Anda di halaman 1dari 6

Jeanne Stefani Putri 03062142

Bagaimana Aspek - Aspek Komunikasi Mempengaruhi dalam


Pembelajaran Komunikasi Persuasif

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial kita di dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi adalah


hal yang paling penting untuk kita lakukan baik di rumah, lingkungan sekitar, kantor,
maupun pada saat di organisasi. Karfried Knapp sendiri mendefinisikan komunikasi
sebagai interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti
sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan
secara langsung / tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual). Di
dalam komunikasi ada yang namanya komunikator (orang yang berinisiatif dalam
berkomunikasi dengan orang lain), dan komunikan ( atau orang yang menerima pesan
dari komunikator). Pada saat kita berkomunikasi itu harus ada sesorang atau sesuatu
yang mencoba berbagi informasi berupa suatu ide, gagasan, perintah, penolakan,
pertanyaan atau simbol-simbol yang dapat dipahami dengan mudah yang dikeluarkan
dar hasil penyusunan pesan yang dilakukan secara baik dan ditampilkan dengan
strukur yang baik. Dan sasaran dari motif serta tujuan seorang atau beberapa orang
melakukan kegiatan komunikasi tidak harus dalam posisi bergantian dengan pengirim
pesan pada saat melakukan kegiatan komunikasi, namun dapat dalam posisi yang
setara saat saling mengirim dan menerima pesan.

Di dalam komunikasi ada yang dinamakan komunikasi persuasif yaitu


komunikasi bertujuan untuk menengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat.
Kemudian, memberikan ilustrasi dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan
tetapi, tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku,
sehingga penggunaan fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya. Dari penjelasan tersebut, De Vito mengemukakan
terdapat dua macam tujuan atau tindakan yang ingin dicapai dalam melakukan
komunikasi persuasif. Tujuan tersebut dapat berupa untuk mengubah sikap atau
perilaku receiver atau untuk memotivasi perilaku receiver. (De Vito, Komunikasi
Antar Manusia). Apa akan berpengaruh pada komunikan setelah berkomunikasi.
Permasalahan

Apakah dapat mempengaruhi komunikan pada aspek kognitif, afektif, dan


psikomotorik? Disamping itu juga pasti ada teori-teori yang menyangkut pautkan atas
nama komunikasi untuk menjelaskan hal tersebut. Karena ilmu komunikasi yang akan
terus berkembang dari masa ke masa. Nah, apakah hubungan teori-teori komunikasi
tersebut dengan komunikasi persuasif?

Pembahasan

Apa yang akan kita bahas disini adalah hubungan komunikasi persuasif dengan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam teori komunikasi. Untuk definisi
komunikasi sudah tertulis pada latar belakang.

Persuasi telah menjadi salah satu alternatif yang banyak dipergunakan dalam
komunikasi. Istilah persuasi bersumber dari bahasa latin, persuasion yang kata
kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Terdapat
beberapa definisi tentang persuasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, di
antaranya:

1. Applbaum dan Anatol, (1974) mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikasi


yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau
tidak sengaja) melalui cara-cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh respon
tertentu dari individu atau kelompok lain.

2. Andersen, 1972, membatasi definisi persuasi sebagai suatu proses komunikasi


interpersonal di mana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang
untuk mempengaruhi kognisi penerima. Jadi, secara sengaja mengubah sikap atau
kegiatan seperti yang diinginkan oleh komunikator.

3. Brembeck and Howell, (1952) mendefinisikan persuasi sebagai usaha sadar untuk
mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif orang kearah tujuan
yang sudah ditetapkan.

4. Hardo, (1981), mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikatif untuk


mengubah kepercayaan, sikap, perhatian atau perilaku baik secara sadar maupun tidak
dengan menggunakan kata-kata dan pesan nonverbal.
5. Miller (dalam Malik, 1994: 188) mengatakan bahwa persuasi dapat dipandang
sebagai segala upaya untuk mempengaruhi orang, kelompok orang atau mayarakat.

6. Sastropoetro (1988: 246) mengatakan bahwa kata persuasi berasal dari bahasa
Inggris persuation yang berinduk kepada kata kerja to persuade yang berarti
membujuk, merayu dan menghimbau. Kegiatan membujuk, merayu mengimbau atau
sejenisnya adalah merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu dengan spontan,
dengan senang hati, dengan sukarela tanpa merasa dipaksa.

7. Rakhmat (2007) persuasif adalah proses komununikasi untuk mempengaruhi


pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis
sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

8. R. Bostrom (1995: 5) persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan


mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima.
Tujuan demikian hanya dapat dicapai manakala seorang guru mampu menyampaikan
pesannya dengan pendekatan psikologis, dan pesan seperti itulah yang disebut
persuasif.

Jadi, komunikasi persuasif sendiri mengetengahkan komunikasi yang sifatnya


memperkuat, memberikan ilustrasi, dan menyodorkan informasi kepada khalayak.
Akan tetapi tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku,
sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya.

Aspek Kognitif

Yang dimaksud dengan aspek kognitif disini adalah akibat yang timbul pada diri
komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan
dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam
mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.
Oleh karena itu, pada saat kita membahas tentang aspek kognitif maka yang dikaji
adalah hal-hal yang berkaitan dengan objek sikap dengan nilai-nilai yang dianut oleh
seseorang. Terdapat 6 aspek jenjang berfikirnya yaitu, pengetahuan atau hafalan
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya; Pemahaman (comprehension)
yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi; Penerapan (application)
adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,
tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret; Analisis (analysis) adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang
analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi; Sintesis (syntesis)
adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk
pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang
analisis Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah peserta didik
dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan
oleh islam; Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam aspek kognitif. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai
atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.

Aspek Afekif

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup


kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Apabila pada diri
seseorang terdapat ketidaksesuaian pada unsur kognitifnya maka orang tersebut dalam
ketegangan, sehingga terjadi ketidakseimbangan di dalam dirinya (Mar’at 1982). Dan
ketidakseimbangan pada diri seseorang dapat diakibatkan oleh adanya perbedaan
jumlah unsur kognitif yang seimbang dan tidak seimbang dan kedua hal tersebut sama
pentingnya.

Dan kaitan antara asep kognitif dan afektif yaitu apabila antara aspek kognitif dan
aspek afektif bersifat konsisten atau sama lainnya, maka setiap orang tersebut berada
dalam kondisi yang stabil (Rosenberg).

Aspek Psikomotorik

Menurut Arikunto (2010) psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”, “sensory


motor”atau “perceptual-motor”. Dengan kata lain dapat diartikan psikomotorik ini
berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau
bagian-bagianya. Gerak yang dimaksud disini mulai dari gerak yang sederhana
sampai yang lebih komplit. Hamid (2009) menambahkan bahwa psikomotorik
merupakan hal yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Aspek psikomotorik adalah
aspek yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik adalah penilaian untuk
menggali potensi keterampilan atau penampilan sesorang dalam mengaplikasikan
bidang keilmuannya. Aspek ini adalah lanjutan dari aspek kognitif dan aspek afektif.
Hasil belajar aspek ini dapat diukur melalui pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, dan juga dapat diukur dengan
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Simpulan

Jadi, proses suatu pernyataan seseorang dapat mempengaruhi orang lain pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik yaitu dengan memfokuskan konsistensi antara asep
kognitif, afektif dan psikomotorik pada konsistensi internal, dengan mengabaikan
unsur perilaku dan faktor-faktor lainnya yang dapat menghalangi perubahan sikap
komunikan. Dan asep-aspek inilah yang termasuk dalam memaksimalkan terjadinya
proses persuasif dimana konsepnya adalah harus ada kesempatan yang sama untuk
saling menguntungkan untuk mempengaruhi antara komunikator dan komunikan.

Daftar Pustaka

Soleh Soemirat dan Asep Suryana. 2008. Komunikasi Persuasif. Banten: Universitas
Terbuka

Prajarto, Nunung. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Banten: Universitas Terbuka

https://pakarkomunikasi.com/

http://sidos.unisri.ac.id/

https://www.researchgate.net/

https://ibizcoach.com/businesscoaching/Komunikasi-Persuasif-Ebook

Anda mungkin juga menyukai