Anda di halaman 1dari 6

║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 3 (Agustus 2017): 111 - 116

Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai Antibakteri Alami dalam
Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis

Ludya Herawati br. T, Putri Rahmi Noviyandri, Abdillah Imron Nasution


Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
E-mail author: ludya.herawati@gmail.com

ABSTRAK
Enterococcus faecalis merupakan bakteri Gram-positif anaerob fakultatif yang menjadi bakteri utama
yang menyebabkan kegagalan terapi endodontik. Buah timun suri (Cucumis sativus L.) adalah salah
satu tanaman herbal yang mengandung senyawa antibakteri seperti alkaloid, flavonoid, saponin,
steroid, dan triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah timun suri
(Cucumis sativus L.) dalam menghambat pertumbuhan E. faecalis. Ekstrak buah timun suri (Cucumis
sativus L.) dalam konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dibuat secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Uji pengaruh ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.)
dikonfirmasi dengan metode difusi cakram pada media MHA (Mueller Hinton Agar) menurut
klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute). Hasil uji one way ANOVA menunjukkan
nilai p<0,05 yang membuktikan terdapatnya pengaruh dari kelompok uji terhadap pertumbuhan E.
faecalis dan uji lanjutan Least Significant Difference (LSD) menunjukkan kelompok tetracycline
sebagai kontrol positif memiliki perbedaan bermakna dengan setiap kelompok konsentrasi ekstrak
buah timun suri (Cucumis sativus L.). Pada kelompok perlakuan ditemukan hanya dua konsentrasi
yang memiliki perbedaan bermakna yaitu pada konsentrasi 6,25% dan 100%. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.) menunjukkan hasil
resistant menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute) dan belum dapat
menggantikan potensi tetracycline sebagai bahan irigasi saluran akar.

Kata kunci : Enterococcus faecalis, Buah timun suri (Cucumis sativus L.), Metode difusi cakram,
Resistant

ABSTRACT
Enterococcus faecalis is the Gram-positive anaerobic facultative bacteria which takes the main role
as causative agent of root canal treatment failure. Cucumber (Cucumis sativus L.) is one of herbal
plants which contains antibacterial constituents such as alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, and
triterpenoid. This study was aimed to determine the effect of 6,25%, 12,5%, 25%,50%,75%, and
100% cucumber (Cucumis sativus L.) extract was made by maceration method using 96% ethanol as
the solvent. The determination of the effect of cucumber (Cucumis sativus L.) extract to inhibit the
growth of E. faecalis was confirmed by disk diffusion method on MHA (Mueller Hinton Agar) media.
The data collected from this study was analyzed by one way ANOVA. The result was p<0,05 which
was showing that there were effects from the test group to E. faecalis growth and continued by Least
Significant Difference (LSD) test which showed that tetracycline as positive control group had
significant difference to each Cucumber (Cucumis sativus L.) extracts. There were two groups from
the test group which had a significant difference, there was on 6,25% to 100% extract. The result of
this study showed that cucumber (Cucumis sativus L.) extract was resistant from CLSI (Clinical
Laboratory Standards Institute) classification so that couldn’t change tetracycline potention as root
canal irrigant.

Keywords : Enterococcus faecalis, Cucumber (Cucumis sativus L.), Disk diffusion method,
Resistant.

PENDAHULUAN dengan terapi endodontik, yaitu dengan cara


Infeksi merupakan salah satu masalah membuang jaringan yang terinfeksi dan
pada jaringan pulpa yang dapat berlanjut menjadi mengeliminasi bakteri yang terdapat pada saluran
infeksi periapikal. Masalah ini dapat diatasi akar dan tubulus dentin.1 Tetapi, terkadang masih

J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 3 : 1 1 1 - 1 1 6 | 111
terdapat bakteri yang persisten pada bagian triterpenoid.8, 9 Flavonoid menunjukkan aktivitas
apikal akar gigi tersebut, sehingga menyebabkan bakterisidal signifikan melawan berbagai macam
terjadinya kegagalan terapi endodontik. Salah bakteri patogen khususnya bakteri kokus Gram-
satu bakteri yang persisten pasca perawatan positif.9
endodontik adalah Enterococcus faecalis (E. Buah timun suri (Cucumis sativus L.)
faecalis).1, 2 telah diketahui dari berbagai penelitian memiliki
Enterococcus faecalis merupakan bakteri keunggulan di bidang kesehatan. Hal ini
Gram-positif anaerob fakultatif. Sel enterococci diperkuat oleh adanya kandungan nutrisi yang
berbentuk ovoid dan dapat terlihat sendiri, tinggi di dalam buah timun suri (Cucumis sativus
berpasangan, atau berupa rantai pendek. L.), seperti protein, karbohidrat, kalsium, zat besi,
Enterococcus faecalis dapat membentuk biofilm fosfor, dan vitamin C. Selain itu, ternyata ekstrak
di intrakanal, periapikal, dan pada biomaterial.1 buah timun suri (Cucumis sativus L.) memiliki
Eliminasi bakteri melalui proses irigasi efek antibakteri dari kandungan yang terdapat di
dari saluran akar merupakan tahap penting dalam dalam buah tersebut. Hal ini dapat diteliti dengan
perawatan endodontik. Bahan irigan yang sering klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standards
digunakan adalah Chlorhexidine (CHX) dan Institute).10, 11
Sodium Hipoklorit (NaOCl). Salah satu bahan Tujuan penelitian ini adalah untuk
irigan yang juga digunakan dalam proses irigasi mengetahui pengaruh ekstrak buah timun suri
saat ini adalah Mixture of Tetracycline, Acid and (Cucumis sativus L.) ini dalam menghambat
Detergent (MTAD).3 Akan tetapi, irigan ini pertumbuhan E. faecalis.
memiliki kelemahan yaitu menurut penelitian
Dunavant dkk. tahun 2006 yang menyimpulkan BAHAN DAN METODE
bahwa dalam waktu 5 menit MTAD hanya Penelitian yang dilakukan adalah
mampu membunuh 16% biofilm bakteri, berbeda penelitian eksperimental laboratoris dengan
dengan Chlorhexidine (CHX) yang mampu desain posttest only control group. Penelitian ini
membunuh 60,49% biofilm dan Sodium dilakukan pada bulan Oktober 2016 di
Hipoklorit (NaOCl) yang memiliki kemampuan Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan
membunuh 99,78% biofilm bakteri dalam waktu Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
yang sama.4 Syiah Kuala untuk proses ekstrak buah timun suri
Pengeliminasian bakteri dapat dilakukan (Cucumis sativus L.) dan di Laboratorium
dengan menggunakan tanaman. Tanaman Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)
memiliki kemampuan untuk mensintesis beragam Universitas Syiah Kuala untuk pengujian hasil
metabolit sekunder. Hal ini disebabkan karena ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.).
berbagai tanaman memiliki sifat antimikrobial,
yaitu aktif dalam menanggapi patogen.5 Sejak 20 HASIL PENELITIAN
tahun yang lalu, banyak peneliti yang mulai Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri
mengembangkan penelitian mereka untuk dapat (Cucumis sativus L.) terhadap
menelaah berbagai macam tanaman dengan sifat Pertumbuhan E. faecalis
antimikrobial yang dimiliki masing-masing CLSI (Clinical
Zona
tanaman. Salah satu tanaman yang memiliki sifat Rata- Laboratory
hambat
antimikrobial ini adalah buah timun suri Konsen rata Standards
(mm)
trasi zona Institute)
(Cucumis sativus L.).6
bahan hamb Diamet Resp
Buah timun suri (Cucumis sativus L.) uji at er zona on
merupakan tanaman yang memiliki daya jual 1 2 3
(mm) terang ham
tinggi dalam kehidupan sehari-hari sebagai buah (mm) bat
yang banyak dikonsumsi.7 Tanaman ini 6,25% 8, 8, 6, Resis
mengandung enzim erepsin, vitamin B1 dan C, 7 5 8 8 ≤ 11
tant
asam askorbat, enzim proteolitik, rutin, oksidase,
suksinat, maleat, protein, karbohidrat, kalsium, 12,5% 9, 8, 7 Resis
9 7 8,53 ≤ 11
flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, dan fosfor. tant
Dari kandungan tersebut, penghambatan positif
pada pertumbuhan bakteri bisa terjadi karena 25% 8, 8, 8, 8,62 ≤ 11 Resis
35 8 7
adanya alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan

Journal Caninus Dent istry Vol. 2,No.3:111-116|112


tant PEMBAHASAN
50% 8, 9 8, Resis Penelitian ini dimulai dengan pembuatan
5 3 8,6 ≤ 11 ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.).
tant Buah timun suri (Cucumis sativus L.) diperoleh
75% 8, 9, 8, Resis dari Desa Keupula, Kemukiman Jaya, Kecamatan
4 1 5 8,67 ≤ 11 Padang Tiji, Kabupaten Pidie sebanyak 7 kg.
tant
Buah timun suri (Cucumis sativus L.) yang telah
100% 10 9, 10 Resis dikumpulkan selanjutnya dibersihkan, dicuci,
10 ≤ 11
,6 2 ,2 tant dikupas, dipotong kecil-kecil dan diangin-
anginkan hingga kering pada suhu ruangan
Tetracy 24 26 Susce selama satu hari agar kandungan air yang
27 26,1 ≥ 15
cline ,9 ,4 ptible terdapat di dalamnya berkurang. Tujuan
dilakukannya pengeringan adalah untuk
menurunkan kadar air, sehingga tidak mudah
Pengujian ekstrak buah timun suri
ditumbuhi jamur dan bakteri, menghilangkan
(Cucumis sativus L.) terhadap pertumbuhan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan
koloni E. faecalis pada media MHA dilakukan
kandungan zat aktif, memudahkan proses
sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil
pengolahan selanjutnya, sehingga dapat lebih
menunjukkan rata-rata daya hambat ekstrak buah
ringkas, tahan lama dan mudah disimpan. 12
timun suri (Cucumis sativus L.) pada konsentrasi
Penghalusan dilakukan agar luas permukaan
6,25% adalah 8 mm. Ini menyatakan zona
kontak simplisia dan pelarut menjadi lebih besar
hambat yang paling rendah diantara kelompok
dan memungkinkan terjadinya penyaringan
percobaan lainnya. Pada konsentrasi 12,5%
senyawa dengan lebih baik pula.13
menunjukkan rata-rata daya hambat 8,53 mm,
Berdasarkan uji fitokimia, buah timun
konsentrasi 25% menunjukkan rata-rata daya
suri (Cucumis sativus L.) pada hakikatnya
hambat 8,62 mm, konsentrasi 50% menunjukkan
memiliki senyawa antibakteri alkaloid, flavonoid,
rata-rata daya hambat 8,6 mm, konsentrasi 75%
saponin, steroid, dan triterpenoid.14 Pada
menunjukkan rata-rata daya hambat 8,67%, serta
penelitian ini, dilakukan juga uji fitokimia untuk
pada konsentrasi 100% memperoleh rata-rata
mengetahui kandungan di dalam buah timun suri
daya hambat yang paling tinggi yaitu 10 mm.
(Cucumis sativus L.) yang memiliki kemampuan
Pada kontrol positif tetracycline menunjukkan
antibakteri. Hasil yang diperoleh, alkaloid
rata-rata daya hambat 26,1 mm.
menunjukkan hasil positif, berbeda dengan
Uji statistik pada penelitian ini
flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid yang
menggunakan one way ANOVA dengan syarat
menunjukkan hasil negatif. Hal ini bisa saja
lebih dari dua kelompok, distribusi data normal,
terjadi dikarenakan teknik maserasi. Pelarut
dan varian data sama. Penelitian ini memiliki 7
etanol yang digunakan untuk ekstraksi pada
kelompok dengan 1 kelompok kontrol dan 6
penelitian ini diketahui memiliki sifat menguap
kelompok perlakuan. Hasil uji normalitas
yang tinggi. Jadi, terdapat kemungkinan zat
menunjukkan distribusi dan homogenitas varian
fitokimia yang ada di dalam buah timun suri
data penelitian adalah normal dengan nilai
(Cucumis sativus L.) juga ikut menguap.15
p>0,05. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan
Dalam penelitian ini, zat fitomikia yang
nilai p<0,05, membuktikan terdapatnya pengaruh
menghambat pertumbuhan bakteri pada buah
dari kelompok uji terhadap pertumbuhan E.
timun suri (Cucumis sativus L.) adalah alkaloid.
faecalis. Uji lanjut pada penelitian ini
Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang
menggunakan Least Significant Difference (LSD)
ditunjukkan memiliki potensi aktivitas
dengan tujuan mengetahui ada tidaknya
farmakologi. Alkaloid telah dievaluasi dapat
perbedaan antar tiap masing-masing perlakuan.
menghambat pertumbuhan bakteri
Hasil uji lanjut Least Significant Difference
Staphylococcus aureus dengan perbandingan
(LSD) menunjukkan bahwa adanya perbedaan
efek ampicillin.16, 17 Mekanisme kerja alkaloid
yang bermakna antara kelompok konsentrasi
adalah dengan cara mengganggu komponen
bahan uji 6,25% dengan 100% serta kontrol
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga
positif tetracycline dengan masing-masing
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh,
kelompok konsentrasi bahan uji.
terganggunya sintesis peptidoglikan sehingga

Journal Caninus Dent istry Vol. 2,No.3:111-116|113


pembentukan sel tidak sempurna dan berisiko memiliki kriteria yang sama dengan bakteri S.
lisis.18 Sebagaimana diketahui, pembentukan mutans yaitu merupakan bakteri Gram-positif.
peptidoglikan dimediasi oleh ikatan peptida yang Masing-masing konsentrasi ekstrak buah
tersusun atas N-asetil glukosamin dan N-asetil timun suri (Cucumis sativus L.) menunjukkan
asam muramat, yang terikat melalui ikatan 1,4- hasil uji daya hambat pada klasifikasi resistant.
glikosida. Pada N-asetil asam muramat terdapat Maka dapat diketahui bahwa semakin rendah
rantai pendek asam amino: alanin, glutamat, konsentrasi maka semakin berisiko resisten
diaminopimelat, lisin dan alanin, yang terikat menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory
melalui ikatan peptida. Mediasi yang dilakukan Standards Institute). Hasil resistant yang didapat
ini menghubungkan antara rantai satu dengan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok
rantai lainnya.19 Keadaan ini menyebabkan sel bakteri E. faecalis resisten jika diberikan
bakteri mudah mengalami lisis, baik berupa fisik konsentrasi ekstrak buah timun suri (Cucumis
maupun perubahan osmotik yang dapat sativus L.) tersebut secara in vitro dan dikaitkan
menyebabkan kematian sel. Retnowati Y dkk. dengan kemungkinan kegagalan terapi yang
menyebutkan E. faecalis yang merupakan bakteri tinggi. Hal ini menunjukkan ketidakefektifan
Gram-positif memiliki lapisan peptidoglikan bahan uji karena membutuhkan bahan baku yang
tebal sehingga lebih sensitif terhadap senyawa- banyak untuk konsentrasi ekstrak yang tinggi.
senyawa yang mempunyai potensi merusak atau Sementara hasil uji daya hambat tetracycline
menghambat sintesis dinding sel.18 terhadap E. faecalis menunjukkan adanya
Hasil uji pengaruh ekstrak buah timun pembentukan zona hambat dengan rata-rata
suri (Cucumis sativus L.) menunjukkan sebesar 26,1 mm yang tergolong ke dalam respon
terbentuknya zona hambat di sekitar kertas hambat susceptible menurut klasifikasi CLSI
cakram pada masing-masing konsentrasi. Hasil (Clinical Laboratory Standards Institute).
pengamatan menunjukkan masing-masing Hasil susceptible yang ditunjukkan oleh
konsentrasi ekstrak buah timun suri (Cucumis tetracycline menunjukkan bahwa kelompok
sativus L.) dalam kategori resistant menurut bakteri E. faecalis rentan jika diberikan antibiotik
klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard tersebut dan kemudian dikaitkan dengan
Institurte) yang berhubungan dengan kemungkinan keberhasilan terapi.24 Hal ini terjadi
kemungkinan terjadinya kegagalan terapi karena tetracycline merupakan antibiotik dengan
terhadap E. faecalis.20 spektrum luas, yang digunakan secara luas di
Terbentuknya zona hambat di sekitar bidang kedokteran dan kedokteran hewan untuk
cakram menunjukkan bahwa ekstrak buah timun indikasi antibakterial. Tetracycline juga diketahui
suri (Cucumis sativus L.) memliki potensi untuk berperan aktif dalam menghambat bakteri Gram-
menghambat pertumbuhan E. faecalis tetapi positif.25
dalam kategori resistant dikarenakan ekstrak Tetracycline bersifat bakteriostatik
buah timun suri (Cucumis sativus L.) memiliki dengan jalan menghambat sintesis protein.
senyawa antibakteri yaitu alkaloid.21 Hasil Sebagaimana diketahui, sintesis protein
tersebut menunjukkan adanya peningkatan berlangsung dalam beberapa tahap, salah satunya
diameter zona hambat E. faecalis sesuai dengan adalah tahap translasi. Translasi dibagi menjadi
meningkatnya konsentrasi dari ekstrak buah tiga tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
timun suri (Cucumis sativus L.). Semakin tinggi Proses inisiasi inilah yang dimediasi oleh
konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi aminoasil-tRNA yaitu memulai pembacaan kode
juga kandungan zat aktif yang terkandung di genetik pada sintesis protein.26 Mekanisme kerja
dalamnya sehingga zona hambat yang terbentuk tetracycline adalah dengan menghambat
juga semakin luas.22 Asumsi ini sesuai dengan masuknya aminoasil-tRNA ke aseptor pada
penelitian Crus S tahun 2013 yang meneliti efek kompleks m-RNA. Hal ini dilakukan dengan cara
ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.) mengikat sel ribosom bakteri sehingga t-RNA
terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans. Dalam tidak menempel pada ribosom yang
penelitian tersebut, sesuai dengan uji lanjut LSD mengakibatkan tidak terbentuknya asam amino di
diketahui bahwa daya hambat bakteri meningkat ribosom.27
sesuai dengan meningkatnya konsentrasi Antibiotik dapat membunuh atau
ekstrak.23 Hal ini mendukung hasil penelitian menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan
terhadap bakteri E. faecalis yang diketahui menghambat sintesis asam nukleat, sintesis

Journal Caninus Dent istry Vol. 2,No.3:111-116|114


dinding sel bakteri dan sintesis protein bakteri.28 KESIMPULAN
Namun pada keadaan tertentu, antibiotik dapat Ekstrak buah timun suri (Cucumis
menyebabkan resistensi.29 Strategi bakteri untuk sativus L.) dapat menghambat E. faecalis dalam
menurunkan kemampuan kerja atau aktivitas kategori resistant menurut klasifikasi tabel CLSI
antibiotik adalah dengan beberapa cara, yaitu: (1) (Clinical Laboratory Standard Institute).
mencegah agen antimikroba untuk mencapai
targetnya oleh enzim dalam bakteri, (2) DAFTAR PUSTAKA
membasmi agen antimikroba dari sel 1. Gopalakrishnan S, Rajesh S, Ravi J. A
menggunakan mekanisme efluks, (3) inaktivasi Comparitive Evaluation of Antimicrobial
agen antimikroba melalui proses modifikasi atau Efficacy of Cinnamon and Garlic as
degradasi, dan (4) modifikasi target agen Endodontic Irrigants Against Enterococcus
antimikroba dalam bakteri sehingga tidak mampu Faecalis - An In Vitro Study. Original
lagi membunuh bakteri.30 Research 2014;26(1):149-57.
Salah satu strategi bakteri Gram-positif 2. Felice F, Rosella F, Maria FV, Letizia P,
untuk menurunkan aktivitas antibiotik adalah Rosario R. A Compendium of The Most
dengan menggunakan mekanisme efluks. Agar Common Root Canal Irrigants. International
lebih efektif, agen antimikrobial harus berada Journal of Dental Clinics 2013;5(4):17-8.
pada konsentrasi tinggi di dalam sel bakteri. 3. Jones R. Endodontics Colleagues for
Beberapa bakteri memiliki protein yang berfungsi Excellence. Root Canal Irrigants and
sebagai pemompa efluks untuk agen Disinfectants: American Association of
antimikrobial tertentu, yaitu dengan membawa Endodontists; 2011.
antibiotik keluar dari sel. Beberapa mekanisme 4. Dunavant TR, Regan JD, Glickman GN,
efluks secara selektif dapat berpengaruh pada Solomon ES, Honeyman AL. Comparative
antibiotik tertentu seperti macrolides, Evaluation of Endodontic Irrigants Against
lincosamides, streptogramins dan tetracycline.30 Enterococcus faecalis Biofilms. Journal of
Hasil uji statistik menggunakan one way Endodontics 2006;32(6):527-31.
ANOVA dengan nilai p<0,05, menunjukkan 5. Bhalodia NR, Shukla VJ. Antibacterial and
ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.) Antifungal Activities from Leaf Extracts of
memiliki pengaruh yang bermakna terhadap Cassia fistula : An Ethnomedicinal Plant.
pertumbuhan E. faecalis. Pada uji lanjut dengan Journal of Advanced Pharmaceutical
menggunakan Least Significant Difference (LSD) Technology & Research 2011;2(2):104-9.
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna 6. Tang J, Meng X, Liu H, et al. Antimicrobial
antara kelompok konsentrasi bahan uji 6,25% Activity of Sphingolipids Isolated from the
dengan 100%, serta kontrol positif tetracycline Stems of Cucumber (Cucumis sativus L.).
dengan masing-masing kelompok konsentrasi Journal of Molecules 2010;15:9288-97.
bahan uji. Kontrol positif memiliki perbedaan 7. Boulaem A, Fleurier S, Trouadec C, et al.
yang bermakna dengan masing-masing kelompok Development of a Cucumis sativus Tilling
perlakuan dikarenakan memiliki diameter zona Platform for Forward and Reverse Genetic.
hambat yang selisihnya relatif besar. Open Access Article 2014;9(5):1-8.
Berdasarkan analisis ini dapat 8. Kumar D, Kumar S, Singh J, et al. Free
disimpulkan bahwa ekstrak buah timun suri Radical Scavenging and Analgesic
(Cucumis sativus L.) belum dapat menggantikan Activities of Cucumis sativus L. Fruit
bahan irigasi saluran akar gigi pada umumnya Extract. Journal of Young Pharmacists
yang menggunakan senyawa-senyawa kimia 2010;2(4):365-8.
seperti tetracycline yang merupakan antibiotik 9. Puspitasari L. Pengaruh Ekstrak dan Serbuk
sprektrum luas. Selain itu, rentang konsentrasi Mentimun (Cucumis sativus) Terhadap
ekstrak juga menentukan kemampuan daya Jumlah Makrofag Pada Penyembuhan Luka
hambat E. faecalis. Semakin kecil konsentrasi Bakar Derajat II Pada Tikus Wistar.
ekstrak buah timun suri (Cucumis sativus L.), Universitas Jember 2015:1-56.
maka semakin berisiko resisten menurut 10. Vora JD, Rane L, Kumar SA. Biochemical,
klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Anti-Microbial and Organoleptic Studies of
Institute). Cucumber (Cucumis Sativus). International

Journal Caninus Dent istry Vol. 2,No.3:111-116|115


Journal of Science and Research (IJSR) Medical Microbiology Journal
2014;3(3):662-4. 2009;49:1749-55.
11. Hallgren A, Abednazari H, Ekdahl C, et al. 21. Susanti NMP, Budiman INA, Wardianti NK.
Antimicrobial Susceptibility Patterns of Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 90%
Enterococci in Intensive Care Units in Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.)
Sweden Evaluated by Different MIC Merr.). Jurnal Farmasi Udayana:83-6.
Breakpoint Systems. Journal of 22. Darma B, Sudira IW, H M. Efektivitas
Antimicrobial Chemotherapy 2001;48:53- Perasan Akar Kelor (Moringa oleifera)
62. Sebagai Pengganti Antibiotik pada Ayam
12. Endrasari R, Qanytah, B P. Pengaruh Broiler Yang Terkena Kolibasilosis.
Pengeringan Terhadap Mutu Simplisia Indonesia Medicus Veterinus 2013;2(3):331-
Temulawak di Kecamatan Tembang Kota 46.
Semarang. Jurnal Farmasi 2010. 23. Cruz S, Oliveira LA, Oliveira AN. In Vitro
13. F R. Optimasi Penggunaan Kromatografi Effect of Amazon Plants Seed Extracts on
Lapis Tipis (KLT) pada Pemisahan Senyawa Streptococcus mutans. International Journal
Alkaloid Daun Pulai (Alstonia scholaris of Research and Reviews in Pharmacy and
L.R.Br) [Skripsi]. Malang: UIN Maulana Applied Science 2013;3(3):401-10.
Malik Ibrahim; 2015. 24. Rodloff A, Bauer T, Ewig S, Kujath P, E M.
14. Foong FHN, Mohammad A, Ichwan SJA. Susceptible, Intermediate, and Resistant -
Biological Properties of Cucumber The Intensity of Antibiotic Action. Review
(Cucumis sativus L.) Extracts. Malaysian Article 2008;105(39):657-62.
Journal of Analytical Sciences 25. Ali S, Abdulla MN, HA J. Evaluation of
2015;19(6):1218-22. Antibacterial Activity of Tetracycline and
15. Aziz T, Cindo RKN, A F. Pengaruh Pelarut Cephalexine Decomposed By Sunlight.
Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Journal of Basrah Researces ((Sciences))
Waktu EKstraksi terhadap Hasil Ekstraksi 2010;36A(15):73-9.
Minyak Kopi. Jurnal Teknik Kimia 26. Nurtami, E A. Mekanisme Inhibisi Sintesis
2009;16(1):1-8. Protein dan Dasar Molekuler Resistensi
16. A D. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Antibiotik. Jurnal Kedokteran Gigi
Biji Alpukat (Persea americana) sebagai Universitas Indonesia 2002;9(1):25-8.
Bahan Irigasi Saluran AKar Terhadap 27. Chopra I, M R. Tetracycline Antibiotics:
Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis. Mode of Action, Applications, Molecular
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Biology, and Epidemiology of Bacterial
Surakarta 2014. Resistance. Microbiology and Molecular
17. Mabhiza D, Chitemerere T, S M. Biology Reviews 2001;65(2):232-60.
Antibacterial Properties of Alkaloid Extracts 28. Zhang YM, White SW, CO R. Inhibiting
from Callistemon citrinus and Vernonia Bacterial Fatty Acid Synthesis. The Journal
adoensis against Staphylococcus aureus and of Biological Chemistry
Pseudomonas aeruginosa. international 2006;281(26):17541-4.
Journal of Medicinal Chemistry 29. SB L. Factors Impacting on the Problem of
2015;2016:1-7. Antibiotic Resistance. Journal of
18. Retnowati Y, Bialangi N, NW P. Antimicrobial Chemotherapy 2002;49:25-
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus 30.
30. MN Alekshun, Levy SB. Molecular
pada Media yang Diekspos dengan Infus Mechanisms of Antibacterial Multidrug
Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Resistance. Microbiology Module 2007:1-
Jurnal Saintek 2011;6(2):1-9. 23.
19. E S. Diktat Kuliah : Biokimia. Yogyakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Yogyakarta; 2010.
20. Jorgensen HJ, Ferraro MJ. Antimicrobial
Susceptibility Testing: A Review of General
Principles and Contemporary Practices.

Journal Caninus Dent istry Vol. 2,No.3:111-116|116

Anda mungkin juga menyukai