan menghasilkan pembatasan- terbuka pemikirannya akan mampu melihat
pembatasan pragmatis yang memerlukan suatu masalah dari sudut pandang yang
strategi penyesuaian diri yang sedikit berbeda-beda.
mengandalkan analisis logis dalam c. Daya tahan (resistensi) terhadap ketertutupan
memecahkan masalah. ranah cipta yang prematur
Perry (dalam Santrock, 2002) mencatat Berkaitan dengan adanya kebulatan tekad
perubahan-perubahan penting tentang cara pada individu dalam menghadapi suatu hal.
berpikir orang dewasa muda yang berbeda Individu memiliki kemampuan melakukan
dengan remaja. Remaja sering memandang pengamatan dan pengenalan sesuatu secara
dunia dalam dualism pola polaritas mendalam, atau tidak memberi label,
dasar,seperti benar/salah, kita/mereka, atau kesimpulan yang terlalu dini.
baik/buruk. Pada waktu memasuki tahun-tahun d. Pemikiran kritis
dewasa, pemikiran dualistic remaja digantikan Merupakan kemampuan individu untuk
oleh pemikiran beragam. Individu mulai memahami secara lebih dalam,
memperluas wilayah pemikiran individualistic mempertahankan agar pikiran tetap terbuka
dan mulai percaya bahwa setiap orang terhadap segala pendekatan dan pandangan
memiliki pendapat masing-masing dan setiap yang berbeda, dan berpikir secara reflektif
pendapat yang ada sebaik pendapat orang dan bukan hanya menerima pernyataan-
yang lainnya. Pemikiran yang beragam pernyataan dalam melaksanakan prosedur-
menghasilkan pemikiran yang relatif tunduk, prosedur tanpa pemahaman dan evaluasi
dimana pendekatan yang analitis dan evaluatif yang signifikan.
terhadap ilmu pengetahuan secara sadar dan Aspek-aspek fleksibilitas kognitif memberikan
aktif dilakukan. Hanya pergeseran ke arah kontribusi yang sangat dibutuhkan bagi
relativisme total yang menjadikan orang individu untuk berubah dari tidak memaafkan
dewasa memahami arti kebenaran adalah menjadi bisa memberikan pemaafan. Sehingga
relatif. Arti dari sebuah peristiwa dihubungkan hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian ini
dengan konteks di mana peristiwa itu terjadi adalah terdapat hubungan positif antara
35
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

pemaafan dengan fleksibilitas kognitif Besaran prediksi variabel prediktor


mahasiswa. dapat dilihat dari persamaan regresi, berdasar
table koefisien di bawah ini.

METODE PENELITIAN
Penelitian korelasional dikembangkan Tabel. 2
untuk membuktikan hipotesis yang ada dengan Koefisien Persamaan Regresi
subjek penelitian 56 mahasiswa Fakultas
Psikologi Undip, semester 5. Data diperoleh Koefisien tak Koefisien
dari subjek yang diambil dengan cluster terstandardisasi terstandardisas
random sampling. Pengumpulan data Std.
Model B Eror Beta T Sig.
menggunakan dua skala psikologi, Skala
1 (Konstanta) 57.721 17.609 3.278 .002
Pemaafan (α=0,93) dari Setyawan (2017) dan
Skala Fleksibilitas Kognitif (α=0,846) dari Fleksibilitas .871 .228 .462 3.824 .000
Kognitif
Santosa & Setyawan (2014). Model skala yang
a. Variabel tergantung: Pemaafan
digunakan untuk mengukur variabel-variabel
dalam penelitian adalah model skala Likert,
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat
dengan empat pilihan jawaban. Data diolah
nilai konstanta dan variabel prediktor
dengan menggunakan analisis regresi untuk
(fleksibilitas kognitif) yang dapat memprediksi
mengetahui korelasi antar variabel, sumbangan
variasi yang terjadi pada variabel kriterium
efektif dan prediksi besarnya peran variable
(pemaafan) melalui persamaan garis regresi.
prediktor kepada variabel kriterium, dengan
Persamaan garis regresi pada hubungan kedua
mempertimbangkan normalitas sebaran data
variabel tersebut adalah Y = 57,721+ 0,871X
dan linieritas hubungan antar variabel
yang berarti setiap penambahan satu nilai
fleksibilitas kogniif akan menaikkan pemaafan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebesar 0,871.
Hasil analisis data dengan uji regresi
Koefisien determinasi fleksibilitas
terhadap data yang ada menunjukkan hasil
kognitif dan pemaafan pada mahasiswa
adanya koefisien korelasi (r) sebesar 0,462
ditunjukkan dengan R square sebesar 0,213.
dengan p = 0,00 (p<0,05). Hasil tersebut berarti
Hal tersebut memiliki arti bahwa fleksibilitas
menunjukkan adanya hubungan positif yang
kognitif memberikan sumbangan efektif
signifikan antara Pemaafan dengan Fleksibilitas
sebesar 21,3% pada pemaafan, sedangkan
Kognitif pada mahasiswa.
78,7% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diungkap dalam penelitian ini.
Tabel 1.
Korelasi antara Fleksibiltas Kognitif dan
Tabel. 3
Pemaafan
Variabel Koefisien Signifikansi (p) Koefisien Determinasi
Korelasi (r)
Fleksibilitas R Adjusted Std. Error of the
Kognitif 0.462 0,000 Model R Square R Square Estimate
1 .462a .213 .198 13.531
Pemaafan
a. Prediktor: (Konstanta), Fleksibilitas Kognitif

Hubungan yang bersifat linier antara Tinggi rendahnya fleksibilitas kognitif


kedua variabel ditunjukkan oleh nilai F=14,621 terlihat dalam perbedaan mengatasi peristiwa
dengan p= 0,000. yang tidak menyakitkan atau tidak
menyenangkan yang melukai hati. Peristiwa
yang tidak menyenangkan sering kali terjadi
dalam hidup baik yang disebabkan oleh orang
36
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

lain, diri sendiri atau situasi yang tidak seorang individu untuk menghasilkan ide dan
diharapkan. Individu dengan fleksibilitas pertimbangkan alternatif dalam beradaptasi
kognitif yang tinggi cenderung mengambil untuk lingkungan perubahan (Johnson, 2016).
keputusan untuk menghadapi dan Fu dan Chow (2017) dalam penelitiannya pada
menyelesaikan emosi-emosi yang menyertai remaja dengan pengalaman gempa bumi,
ketika dihadapkan pada peristiwa yang tidak melaporkan bahwa remaja yang secara kognitif
menyenangkan dengan cara yang bijak. fleksibel dapat mentolerir ketidakpastian hidup
Individu yang secara kognitif fleksibel, bagus dengan lebih baik, berpikir secara konstruktif
dalam mempertimbangkan dan menerapkan tentang pengalamannya, dan menghadapi
berbagai strategi koping untuk menyelesaikan tantangan dengan cara yang efektif.
masalah dan mengurangi distress (Johnson, Memaafkan berarti kemampuan
2016). Sebaliknya individu dengan melakukan perubahan dengan menghilangkan
fleksibilitas kognitif yang rendah rasa dendam dan keinginan untuk membalas
menghadapinya dengan cara tidak bijak pelaku, dengan rasa welas asih dan melakukan
bahkan melukai dirinya sendiri dan orang lain. kebaikan pada sumber rasa sakit. Individu yang
Individu mengembangkan perilakunya yang secara kognitif fleksibel, sadar akan alternatif
adaptif maupun tidak adaptif dan pola kognitif dan merasakan situasi sulit sebagai
perasaan melalui proses kognitif. Studi terkendali, menerima tantangan dengan cara
sebelumnya menunjukkan bahwa yang sukses dan mengubah pikiran maladaptif
meningkatnya level fleksibilitas kognitif dengan pemikiran adaptif (Dennis & Vander
terkait dengan kecenderungan lebih ekstrovert, Wal, 2010; Gabrys, Tabri, Anisman, &
lebih memiliki kontrol diri dan lebih terbuka Matheson, 2018). Akhtar, Dolan, & Barlow
untuk perbaikan (Bilgin, 2017) (2017) menyatakan bahwa state forgiveness
Konseptualisasi mengenai fleksibilitas memiliki hubungan yang kuat dengan
kognitif menurut Affleck, Tennen, Pfeiffer, dan kesejahteraan mental, meliputi, berkurangnya
Fifield (dalam Cheng, 2001), yaitu melihat afek negatif, merasakan emosi positif,
pada keanekaragaman dalam menerapkan hubungan yang positif dengan orang lain,
kemampuan mengontrol pada berbagai situasi. pertumbuhan spiritual, memiliki arti dan tujuan
Pola positif yang pertama, ditandai dengan dalam hidup serta rasa pemberdayaan yang
adanya variasi dalam mengontrol berbagai lebih besar. Fleksibilitas kognitif berperan
situasi. Variasi inilah yang membuat individu dalam proses tersebut, karena menurut Lin
bisa lentur dalam merespon luka dari (2013) dalam penelitiannya pada 770
trasgressor. Pola kedua ditandai dengan adanya mahasiswa menemukan bahwa fleksibilitas
konsistensi dalam mengontrol berbagai situasi. kognitif memiliki dampak positif pada
Menghadapi transgresi, sebagai salah keterbukaan pada perubahan.
satu tuntutan tugas dan faktor-faktor konteks Fleksibilitas kognitif membantu
perubahan, sistem kognitif dapat beradaptasi individu mengidentifikasi rasa sakit emosional
dengan melakukan observasi terlebih dahulu, yang terjadi akibat dari peristiwa menyakitkan,
memilih informasi untuk mengambil tindakan yang kemudian menimbulkan rasa marah.
pada situasi yang dihadapi, melakukan Individu akan bisa mengidentifikasi energi
perencanaan, dan menghasilkan inovasi baru, b e s a r ya n g harus dikeluarkan sebagai akibat
memiliki tujuan, dan mampu melakukan dari cidera, dan mulai menyadari kerugian
penilaian diri. Proses ini akan menghasilkan yang diderita disebabkan oleh luka yang
representasi dan tindakan yang baik disesuaikan diderita. Proses tersebut akan membantu
dengan tugas yang diubah berdasarkan konteks, individu melakukan pemaafan. Untuk
maka dapat dianggap fleksibel (Deak, 2003). menyelesaikan emosi-emosi negatif yang
Fleksibilitas kognitif mengurangi dampak dialami individu akan cenderung mencari cara-
pengalaman negatif dengan mengizinkan cara alternatif untuk menyelesaikan
37
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

ketidaknyamanan yang dirasakan. Individu baru antara unsur-unsur yang sudah ada di
dengan fleksibilitas kognitif yang tinggi, setiap interaksi intrapersonal dan interpersonal
memiliki self compassion yang tinggi pula, dan yang dihadapi, sehingga mampu melihat
percaya bahwa ada pilihan yang tersedia di pemaafan sebagai kemampuan adaptif dan
setiap kondisi, sehingga bersedia untuk percaya efektif.
bahwa seseorang pantas mendapatkan
pemaafan (Martin, Staggers, & Anderson,
2011) . DAFTAR PUSTAKA
Pemaafan diperlukan dalam
menghadapi kelemahan dan tekanan yang
dirasakannya di lingkungan pembelajaran Akhtar, S., Dolan, A. & Barlow, J. (2017)
(sekolah atau kampus), baik dari dalam diri, Understanding the relationship between
orang lain maupun lingkungan. Berpadu state forgiveness and psychological
dengan empati dan efikasi diri, pemaafan wellbeing: A qualitative study. J Relig
meningkatkan aspek hubungan social (loving) Health,56, 450–463. DOI
dalam kesejahteraan sekolah (disusul aspek 10.1007/s10943-016-0188-9
being), melebihi aspek yang lain (Setyawan & Adisti. (2010). Personality Plus For Teens
Dewi, 2019) (Mencapai Kesuksesan Selagi Remaja).
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Grhatama
SIMPULAN
Hasil penelitian yang ada menunjukkan Ahmed & Braithwaite . ( 2006). Forgiveness,
adanya hubungan positif antara fleksibilitas Reconciliation, and Shame: Three Key
kognitif dengan pemaafan pada mahasiswa. Variables in Reducing School Bullying.
Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa Journal of Social Issues, Vol.62 (2), h.
semakin tinggi fleksibilitas kognitif mahasiswa, 347-370
maka semakin tinggi pemaafan yang dimiliki Chaplin, J.P. ( 2006). Kamus Lengkap
mahasiswa tersebut, begitu pula sebaliknya Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo
semakin rendah fleksibilitas kognitif maka Persada.
semakin rendah pula pemaafan yang dimiliki
Cheng, C. (2001). Assesing coping flexibility
mahasiswa. Fleksibilitas kognitif memberikan
in real-life and laboratory settings: a
besaran prediksi peran sebesar 21,3% pada
multimethod approach. Journal of
variabel pemaafan.
Personality and Social Psychology, 80, 5,
Penting bagi mahasiswa yang masih
814-833.
berada dalam usia produktif dalam berinteraksi
dan komunikasi untuk mengembangkan secara Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan
optimal fleksibilitas kognitifnya untuk Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia
mendukung kemampuan memaafkan, pada Widiasarana Indonesia.
setiap kemungkinan luka yang muncul dari Deak, G. O. (2003). The development of
hubungan individu yang dilakukan. Hal yang cognotive flexibility and language
penting untuk dilakukan diantaranya adalah abilities. Advances in Child Development
terus berusaha mengasah kemampuan and Behavior. Vol 31.
menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang variatif Dennis, J. P., & Vander Wal, J. S. (2010). The
dan dapat diterapkan dalam pemecahan cognitive flexibility inventory: instrument
masalah. Mengiringi kemampuan tersebut, development and estimates of reliability
harus didukung dengan kemauan mengubah and validity. Cognitive Therapy and
pendekatan atau cara berpikir, dengan selalu Research, 34, 241–253.
terbuka untuk melihat hubungan-hubungan doi:10.1007/s10608-0099276-4
38
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

Egan & Todorov . ( 2009). Forgiveness as a School, Marquette University, Wisconsin.


Coping Strategy to Allow School Retrieved from
Students to Deal with The Effects of https://search.proquest.com/pqdtglobal/do
Being Bullied: Theoretical and cview/1784011416/fulltextPDF/C30DC2
Empirical Discussion. Journal of Social A5C82D4DD8PQ/1?accountid=11054
and Clinical Psychology, Vol. 28 (2), h. Lin, Y. (2013). The effects of cognitive
198-222 flexibility and openness to change on
Fu, F., & Chow, A. (2016) Traumatic exposure college students' academic performance
and psychological wellbeing: The (Master’s thesis). Hebei University,
moderating role of cognitive flexibility. China. Retrieved from
Journal of Loss and Trauma, 22(1), 24- https://search.proquest.com/pqdtglobal/do
35. doi: 10.1080/15325024.2016.1161428 cview/1433926373/fulltextPDF/48733DB
Gabrys, R. L., Tabri, N., Anisman, H., & A637946A4PQ/1?accountid=11054
Matheson, K. (2018). Cognitive control Martin, A. D. (2003). Emotional Quality
and flexibility in the context of stress and Management. Jakarta: Arga
depressive symptoms: the cognitive
Martin, M.M., Staggers, S.M. & Anderson,
control and flexibility questionnaire.
C.M. (2011) The relationships Between
Frontiers in Psychology, 9(2219), 1-19.
cognitive flexibility with dogmatism,
http://dx.doi.org/10.3389/fpsyg.2018.022 intellectual flexibility, preference for
19 consistency, and Self-compassion,
Gambaro dkk. (2008). Can School-Based Communication Research Reports, 28(3),
Forgiveness Counseling Improve 275 – 280.
Conduct and Academic Achievement in http://dx.doi.org/10.1080/08824096.2011.
Academically At-Risk Adolescents? 587555
Journal of Research in Education. Vol 18, McCullough et all. (1997). Interpersonal
h. 16 – 27 Forgiving in Close Relationships. Journal
Hadriami, E. (2003). Minta maaf dan of Personality and Social Psychology, 73,
memaafkan. Psikodimensia, 4, 52-60. 2, 321-336.
Hodgson, L, K, & Wertheim, E. H. (2007). Santrock, J. W. (2002). Life Span
Does Good Emotion Management Aid Development, Perkembangan Masa
Forgiving? Multiple Dimenssion Hidup. Jilid II. Diterjemahkan Oleh:
Emphaty, Emotioan Management and Achmad Chusairi dan Juda Damanik.
Forgiveness of Self and Others. Journal Jakarta: Penerbit Erlangga.
of Sosial and Personal Relationships,
Santosa, E., & Setyawan, I. (2015). Hubungan
Vol.24 (6), 931-949.
antara fleksibilitas kognitif dengan
Hodgson dkk. (2008). The Roles Of Emotion problem focused coping pada mahasiswa
Management And Perspective Taking In fast-track universitas diponegoro. Jurnal
Individuals’ Conflict Management Styles EMPATI, 3(2), 139-146. Retrieved from
And Disposition To Forgive. Journal of https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/e
Research in Personality. Vol. 42 (6), mpati/article/view/7508
1594-1601
Setyawan, I. (2017) Peran kelekatan pada
Johnson, B. T. (2016). The relationship orang tua terhadap pemaafan siswa
between cognitive flexibility, coping, and sekolah menengah pertama. Proyeksi, 12
symptomatology in psychotherapy (2),1 – 8. Retrieved from
(Master's Thesis). Faculty of the Graduate
39
Peran Fleksibilitas Kognitif Pada Pemaafan Mahasiswa
Jurnal Nathiqiyah, Vol.3, No.2, Desember 2020, 29 – 40

http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pro Worthington. ( 2005). Handbook of


yeksi/article/view/2815 Forgiveness. New York : Taylor &
Francis Group
Snyder & Lopez. ( 2002). Handbook of
Positive Psychology. New York : Worthington et all. ( 2007). Forgiveness,
Oxford University Press Health, and Well-Being: A Review of
Evidence for Emotional Versus
Syah, M. ( 2008). Psikologi Pendidikan
Decisional Forgiveness, Dispositional
dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Forgivingness, and Reduced
PT. Remaja Rosdakarya.
Unforgiveness. Journal Behavioural
Medicine, 30, 291-302.

40

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai