Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENDIDIKAN IPS DI SD
MODUL 5 KEGIATAN BELAJAR 1 DAN 2

Kelompok 2 (Dua)
Disusun Oleh:

1. ANI NOVIYATI (857905031)


2. ANANG ARUM PAMUNGKAS (857911121)
3. JUNI LESTARI (857912162)
4. PINTAR ALI WIJAYANTI (857905017)

UNIVERSITAS TERBUKA YOGYAKARTA


POKJAR JETIS BANTUL
2019
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS
DI SEKOLAH DASAR

A. Pendekatan Kongnitif dalam Pembelajaran IPS SD


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD tahun 2006, merumuskan fungsi
pelajaran IPS adalah sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan
sikap rasional tentang gejala – gejala sosial serta kemampuan tentang perkembangan
masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. IPS
mempelajari berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari – hari yang bersumber dari
ilmu geografis, ekonomi, sejarah, dan sosiologi (Depdiknas: 2007). Karakteristik pelajaran
IPS di SD merupakan pendidikan kongnitif sebagai dasar partisipasi sosial. Artinya, pusat
perhatian pelajaran IPS SD adalah pengembangan diri peserta didik sebagai aktor sosial
yang cerdas. Untuk menjadi aktor yang cerdas, tidak berarti dan memang tidak bisa hanya
dikembangkan aspek kecerdasan rasionalnya (rational intelligence) tetapi juga kecerdasan
emosionalnya (emotional intelligence) (Goleman: 1996). Dua kecerdasan itu sama – sama
memiliki kontribusi terhadap keberhasilan seseorang dalam masyarakat, masing – masing
diperkirakan memiliki kontribusi 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
Beberapa kajian pendekatan yang digunakan untuk pelajaran IPS di SD antara lain:
a) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewakili, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Menurut Bank (1997), pembelajaran terdiri dari dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach). Menurut Ruseffendi (1980), pendekatan pembelajaran
adalah jalan atau arah yang ditemukan oleh guru atau peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
b) Strategi Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 203), pengertian strategi (1) ilmu dan seni
menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam
dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus. Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang
telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu:
1) Pemilihan materi pelajaran.
2) Penyaji materi pelajaran.
3) Cara menyajikan materi pelajaran.
4) Sasaran penerima materi pelajaran. (kosasih Djahiri, 1985)
Menurut Soedjadi (1999) strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan
kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi
pembelajaran yang diharapkan.
c) Metode Pembelajaran
Menurut Ruseffendi (1980), metode pembelajaran adalah cara mengajar guru secara
umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.
d) Teknik Pembelajaran
Menurut Ruseffendi, (1980), teknik pembelajaran aadalah penerapan secara khusus
suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan
guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan peserta didik.

e) Model Pembelajaran
Menurut Didang (2005), metode pembelajaran adalah suatu disain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri
peserta didik. Menurut Ismail (2003), metode pembelajaran mempunyai empat ciri
Khusus, yaitu:
1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3) Tingkah laku mengajar,
4) Lingkungan belajar yang diperlukan.
Menurut Banks (1977), pendekatan yang khas dalam IPS adalah Social Science
Inquiry atau Penelitian Ilmu Sosial. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Tujuan
Tujuan utama pendidikan penelitian sosial adalah membangun teori atau secara
umum membangun pengetahuan. Tujuan pendekatan penelitian sosial di SD adalah
memperkenalkan dan melatih anak cara berpikir ilmu sosial yang dapat dibangun
tentu saja belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi berupa pengetahuan
sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.
2. Proses Penelitian
Meurut Banks (1977), Ilmu pengetahuan merupakan proses dan produk berupa
tubuh pengetahuan teoritis (body of theoretical knowledge). Bagi siswa SD proses
penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala – gejala sosial dan
perkembangan masyarakat dengan menggunakan kaca mata atau cara kerja ilmu
sosial.
3. Model – Model Penelitian Sosial
a. Masalah
Masalah muncul dari rasa ingintahu terhadap suatu gejala yang tertangkap
pancaindra. Namun, tidak semua hal yang kita amati akan dirasakan sebagai
masalah. Hal ini tergantung pada apakah ada pertentangan antara apa yang kita
amati dengan konsep – konsep yang ada dalam pikiran.
b. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu kesimpulan yang masih sementara atau setengah
benar dan masih memerlukan pengujian dan pembuktian.
c. Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data terdiri dari dua yaitu data primer adalah pengumpulan data
yang dikumpulkan dari sumber pertama, sedangkan data sekunder adalah
pengumpulan data yang dikumpulkan dari sumber data pengamatan orang lain.
Pengumpulan data yang lebih terpercaya adalah data primer, karena masih relatif
murni belum banyak tercampur dengan pemikiran. Contoh alat pengumpul data
antara lain: pedoman observasi, daftar cek, catatan pengamatan, angket, pedoman
wawancara dan tes.
d. Kesimpulan
Kesimpulan adalah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya.
4. Konsep
Menurut Banks (1977), konsep merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak
yang berguna untuk mengelompokkan benda, ide atau peristiwa. Menurut Fenton
(1966), Jarolimek (1971), Baks (1977), jenis konsep menurut sifatnya terdiri dari:
a. Konsep teramati atau observed concept adalah konsep yang contohnya dapat
ditangkap pancaindra.
b. Konsep tersimpul atau inferred concept adalah konsep yang contohnya harus
disimpulkan dari berbagai hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai
indikator.
c. Konsep relasional atau relational concept adalah konsep yang melibatkan jarak
dan atau waktu.
d. Konsep ideal atau ideal type adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan
merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indicator yang lebih luas.
5. Generalisasi
Banks (1977) merumuskan bahwa generalisasi adalah pernyataan mengenai
keterkaitan dua konsep atau lebih. Menurut Banks, generalisasi digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Generalisasi aras tinggi, berlaku secara universal, artinya pernyataan itu berlaku,
di mana saja, kapan saja dan bagai siapa saja.
b. Generalisasi aras sedang, berlaku terbatas pada suatu wilayah budaya atau kurun
waktu tertentu.
c. Generalisai aras rendah, berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih
sempit.
6. Teori/Konstruk
Menurut Banks (1977), Teori atau konstruk merupakan bentuk pengetahuan
tertinggi yang dapat digunakan untuk menerangkan dan memperkirakan perlakuan
manusia. Menurut Banks (1977), teori dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang
memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
a. Melukiskan hubungan antar konsep atau variable yang didefinisikan secara jelas.
b. Mengandung system deduksi yang secara logis ajeg atau tetap.
c. Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya.
B. Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD
Menurut Goleman, pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya
merupakan bentuk sentuhan pedagogisnya terhadap dimensi sosial dan personal atau
dimensi inteligensia emosional atau emotional intelligence.
1. Emosi
Oxford English Dictionary mengartikan emosi sebagai setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap –
luap. Menurut Goleman (1996), mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran
atau suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Tercakup dalam emosi adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan,
cinta, terkejut, jengkel, dan malu (Goleman, 1996). Menurut W.T. Grand Consortiums,
ketrampilan emosional mencakup hal – hal berikut:
a. Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan – perasaan.
b. Mengungkapkan perasaan.
c. Menilai intensitas perasaan.
d. Mengelola perasaan.
e. Menunda pemuasan.
f. Mengendalikan dorongan hati.
g. Mengurangi stress.
h. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
2. Nilai dan Sikap
a. Nilai
Menurut Milton Rokeach, nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang ada dalam
keseluruhan sistem kepercayaan seseorang, mengenai bagaimana seseorang
seharusnya atau tidak seharusnya berperilaku atau perlu tidak sesuatu dicapai. Nilai
juga merupakan ukuran untuk menentukan baik dan buruk.
b. Sikap
Menurut Alport (1935), sikap adalah suatu kondisi kesiapan mental dan syarat
yang terbentuk melalui pengalaman yang memancarkan arah atau pengarah yang
dinamis terhadap respons atau tanggapan individu terhadap objek atau situasi yang
dihadapinya.
3. Perilaku Sosial
Perilaku sosial sering disebut ketrampilan sosial (social skills) atau ketrampilan
studi sosial (social studies skills) (Marsh dan Print, 1975, Jarolimeh, 1971). Menurut
Jarolimek (1971), ketrampilan mengandung unsur proficiency atau kemahiran dan the
capability of doing something well atau kemampuan melakukan sesuatu dengan baik.
Karakteristik ketrampilan yaitu developmental atau bertahap dan practice atau latihan.
Artinya, ketrampilan memerlukan latihan secara bertahap.
Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan operasional yang
memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur
dengan orang lain.
Di sekolah dasar aspek emosi, soial dan ketrampilan sosial dapat dikembangkan melalui
berbagai kegiatan, antara lain (Jarolimek, 1971):
a. Kepedulian pada orang lain, kebebasan dan persamaan, kemerdekaan berpikir,
tanggung jawab, dan penghormatan terhdapa harga diri manusia.
b. Mempelajari sejarah dan perkembangan kehidupan negara.
c. Mempelajari riwayat hidup tokoh – tokoh penting.
d. Mempelajari hukum beserta sistem hukum dan sistem peradilannya.
e. Merayakan hari – hari besar.
f. Menganalisis makna kata – kata dalam proklamasi, perkembangan UUD 45, pasal –
pasal dalam UUD 45 dan peraturan perundangan lainnya.
Pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Permbelajaran formal yang menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam
atau di luar kelas.
b. Pembelajaran informal yang menitikberatkan pada penghayatan, pelibatan, dan
penciptaan suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama
di luar kelas.
Menurut Simon, Howe, dan Kirshenbaum (1972), dalam pembelajaran formal
menawarkan 5 pendekatan, yaitu:
a. Transmisi nilai secara bebas yaitu anak didik diberi kebebasan untuk menangkap,
mengkaji dan memilih nilai atas dasar pertimbangan sendiri.
b. Penanaman Nilai atau Value Inculation yang pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap
baik.
c. Suri teladan atau Modeling model ini menitikberatkan pada penampilan teladan atau
keteladanan dalam berbagai bidang dan berbagai lingkungan kehidupan.
d. Klarifikasi nilai atau value clarification yang menitikberatkan pada langkah
sistematis dalam menghayati, memahami, dan melaksanakan nilai.
e. Klarifikasi nilai terintegrasi struktur ini menitikberatkan pada pembelajaran nilai
melalui proses analisis konsep bidang studi.
Beberapa model terpilih yang dapat diterapakan di SD antara lain:
a. Pendekatan Ekspositori Berorientasi Nilai dan Sikap
Tujuannya adalah menyampaikan nilai/sikap secara dialogis melalui ceramah,
peragaan dan Tanya jawab.
b. Pendekatan Analitik Keteladanan
Tujuannya adalah menangkap nilai/sikap melalui analisis sampel keteladanan dalam
masyarakat dalam berbagai bidang, di berbagai tempat, dan berbagai era/kurun
waktu, dan memotivasi peserta didik untuk mengadaptasi keteladanaan itu.
c. Pendekatan Kajian Nilai
Tujuannya adalah menangkap nilai melaui kajian nilai secara sistematis dan
mendasar.
d. Pendekatan Integratif Konsep dan Nilai
Tujuannya adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi dan
suatu konsep melalui kajian akademis.

Anda mungkin juga menyukai