Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Delima

Delima atau Pomegranate (Punica granatum L.) berasal dari Timur

Tengah, tersebar didaerah subtropik sampai tropik, dari dataran rendah sampai

dibawah 1000 m dpl. Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam

air, dengan air tanah yang tidak dalam (Sasongkawati, 2013). Di Asia tenggara

buah delima begitu sulit ditemukan selain sebagai tanaman rumah delima juga

sangat jarang diperjualbelikan dipasar, kecuali di Thailand. Buah delima tidak

hanya dikonsumsi sebagai buah-buahan tetapi delima juga digunakan didalam

aneka kuliner dan juga pengobatan (Marhari dan Dewi, 2014).

Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama lain delima (Sunda),

dhalima (Madura), dalimo (Batak), glima (Aceh), glimeu mekah (Gayo),

gangsalan (Jawa), jeliman (Sasak), dilimene (Kisar), dan talima (Bima). Tanaman

delima termasuk perdu atau pohon kecil yang memiliki tinggi 2-5 meter.

Batangnya berkayu dengan ranting yang bersegi dan bercabang banyak, tetapi

lemah dan memiliki duri pada ketiak daunnya. Batangnya berwarna cokelat ketika

masih muda dan berwarna hijau kotor setelah tua. Buah delima memiliki bentuk

buah yang bulat berdiameter 5-12 cm. Memiliki warna kulit yang beragam,

tergantung jenisnya. Daging buah delima merupakan kulit biji yang menebal dan

tersusun secara padat. Daging buah tersebut dikonsumsi langsung bersama biji-

bijinya karena didalam biji banyak terkandung senyawa polifenol (Marhari dan

Dewi, 2014).

5
Universitas Sumatera Utara
Dikenal ada tiga macam delima, yaitu delima putih, delima merah, dan

delima ungu. Buah delima dapat dimakan dalam keadaan segar, sebagai campuran

rujak buah, salad buah, jus atau sari buah (Sasongkawati Retno, 2013). Buah

delima merah memiliki rasa yang manis, dengan biji-biji buah yang merah

menyala, daging buahnya berair (Marhari dan Dewi, 2014).

Adapun klasifikasi tanaman delima menurut United States Departement of

Agriculture (USDA):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Punicaceae

Genus : Punica L.

Spesies : Punica granatum L.

Delima kaya dengan mineral, seperti kalium, tembaga, magnesium, fosfor,

seng dan selenium. Besi juga ada tapi dalam jumlah kecil. Buah ini merupakan

sumber vitamin C, K, dan asam pantotenat dalam jumlah besar, tetapi vitamin E,

thiamin dan riboflavin dalam jumlah kecil (Sasongkawati, 2013). Buah delima

juga kaya akan kandungan serat. Kandungan serat pada buah delima adalah 4 gr

per 100 g (kira-kira 12% kebutuhan harian). Kandungan serat tersebut bermanfaat

bagi pencernaan karena dapat mempelancar pencernaan dan gerakan usus. Buah

6
Universitas Sumatera Utara
delima memiliki sifat anti oksidan karena mengandung vitamin C yang tinggi

(Marhari dan Dewi, 2014).

Delima memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Buah delima digunakan

untuk membantu menurunkan berat badan, tekanan darah tinggi (hipertensi),

mengurangi resiko serangan jantung dan stroke, dapat mencegah anemia,

mencegah dan mengobatin kanker, cacingan, perut kembung, menurunkan demam

(Marhari dan Dewi, 2014). Buah delima juga dapat mencegah kerusakan tulang

(Sasongkawati Retno, 2013). Adapun kandungan gizi dari delima dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi dalam Delima (USDA National Nutrient Data Base)

No. Unsur Gizi Kadar/100 g Bahan


1. Energi (KKal) 83
2. Karbohidrat (g) 18,70
3. Protein (g) 1,67
4. Lemak (g) 1,17
5. Serat (g) 4
6. Folat (µg) 38
7. Niacin (mg) 0,293
8. Asam pantotenat (mg) 0,135
9. Vitamin B12 (mg) 0,075
10. Riboflavin (mg) 0,053
11. Thiamin (mg) 0,067
12. Vitamin C (mg) 64,60
13. Vitamin E (mg) 0,60
14. Vitamin K (mg) 16,4
15. Kalsium (mg) 10
16. Besi (mg) 0,30
17. Natrium (mg) 3
18. Kalium (mg) 236
19. Magnesium (mg) 12
20. Mangan (mg) 0,119
21. Phosphorus (mg) 36
22. Seng (mg) 0,35
23. Tembaga (mg) 0,158
24. Selenium (µg) 0,5

7
Universitas Sumatera Utara
2.2 Mineral

Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan. Disamping itu,mineral berperan dalam berbagai tahap

metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim (Almatsier,

2004).

Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral

makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg

sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah

mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Yang termasuk mineral makro

adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Adapun yang

termasuk mineral mikro adalah besi, seng, mangan, dan tembaga (Almatsier,

2004).

2.2.1 Kalium

Kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada di

dalam cairan intraseluler. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan

keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa serta isotonis

sel, selain itu kalium juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologi,

seperti transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot, dan metabolisme

karbohidrat (Almatsier, 2004).

Kekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui

saluran cerna dan ginjal. Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu,

kehilangan nafsu makan, dan konstipasi. Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila

konsumsi tanpa diimbangi oleh kenaikan ekskresi (Almatsier, 2004).

8
Universitas Sumatera Utara
Kalium terdapat di dalam semua makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan

dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah/segar, terutama buah, sayuran

dan kacang-kacangan. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000

mg sehari (Almatsier, 2004).

2.2.2 Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari

berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai kalsium

fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak

dapat larut. Hidroksiapatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di

dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya

terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan

ekstraselular (Almatsier, 2004).

Selain untuk pertumbuhan tulang dan gigi, fosfor mempunyai peranan

dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai fosfolipid, fosfor

merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transport asam

lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa

(Pudjiadi, 2000).

Pada umumnya bahan makanan yang mengandung banyak kalsium

merupakan juga sumber fosfor, seperti susu, keju, daging, ikan, telur, dan saleria.

Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam makanan dapat diserap

oleh tubuh. Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam

jumlah yang sama (Pudjiadi, 2000).

9
Universitas Sumatera Utara
Kecukupan fosfor rata-rata sehari untuk Indonesia ditetapkan sebagai

berikut, untuk bayi sebesar 200-250 mg, anak-anak 250-400 mg, remaja dan

dewasa 400-500 mg, ibu hamil dan menyusui >200->300 mg (Almatsier, 2004).

Kelebihan fosfor karena makanan jarang terjadi. Bila kadar fosfor darah

terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat menimbulkan

kejang. Kekurangan fosfor karena makan juga jarang terjadi. Kekurangan fosfor

bisa terjadi bila menggunakan obat antasida untuk menetralkan asam lambung

seperti aluminium hidroksida. Aluminium hidroksida mengikat fosfor sehingga

tidak dapat diabsorpsi. Kekurangan fosfor juga dapat terjadi pada penderita yang

kehilangan banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor menyebabkan rasa

lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang (Almatsier, 2004).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

2.3.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisi kuantitatif unsur-

unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).

Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan

tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini

cocok untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas

deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana dan interferensinya

sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektroskopi serapan atom didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom.

Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung

pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, kalium menyerap cahaya pada panjang

10
Universitas Sumatera Utara
gelombang 766,5 nm, natrium menyerap cahaya pada panjang gelombang 589,0

nm, kalsium menyerap cahaya pada panjang gelombang 422,7 nm dan magnesium

menyerap cahaya pada panjang gelombang 285,2 nm. Cahaya pada panjang

gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingakat elektronik

suatu atom. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi

sehingga suatu elektron pada keadaan dasar dapat dinaikkan tingkat energinya ke

tingkat eksitasi (Khopkar, 1990; Gandjar dan Rohman, 2007).

Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi

radiasi, energi kimia, dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang spesifik

untuk setiap unsur. Besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan

jumlah unsur atau persenyawaan yang terdapat didalamnya. Proses interaksi ini

mendasari analisis spektrofotometri atom yang dapat berupa emisi dan absorpsi

(Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar

2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom (Harris, 2007).

11
Universitas Sumatera Utara
Sumber sinar yang umum dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri dari atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari

unsur atau dilapisi unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis. Tabung

logam ini diisi dengan gas mulia dengan tekanan rendah yang jika diberikan

tegangan pada arus tertentu, katoda akan memancarkan elektron-elektron yang

bergerak menuju anoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Elektron

dengan energi tinggi ini akan bertabrakan dengan gas mulia sehingga gas mulia

kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion gas mulia bermuatan

positif akan bergerak menuju katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi

sehingga menabrak unsur-unsur yang terdapat pada katoda. Akibat tabrakan ini,

unsur-unsur akan terlempar ke luar permukaan katoda dan mengalami eksitasi ke

tingkat energi elektron yang lebih tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007).

a. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan

dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Ada berbagai macam alat

yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom

yaitu dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman,

2007).

Teknik atomisasi dengan nyala bergantung pada suhu yang dapat dicapai

oleh gas-gas yang digunakan. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada

gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen - udara suhunya sebesar 2200ºC

dan gas asetilen - dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000ºC . Sumber nyala yang

12
Universitas Sumatera Utara
paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan

udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Monokromator

Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator berfungsi untuk

memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. Di

dalam monokromator, terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan

panjang gelombang yang disebut dengan chopper (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman. Biasanya, detektor yang digunakan adalah tabung

penggandaan foton (photomutliplier tube) (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah

terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan

dapat berupa angka atau kurva dari suatu alat perekam yang menggambarkan

absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.3.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom

adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang

dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan

konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).

Menurut Gandjar dan Rohman, (2007), gangguan-gangguan yang terjadi

pada spektrofotometri serapan atom adalah:

13
Universitas Sumatera Utara
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

banyaknya sampel yang mencapai nyala.

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom

yang terjadi di dalam nyala.

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan absorbansi atom yang

dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang terdisosiasi di dalam

nyala.

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.

2.4 Spektrofotometri Sinar Tampak dan Sinar Ultraviolet

Spektrofotometer Ultraviolet dan Visibel adalah pengukuran panjang

gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi

oleh sampel. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,

sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Gandjar

dan Rohman, 2007).

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada

mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak

energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang

lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap

pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya

dalam daerah tampak mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan

daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek

(Gandjar dan Rohman, 2007).

14
Universitas Sumatera Utara
Metode spektrofotometri langsung seperti analisis ultraviolet banyak

digunakan di dalam analisis tetapi biasannya kurang selektif. Selektivitas atau

kekhasan dapat ditingkatkan melalui pemisahan atau dengan mereaksikan gugus

fungsional yang sesuai. Misalnya dengan menambahkan reagensia tertentu

sehingga dihasilkan warna yang kemudian diukur pada daerah visibel (Gandjar

dan Rohman, 2007).

Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya.

Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar

tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat

dipilih dari sinar putih. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah

spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan

kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang

gelombang 200-800 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Alat spektrofotometri pada dasarnya terdiri atas sumber sinar,

monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus, dan

alat ukur atau pencatat. Spektrofotometer dapat bekerja secara otomatik ataupun

tidak, dan dapat mempunyai sistem sinar tunggal dan ganda (Ditjen POM, 1979).

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau

deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada

cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh

pemisahan atau monokromator (Cairns, 2004).

15
Universitas Sumatera Utara
2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan

ditentukan dengan dua cara, yaitu: metode simulasi (Spiked-placebo recovery) dan

metode penambahan baku (standart addition method) (Harmita,2004).

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya) (Harmita, 2004).

Metode penambahan baku (standart addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan

divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa

penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan

16
Universitas Sumatera Utara
menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Keseksamaan atau presisi diukur sebagai

simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) (Harmita, 2004).

c. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of

quantitation)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

17
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai