Oleh
KELOMPOK 3
T h o m a s Yuda N I M 8 3 6 1 5 98 1 7
Titi Elijah N I M 8 3 6 1 5 19 0 9
Tri Aprian to N I M 8 3 6 1 6 04 6 3
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ JAKARTA (POKJAR K A L I D E R E S )
T A H U N 2016
Pendekatan dalam pengajaran IPS di Sekolah Dasar
Pendekatan kognitif dalam pembelajaran IPS SD
Karakteristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai
dasar partisipasi social. Artinya, pusat perhatian utama pembelajaran IPS adalah pengembangan murid
sebagai aktor social yang cerdas. Untuk menjadi aktor social yang cerdas, tidak berarti dan memang
tidak bisa hanya dikembangkan aspek kecerdasan rasionalnya (rational intelligence), tetapi juga
kecerdasan emosionalnya (emotional intelligence) (Goleman: 1996). Seperti ditegaskan oleh Goleman
(1996) maka dua kecerdasan itu sama-sama memiliki kontribusi terhadap keberhasilan seseorang,
dalam masyarakat masing-masing diperkirakan 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
A.TUJUAN
Tujuan utama pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau secara umum
membangun pengetahuan.Tujuan pendekatan penelitian sosial di SD adalah memperkenalkan dan
melatih anak cara berfikir ilmu sosial yang dapat dibangun tentu saja belum sampai pada teori
pengetahuan sosial, tetapi berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.
B.PROSES PENELITIAN
Bagi siswa SD proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala sosial
dan perkembangan masyarakat dengan menggunakan kaca mata atau cara kerja ilmu sosial, Tentu anda
dapat membayangkan modelnya dan bentuknya sebagai berikut.
1. Masalah
Masalah ada dalam pikiran berkaitan dengan gejala yang tampak atau dapat ditangkap
oleh
pancaindra kita. Misalnya, suatu waktu terjadi hujan lebat sehingga air sungai melimpah
keluar dari badan sungai dan masuk ke kawasan sekitar aliran sungai. Apa-apa yang diamati
adalah fenomena atau gejala alam.
Proses berfikir terjadi bila ada proses asimilasi ( kontak objek dengan pikiran)
dan
keterkaitan konsep-konsep dalam pikiran dengan informasi tentang objek yang disebut
proses akomodasi. Masalah yang dirumuskan pada dasarnya merupakan hasil rekayasa
pikiran berkenaan dengan fenomena dan teori dan nilai yang ada pada pikiran kita.
2. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa latin hypo dan thesis.Hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu kesimpulan yang masih sementara atau setengah benar dan masih memerlukan
pengujian dan pembuktian.Sedangkan Asumsi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan unsur- unsur yang dipermasalahkan yang diterima sebagai kebenaran tanpa bukti-
bukti.
4. Kesimpulan
Kesimpulan adalah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya.Teori merupakan
bentuk pengetahuan yang paling tinggi dan merupakan isi pokok ilmu pengetahuan.
Orientasi ini sering diberi label bermacam-macam, seperti inquiry, discovery, problem solving,
critical thinking, reflective thinking, induction, dan investigator ( Jarolimek, 1971: 11).:
D. KONSEP
Konsep merupakan suati kata atau pernyataan abstrak yang berguna untuk mengelompokkan
benda, idea tau peristiwa. Apabila dilihat dari sifatnya, ada beberapa konsep, yakni konsep teramati atau
observed concept, konsep tersimpul atau inferred concept, konsep relasional atau relational concept, dan
konsep ideal atau ideal type concept. (Fenton: 1966, Jarolimek: 1971, Banks: 1977). Konsep teramati
adalah konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindra, seperti manusia, rumah, jalan raya, bising,
manis, merdu. Konsep tersimpul adalah konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil
pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator. Misalnya, sopan, tertib, pahlawan, makmur, dan
adat.
Konsep relasional adalah konsep yang melibatkan jarak dan atau waktu. Misalnya, abad,
dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isotherm , kawasan, dan landasan-preen.Konsep ideal adalah
konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indikator
yang lebih luas. Misalnya, keadilan, pancasila, takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuran,
dan kesejahteraan.
E.GENERALISASI
Generalisasi adalah pernyataan mengenai keterkaitan dua konsep atau lebih Contohnya,
perilaku guru di muka kelas merupakan produk interaktif antara kompetensi mengajar guru dengan
lingkungan belajar.
Secara umum generalisasi dapat digolongkan menjadi tiga aaras (Banks, 1977: 99-100):
Generalisasi aras tinggi, berlaku secara universal, artinya pernyataan itu berlaku, di mana saja,
kapan saja dan bagi siapa saja.contohnya : manusia dengan lingkungannya.
Generalisasi aras sedang berlaku terbatas pada suatu wilayah budaya atau kurun
waktu
tertentu.contohnya : pada masa penjajahan Belanda kesempatan pendidikan bagi rakyat Indonesia
sangat terbatas .
Generalisasi aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih
sempit.contohnya :
pada musim angin barat penghasilan nelayan tradisional di pelabuhan ratu menurun karena
terbatas frekuensi dan jarak tangkapan ikan.
F. TEORI/KONSTRUK
Teori atau konstruk merupakan bentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan untuk
menerangkan dan memperkirakan perilaku manusia (Banks, 1977 : 103). Teori aras tinggi
yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Melukiskan hubungan antar konsep atau variable yang di definisikan secara jernih.
Mengandung system deduksi yang secara logis ajeg atau tetap.
Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah di uji kebenarannya. (Banks,1977:103)
KEGIATAN BELAJAR 2
A. EMOSI
Emosi (emotion) sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (1996) mengartikan emosi sebagai suatu
perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan pisikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Tercakup dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta,
kejutan jengkel, dan malu (Goleman, 1996: 411- 412).
Menurut W.T. Grand Consortiums, dalam Goleman (1996: 426-427). Keterampilan emosional
mencakup hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan.
2. Mengungkapkan perasaan.
3. Menilai intensitas perasaan.
4. Mengelola perasaan.
5. Menunda pemuasan.
6. Mengendalikan dorongan hati.
7. Mengurangi stress.
8. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
1. Nilai
Sesuatu dapat dinilai memiliki value atau harga apabila memang hal itu memiliki
kualitas
kebaikan dan dilihat oleh pengamat sebagai hal yang baik.Nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang
ada dalam keseluruhan sistem kepercayaan seseorang, mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau
tidak seharusnya berperilaku atau perlu tidak sesuatu dicapai Nilai juga merupaka ukuran untuk
menetapkan baik dan buruk. Contohnya, setiap orang memiliki sistem nilai religi yang terbentuk dari
pengetahuan pemahaman pelaksanaan dan komitmen seseorang pada agama yang dipeluknya dengan
baik.
2. Sikap
Sikap adalah suatu kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengalaman yang
memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan individu terhadap.objek
atau situasi yang dihadapinya.Sikap juga dapat bersifat simpleks atau sederhana atau dapat pula
bersifat multipleks atau rumit.
C. PERILAKU SOSIAL
Termasuk ke dalam keterampilan sosial, antara lain berkomunikasi (Krech dkk., 1962), membaca,
menulis, menggunakan kepustakaan, menganalisis, menggunakan peta (Pellison: 1989), keterampilan
sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan operasional yang memungkinkan individu
dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur dengan orang lain.
Pembelajaran di bagikan menjadi dua , yaitu :
Pembelajaran formal yang menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam atau di
luar kelas.
Pembelajaran informal yang menitikberatkan pada penghayatan, pelibatan, dan
penciptaan
suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama di luar kelas.
Menawarkan 4 pendekatan yang berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut:
Model tersebut akan terbentuk model perpaduan atau model eklektik yang dalam modul ini
akan dikemukakan sebagai berikut:
1. Pendekatan ekspositori berorientasi nilai dan sikap.
2. Pendekatan analitik keteladanan.
3. Pendekatan kajian nilai.
4. Pendekatan integratif konsep dan nilai.