Anda di halaman 1dari 5

JURNAL AGROTEKNOS Maret 2012

Vol.2. No.1. hal. 36-40


ISSN: 2087-7706

UJI KONSENTRASI CAIRAN PERASAN DAUN KENIKIR(Tagetes patula


Juss) TERHADAP MORTALITAS ULAT PENGGULUNG DAUN
(Lamprosema indica ) PADA TANAMAN UBI JALAR

Test on Extract Concentration of Leaf Kenikir (Tagetes Patula Juss ) to


Mortality Leaf Winder Cater Pillar Lamprosema Indica on Sweet Potato
RAHAYU M.*, TERRY PAKKI, RAMLIA SAPUTRI
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRACT
This experiment was conducted at the Plant Pest and Disease Laboratory, taking place
in October 2011 to Januari 2012. This research compiled based on completely randomized
design (RAL) with 5 (five) treatments and 3 treatment. The treatment were control (P0),
dilution of juice of leaf kenikir 10 mL/ water litre (P1), dilution of juice of leaf kenikir 15 mL/
litre (P2) dilution of juice of leaf kenikir 20 mL/ litre (P3), dilution of juice of leaf kenikir 25
mL/litre (P4), therefore were 15 treatment units. Parameter observed was insect mortality,
observed at 12, 24, 36, and 48 hours after application (JSA). Research results indicated that
highest average of leaf winder caterpillar mortality (Lamprosema indica) was at treatment P4
(dilution of juice of leaf kenikir 25 mL/ litre), equal to 63,33 % at observation of 36 JSA.
Keyword: kenikir’s leaf, mortality, Lamprosema indica, sweet potato

1PENDAHULUAN menguning. Di dataran rendah, ubi jalar


umumnya dipanen pada umur 3,5–5 bulan,
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sedangkan di dataran tinggi ubi jalar dapat
tanaman sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 2–8 bulan. Namun ubi jalar
dipanen pada umur 3–8 bulan. Selain yang akan dipanen mengalami kemerosotan
karbohidrat, ubi jalar juga mengandung kualitas dan kuantitsnya akibat dari serangan
vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang hama (Danarti dan Sri Najiyati, 1998).
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping Salah satu faktor yang menyebabkan
itu, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai rendahnya produksi tanaman ubi jalar di
bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku Indonesia adalah adanya serangan hama. Salah
industri dan pakan ternak (Paimin, 1995). satu hama yang sering merusak tanaman ubi
Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai jalar di Sulawesi Tenggara adalah ulat
bahan pangan sampingan, sedangkan di Irian penggulung daun (Lamprosema indica). Ulat ini
Jaya, ubi jalar digunakan sebagai makanan sering menyerang bersama-sama dengan
pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan anggota ngengat lainnya seperti hama boleng,
sawah maupun lahan tegalan. Luas panen ubi serta penggerek batang Omphisa. Hama ini
jalar di Indonesia sekitar 230.000 ha dengan bersifat polyfag, yang dapat merusak berbagai
produktivitas sekitar 10 ton/ha. Dengan tanaman dari Famili Leguminoceae, Solanaceae
teknologi maju beberapa varietas unggul ubi dan Cruciferea.
jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton Penggunaan insektisida sintetik merupakan
umbi basah/ha (Sarwono, 2005). salah satu usaha yang selalu digunakan petani
Ubi jalar dapat dipanen jika umbi sudah tua untuk mengurangi kehilangan produksi
dan besar. Panen dapat serentak maupun tanaman akibat serangan L. indica.
bertahap. Secara fisik, ubi jalar siap dipanen Kenyataannya, penggunaan insektisida dapat
apabila daun dan batang sudah mulai menyebabkan terjadinya resistensi hama,

*) Alamat koresponden:
Vol. 2 No.1, 2012 Uji Konsentrasi Cairan Perasan Daun Kenikir 37

resurgensi hama, timbulnya hama kedua dan Sehubungan dengan hal tersebut, maka
keracunan pada organisme bukan sasaran. Hal perlu dilakukan penelitian tentang uji
ini merupakan masalah yang sering kali konsentrasi cairan perasan daun kenikir
muncul akibat penggunaan insektisida yang sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan
kurang bijaksana. Untuk mengatasi hal L. indica pada tanaman ubi jalar.
tersebut maka perlu dicari sarana
pengendalian alternatif yang aman, baik bagi BAHAN DAN METODE
lingkungan, manusia dan hewan bukan sasaran
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan
serta harga yang terjangkau oleh petani.
dalam penelitian ini adalah daun kenikir
Mengingat hal tersebut maka diperlukan
(Tagetes patula Juss) larva L. indica, daun ubi
sistem pengelolaan organisme pengganggu
jalar, air, madu, dan kapas. Alat yang digunakan
tanaman yang memperhatikan keadaan
adalah blender, stoples plastik, kain kasa, karet
agroekosistem secara keseluruhan, mudah dan
gelang, timbangan, kuas, hand sprayer, kamera
terjangkau petani, serta efektif dalam
dan alat tulis menulis.
menjamin tingkat produksi yang tinggi. Salah
Rancangan Penelitian. Penelitian ini
satu alternatif tersebut adalah usaha
disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
pemanfaatan tumbuhan yang digunakan
(RAL), terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan
sebagai biopestisida atau biasa disebut dengan
sehingga total percobaan adalah 15 unit
pestisida nabati (Jhamtani, 1993). Di Sulawesi
perlakuan.Perlakuan yang diuji adalah : P0
Tenggara, jenis tumbuhan yang memiliki
(Kontrol (air)), P1 (Cairan perasan daun
prospek untuk dimanfaatkan sebagai pestisida
kenikir 10 mL/L. air), P2 (Cairan perasan daun
nabati, salah satunya adalah daun kenikir
kenikir 15 mL/L. air), P3 (Cairan perasan daun
(Tagetes patula Juss). Daun kenikir
kenikir 20 mL/L. air), dan P4 (Cairan perasan
mengandung saponin, flavonoid polifenol dan
daun kenikir 25 mL/L. air).
minyak atsiri. Akarnya mengandung
Perbanyakan Serangga Uji. Serangga
hidroksiegenol dan koniferil alkohol. Kenikir
yang diperoleh dengan cara mengumpulkan
dapat berfungsi sebagai penambah nafsu
larva dari lapangan dan selanjutnya dibiakan di
makan, lemah lambung, penguat tulang dan
Laboratorium, pembiakan menggunakan daun
pengusir serangga (Fuzzati et al. 1995).
ubi jalar yang dicuci terlebih dahulu. Menjelang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abas et
berkepompong, larva dipindahkan ke dalam
al. (2003) dan Ren et al., (2003), menunjukkan
wadah plastic berdiameter 12 cm. Dasar wadah
bahwa ekstrak metabolik daun kenikir
diisi serbuk gergaji steril setebal 5 cm sebagai
mengandung flavonoid, glikosida dan
tempat berkepompong dan bagian atasnya
kuersetin. Senyawa flavonoid diketahui
ditutup dengan kain trico/kasa. Apabila
mampu menginduksi terjadinya apoptosis
ngengat keluar / muncul dari kepompong
melalui penghambatan aktivitas DNA
maka segera dipindahkan dan dipelihara pada
topoisomerase I/II, modulasi. Signaling
toples khusus untuk stadium ngengat. Ngengat
pathays, penurunan ekspresi gen Bcl-2 Bcl-xl,
diberi pakan madu encer dengan konsentrasi
peningkatan ekspresi gen Bax dan BAK.
10 persen. Larutan madu yang telah
Selanjutnya Tarapdhar et al. (2001),
diserapkan pada kapas sebagai pakan
mengemukakan bahwa Kuersetin memiliki
diletakkan pada tabung plastik berdiameter 3
kemampuan menginduksi apoptosis sel kanker
cm dengan panjang 2 cm yang ditempatkan
leukemia H16 dengan cara menstimulasi
pada dasar stoples diberi juga daun ubi jalar
pelepasan sitokrom C dari mitokondria.
segar. Telur yang dihasilkan oleh ngengat
Di bidang pertanian, bunga kenikir efektif
betina dipindahkan kedalam wadah plastik
dalam pencegahan nematoda pengganggu
dengan menyertakan daun ubi jalar kemudian
tanaman (Meloidogyne sp., Pratylenchus sp.,dan
bagian atasnya ditutup dengan kain trico/kasa.
lain-lain) sehingga digunakan sebagai tanaman
Telur hasil pembiakan dipelihara sampai
tumpang sari, penangkal serangga, herbisida,
menjadi larva dan dilanjutkan dengan fase-fase
dan anti jamur. Minyak atsiri dari bunga
berikutnya pada generasi ke dua sampai
kenikir efektif menghambat pertumbuhan
diperoleh serangga uji dalam jumlah yang
bakteri, anti jamur pada Saprolegnia ferax, dan
cukup untuk pengujian.
sebagai larvasida. (Martosupono et al., 2009).
Pembuatan Cairan Perasan. Daun kenikir
38 RAHAYU ET AL. J. AGROTEKNOS

yang diperoleh dari lapangan dicuci sampai jam setelah aplikasi (JSA). Persentase
bersih dan dibilas dengan aquadest. Kemudian mortalitas dihitung dengan menggunakan
daun tersebut ditimbang sebanyak 300 g. rumus M = A/B x 100%, dimana M=persentase
Selanjutnya daun dicacah dan diblender, mortalitas, A=jumlah larva yang mati, dan
kemudian direndam dalam 500 mL air selama B=jumlah larva yang diamati.
24 jam. Setelah itu disaring dengan Analisis Data. Data pengamatan
menggunakan saringan. Hasil saringan persentase mortalitas dianalisis dengan
ditampung dalam wadah botol dan siap menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata
digunakan sesuai dengan perlakuan. maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf
Aplikasi Cairan Perasan pada kepercayaan 95%.
Serangga Uji. Cairan perasan yang telah siap
aplikasi sesuai perlakuan masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN
disemprotkan pada larva L. indica instar 2 dan
Hasil pengamatan rata-rata persentase
pakan yang sebelumnya ditempatkan dalam
mortalitas larva L. indica instar 2 pada
stoples yang ditutup dengan kain kasa/trico.
pengamatan 12, 24, 36 dan 48 JSA dengan
Setiap stoples terdiri dari 10 ekor larva L.
menggunakan konsentrasi cairan perasan T.
indica instar 2. Pengamatan persentase
patula Juss dapat dilihat pada Tabel 1.
mortalitas dilakukan pada 12, 24, 36, dan 48

Tabel I. Persentase rata-rata mortalitaslarva L. indica pada pengamatan 12, 24, 36 dan 48 JSA
Perlakukan Mortalitas L.indica(%) Pada...JSA
12 JSA 24 JSA 36 JSA 48 JSA
Po (Kontrol) 0,00 b 0,00 b 0,00 d 0,00 c
P1 (10 mL/L. air) 16,67 a 30,00 a 33,33 c 46,67 b
P2 (15 mL/L. air) 16,67 a 30,00 a 43,33 b 53,33 b
P3 (20 mL/L. air) 16,67 a 30,00 a 46,67 b 66,67 a
P4 (25 mL/L. air) 20,00 a 40,00 a 63,33 a 70,00 a
2 = 0,97 2 = 7,76 2 = 5,79 2 = 7,87
3 = 1,01 3 = 8,11 3 = 6,05 3 = 8,22
DMRT 5%
4 = 1,04 4 = 8,31 4 = 620 4 = 8,43
5 = 1,05 5 = 8,45 5 = 6,30 5 = 8,56
Keterangan : Angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbedan yata
pada taraf kepercayaan 95%
perlakuan konsentrsi P3 (20 mL/L.air)
PEMBAHASAN memberikan mortalitas larva tertinggi yaitu
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan sebesar (66,66%), tidak berbeda nyata dengan
bahwa rata-rata mortalitas larva memperlihat perlakuan konsentrasi P4 (25 mL/L. air)
kanangka yang berpengaruh sangat nyata pada sebesar (63,33 %). Namun berbeda nyata
setiap perlakuan dan tampak bahwa cairan dengan perlakuan konsentarasi P1 (10 mL/L.
perasan daun kenikir dalam mengendalikan air) sebasar (20,00 %) dan konsentrasi P2 (15
L.indica bersifat toksik. mL/L.air) sebesar (40,00%). Perbedaan
Pada pengamatan 12 dan 24 JSA terjadinya konsentrasi cairan perasan daun kenikir akan
peningkatan mortalitas larva L.indica pada berpengaruh pada tingkat konsentrasi
semua perlakuan kecuali pada kontrol. Namun kandungan bahan aktif daun kenikir, sehingga
pada perlakuan P1, P2 dan P3 belum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
menunjukan persentase mortalitas yang konsentrasi cairan perasan daunkenikir, maka
signifikan. Hal ini diduga karena kandungan persentase mortalitas larva semakin tinggi
bahan aktif yang terdapat dalam cairan pestisi pula.
dan abati belum bereaksi dengan baik sehingga Peningkatan mortalitas terlihat pada
efeknya belum langsung terlihat. pengamatan 48 JSA, peningkatan mortalitas
Pada pengamatan 36JSA, menujukkan larva tertinggi yang diberi perlakuan
pengaruh nyata pada setiap perlakuan konsentrasi perasan daun kenikir untuk larva
konsentrasi perasan daun kenikir. Pada instar 2 terdapat pada perlakuan P4 (25 mL/L.
Vol. 2 No.1, 2012 Uji Konsentrasi Cairan Perasan Daun Kenikir 39

air) yaitu sebesar (70,00 %) yang berbeda KESIMPULAN


nyata dengan perlakuanlainnya. Peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mortalitas larva tersebut disebabkan pengaruh
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
yang ditimbulkan oleh cairan perasan daun
1. Perlakuan cairan perasan daun kenikir
kenikir tersebut. Hal ini diduga disebabkan
dapat digunakan sebagai pestisida nabati
oleh minyak atsiri dan alkaloid yang bersifat
dalam mengendalikan ulat penggulung
toksin. Sejalan dengan itu, Martosupono,
daun (L. indica).
(2009) menyatakan bahwa daun kenikir
2. Cairan perasan daun kenikir dengan
mengandung minyak atsiri sebanyak 8,7 %
konsentrasi P3 (20mL/L. air) sangat aktif,
serta kandungan alkaloid berkisar 80 %.
karna dapat menyebabkan mortalitas ulat
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam
penggulung daun (L. indica) sebesar
cairan perasan tersebut di duga dapat
66,66%
mengganggu proses makan, menghambat
pertumbuhan larva menjadi pupa,
mempengaruhi syaraf dan otot (Departemen
DAFTAR PUSTAKA
Pertanian, 1994 dalam Kardinan, 1994) Abas F., Shaari, K., Lajis, N.H., Israf, D.A danKalsom,
sehingga gerakan larva menjadi lamban dan Y.U., 2003.“Anti oxidative and Radical
aktivitas makannya menjadi menurun. Scavenging Properties of The Constituents
Perilaku larva yang diuji memperlihatkan sikap Isolated From Tagetes patula Jusst”, Nat. Prod.
Sciens, Vol. 9(4), 245 – 248.
gelisah dan menjauhi daun yang telah diberi
Arifin, M. 1989. “Daya makan dan perkembangan
perlakuan, tidak seperti yang terjadi pada
ulat grayak (Spodoptera litura) pada tanaman
perlakuan kontrol. Hal ini diduga akibat kedelai”, Seminar Hasil Penelitian Tanaman
senyawa metabolit alkaloid yang terkandung Pangan Balittan Bogor, 17-18 Desember 1986. 2
dalam cairan perasan daun kenikir yang (Palawija): 181-188.
bersifat toksin. Gejala yang Nampak pada larva Danarti dan Sri Najiyati, 1998. Palawija, Budidaya &
L.indica yang diuji memperlihatkan dan cairan Analisis Usaha Tani, Penebar Swadaya, Jakarta.
berwarna hijau yang dikeluarkan Departemen Pertanian,1994.Pedoman Pengenalan
daritubuhnya. Selanjutnya terjadi perubahan Pestisida Nabati. Direktorat Jenderal
warna pada tubuh larva yaitu menjadi kuning Perkebunan. Direktorat Bina perlindungan
Tanaman Perkebunan. Jakarta.
kecoklatan, kemudian coklat kehitaman, lalu
Diongzon, E., and O. Catalinojr., 1982.Breeding
menjadi hitam mengkerut dan akhirnya mati. sweet potato.Regional Root Crops Production
Dengan demikian, segala aktivitas larva telah Training Course.Visayas State College of
berakhir. Hal ini diduga disebabkan oleh Agriculture Bay-Bay Philippiines. Hal: 20.
adanya bau tajam dari perasan daun kenikir Ditlintan. 1989.Organisme pengganggu tanaman
serta racun yang telah bekerja didalam tubuh kedelai dan strategi pengendaliannya.
larva sehingga dengan bau tersebut akan Lokakarya pengamatan dan Peramalan
menyebabkan larva tidak mengkonsumsi daun. Oganisme Pengganggu Tingkat Nasional.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa Ditlintan-ATA 162. Jatisari, Juli-Sept, 1989. Hal.
perlakuan dengan menggunakan cairan 49
Fuzzati, N., Sutarjadi, Dyatmiko, W., Rahman, A., and
perasan daun kenikir dalam mematikan ulat
Hostettman, K., 1995. Phenylpropane
penggulung daun cukup efektif pada perlakuan
Denvatives From Roots of Tagetes patula Jusst,
konsentrasi P3 (20 mL/L. air). Hal ini terbukti Vol. 392-409.
pada pengamatan 36 JSA yang menyebabkan Gangrade, G. A. 1974. Insects Of Soybean
mortalitas L. indica mencapai 66,66 %. Dengan Directorate of Research Services, Jawaharlal
demikian, menunjukkan bahwa cairan perasan Nehru Vishwa Vidya Laya, Jabalpur 88 p.
daun kenikir dapat dijadikan sebagai pestisi
dan abati dalam mengendalikan L. indica
berdasarkan kandungan cairan perasan daun
kenikir mengandung minyak atsiri dan
senyawa alkaloid.
40 RAHAYU ET AL. J. AGROTEKNOS

Huaman, Z., 1992. Systematic botany and Ren, W., Qlao, Z., Wang, H., Zhu, L., Zhang, L., 2003,
morphology of the sweet potato. Technical “P Flavonoids : Promising Anticancer Agents”,
Information Bulletin 25. International potato Medicinal Research Reviews, 23 (4), 519 – 534.
center (CIP). Lima. Peru. Rukmana, 1997. Ubi jalar. Budidaya dan pasca
Jhamtani, 1993.Tumbuhan Obat-obatan. PT. panen. Kanisius, Yogyakarta.
Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, 2005. Cara budidaya yang tepat, efisien
Kardinan, A., 1999. Pestisida Nabati, Ramuan dan dan ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Aplikasi. Penebar Swadaya Jakarta. Sutarno, 1995. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam
Khaerudin. D., 1996. Mengendalikan Hama dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu.
Penyakit Kacang-Kacangan. Penerbit Trubus Penebar Swadaya, Jakarta.
Agrisarana, Jakarta. Taraphdar, Amit K., Madhumita, Roy, dan
Lingga, Pinus, 1986. Potensi 1.000 Jenis Ubi Jalar di Bhattacharya, R.K., 2001. “Natural Products as
Indonesia.Trubus No. 309B Inducers of Apoptosis: Implication for Cancer
Martosupono, Abas, F., Fuzzati, N., Pathak, V.N., Ren, Therapy and Prevention”, Current Science, Vol.
W., dan Taraphdar, 2009. Ekstrak tumbuhan 80 (11), 13-91.
Asteraceae, Pusat Penelitian Kimia LIPI, Jakarta. Tengkano, W., T. Sutarno, dan H. Kurniawan. 1980.
Paimin F.R.,1995. Budidaya Ubi Jalar. Bhratara . Hubungan antara populasi Phaedonia inclusa
Jakarta. Stal. Dengan kerusakan tanaman kedelai
Pranyoto, S. 1980. Biologi hama penggulung daun, varietas Orbas, Penebar Swadaya, Jakarta.
Lamprosema indica F. (Lepidoptera : Pyralidae ) Untung K, 1993. Pengantar Pengelolaan Hama
pada kedelai. Departemen Ilmu Hama dan Terpadu. Gadjah Mada University Press.
penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Bogor. Yogyakarta.
Laporan Masalah Khusus. 53 h. Wargiono, 1989. Budidaya UbiJalar. Bhratara,
Pudjianto, 1981. Pengaruh beberapa jenis tanaman Jakarta.
kacang–kacangan terhadap keperidian Watson, I. dan M. J Dallwitz. 2000. “The families of
Lamprosema indica F. (Lepidoptera:Pyralidae). flowering plants. Descripcion, illustration,
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit identification and information retrival”.Current
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Science, Vol. 30 (15), 3-8.
Pertanian Bogor. Laporan Masalah Khusus 36 h.
Radesa.2008. Serangga Hama Cilembu.
http://radesa.wordpress.com/7 Juni 2009.

Anda mungkin juga menyukai