Anda di halaman 1dari 5

Praktika Perilaku Manusia

Latar Belakang
Perilaku manusia secara umum dipengaruhi oleh kedua jenis pikiran manusia, yaitu
Pikiran Sadar (Conscious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar (Sub Concious Mind). Berdasarkan
informasi, perilaku manusia sebagian besar dipengaruhi oleh pikiran bawah sadarnya (sekitar
88%). Dan ternyata pikiran sadar manusia “hanya” mempengaruhi sebagian kecil perilaku
manusia (sekitar 12%).

Perilaku manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang disaat-saat tertentu),
tetapi selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan lainnya. Misalnya
seorang anak masuk sekolah hari ini, akan bersekolah lagi besok dan bersekolah terus bertahun-
tahun untuk akhirnya mempunyai kepandaian tertentu, mendapat pekerjaan, mempunyai
penghasilan, berkeluarga, berketurunan, dan seterusnya. Pendek kata, prilaku manusia tidak
pernah berhenti pada suatu masa. Dengan demikian, adalah keliru kalau seseorang memandang
masa kanak-kanak atau remaja hanyalah masa yang tak berarti apabila terlewati.

Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dan dua pendekatan, yang saling bertolak
belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau humanism menurut Abin Syamsuddin
Makmun (2003) :

1. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Behaviorisme


Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses
pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-
stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme proses
terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam bagan berikut :

S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan 0=organisme


(individu/manusia). Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan
kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak
dalam bagan berikut ini :

Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

(1) Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara
potensial dapat melahirkan S).

(2) Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai
dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan is
meresponsnya,

Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku
spontan.

2. Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik


Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-
aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dan dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk
melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan.

Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/ purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)
menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni
perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang
menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dan individu itu
sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dan luar individu (motivasi ekstrinsik).
Secara skematik rangkaian, proses dan mekanisme terjadinya perilaku menurut pandangan
Holistik, dapat dijelaskan dalam bagan berikut :

Aktivitas yang
Kebutuhan
Dorongan dilakukan Tujuan dihayati
DIrasakan
(motivation) (Instrumental (goals/incentive)
(felt needs)
behavior)
Berdasarkan bagan di atas tampak bahwa terjadinya perilaku individu diawali dari adanya
kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas
hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu
dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis jenis kebutuhan-individu secara
hierarkis, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan; 


2. Kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual; 
3. Kebutuhan kasih sayang atau penerimaan; 
4. Kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan 
5. Kebutuhan aktualisasi diri. 

Menurut Bloom, perilaku dibagi menjadi 3 domain (ranah/kawasan) :

a. Kognitif Domain, yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar.
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling
mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu
objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau
kesimpulan.

2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa,
fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuantemuan ini
diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga
membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemaharnan ini meliputi :
a) Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan
makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan
atau grafik;
b) Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam
bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat
menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia telah
mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya dengan
sesuatu yang lain. 
c) Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dan suatu
temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11,
dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6
adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari
prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. 
3) Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan
ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan,
menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. Contoh, dulu ketika pertama
kali diperkenalkan kereta api kepada petani di Amerika, mereka berusaha untuk
memberi nama yang cocok bagi alat angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi
yang sudah dikenal pada waktu itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat
transportasi.

4) Penguraian (analysis);
Menentukan bagian-bagian dan suatu masalah dan menunjukkan hubungan
antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dan suatu peristiwa atau memberi
argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

5) Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau menjadi suatu hal yang barn. Kemampuan berfikir induktif dan
konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan irama dan
kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang barn, memberi
nama yang sesuai bagi suatu temuan barn, menciptakan logo organisasi.

6) Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk,
atau bermanfaat — tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif
maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu :
a) Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan
memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsurunsur
yang ada di dalam objek yang diamati.
b) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-
kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati., misalnya kesesuaiannya
dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan kebutuhan pemakai.

b. Afektif Domain, yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya.
1. Penerimaan (receiving/attending)
2. Sambutan (responding)
3. Penghargaan (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi.
4. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya mengintemalisasi satu nilai tertentu
seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk
disusun menjadi satu sistem nilai.
5. Karakterisasi (characterization).
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem
nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka
susunan itu belum konsisten di dalam din yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-
ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu konsisten.

c. Kawasan Psikomotor; yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Kawasan ini terdiri dari : 
1) Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan
tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan
alat, menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.
2) Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamatinya
walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang
barn belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa mengerti artinya.
3) Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa hams melihat
contoh, sekalipun is belum dapat mengubah polanya.
4) Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan
kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.
5) Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu
karya.

Perilaku manusia tidak terjadi secara sporadic (timbul dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi
selalu ada kelangsungan antara satu perbuatan dengan perbuatan lainnya. Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar

Anda mungkin juga menyukai