Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas proposal ini tepat waktu yang berjudul
“ronde keperawatan kasus pasien dengan anoreksia geriatri” diruang rawat inap seruni
rumah sakit Abdul Wahab syahrani Samarinda. Proposal ini disusun untuk memenuhi
elemen kompetensi program profesi Ners stase keperawatan medikal bedah.
Dalam pembuatan proposal ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ns. Kiky???, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing akademik STIKes Wiyata Husada
Samarinda
2. Ns. Ferdawati, S.Kep selaku preseptor diruang rawat inap Cempaka Rumah
Sakit Abdul Wahab Syahrani Samarinda
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan proposal ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan proposal ini. Akhirnya penyusun berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada orang tua, perubahan dalam perilaku makanan dipengaruhi oleh
keluarga) serta faktor psikologis (depresi atau stres). Pada orang tua
jumlah papila gustative, serta higienitas mulut yang buruk dan gigi yang
kanker, stroke atau bahkan penyakit penyerta yang lebih ringan lainnya akan
4
stroke yang dapat mengalami disfagia sehingga menyulitkan lansia bukan
tidak tertarik untuk menelan makanan. Pada istilah klinik, anoreksia total
sejati) atau terjadi karena faktor lain yang tidak mempengaruhi selera makan
terjadi karena rasa takut, latihan berat, atau perubahan menu makanan .
penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut (6). Ilmu
serta penyakit pencernaan, absorpsi, dan penggunaan makanan serta zat gizi.
kandungan gizi seimbang harus tersedia dan mudah diperoleh dengan jenis
dan jumlah yang tepat. Lansia harus mampu dan mau untuk makan. Makanan
5
juga harus diabsorbsi untuk memelihara struktur dan fungsi tubuh. Lansia
dapat mengalami masalah pada salah satu atau beberapa tahap di atas.
dalam jaringan dengan keperluan akan nutrisi tersebut, dapat diakibatkan oleh
asupan diet yang tidak mencukupi yang disebabkan adanya anoreksia geriatri
atau penggunaan fisik / tubuh yang berlebihan. Menurut para ahli, kira-kira
lebih banyak yang mengkonsumsi diet dengan kalori yang adekuat tetapi
tidak diimbangi dengan campuran zat gizi yang esensial (protein, karbohidrat,
diketahui.
antara kajian klinis status gizi dan outcome tidak baik pada penderita tua yang
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan hasil dari 219 penderita yang diteliti
maupun gizi baik (31,7%, 23,3% dan 12,3%). Kepentingan klinis timbul
akibat tidak adanya asupan dan cadangan nutrisi serta resiko malnutrisi berat
6
pada tahun 2020 menjadi 26 juta dari 11 juta pada tahun 1990. Pencegahan
Melihat tingginya angkat yang usia lansia dan kasus anore3ksia pada
geriatri maka diperlukan pembahasan khusus untuk menyusun pencegahan
dan penyelesaian masalah pasien dengan anoreksia geriatri dengan
melibatkan berbagai disiplin ilmu kesehatan untuk peningkatan mutu asuhan
keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan iptek
maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan
profesional yang efektif dan efisien (Nursalam, 2014).
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanan keperawatan di mana salah satu kegiatannya adalah ronde
keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan
pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer/associate,
konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan
pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat
akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik keperawatan (Nursalam, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ronde keperawatan adalah menyelesaikan masalah pasien
melalui pendekatan berfikir kritis.
7
2. Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
c) Menentukan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
C. Manfaat
Manfaat dilakukannya ronde bagi pasien maupun perawat adalah
masalah pasien dapat teratasi, kebutuhan pasien dapat terpenuhi, terciptanya
komunitas keperawatan yang profesional, terjalinnya kerjasama antar tim
kesehatan serta perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar keperawatan (Nursalam 2011).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
a. Ronde Keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh
perawat, di samping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat assosciate, dan perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim (Nursalam, 2014).
b. Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran.
Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs
dengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas
tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Saleh,
2012).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan ronde
keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh perawat,
di samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatanuntuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan
efek perawatan untuk setiap pasien.
2. Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2014), mengatakan Pasien yang dipilih untuk
dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Pasien dengan kasus baru atau langka.
3. Peran masing-masing anggota tim
a. Katim dan Perawat Associate (PA)
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
9
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
b. Perawat Konselor / Perawat Primer (PP)
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
6) Berorientasi pada masalah klien
4. Alur Ronde Keperawatan
Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
Penetapan Pasien
Persiapan pasien :
- informed consent
- hasil pengkajian / validasi data
Validasi data
Lanjutan – Diskusi di
Nurse Station
11
1. Konsep anoreksia geriatri
1. Pengertian
utamanya.
makan yang bersifat sementara dapat terjadi karena rasa takut, latihan
dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut (6).
Batas umur untuk usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. WHO
12
2. Teori Penuaan
lainnya.
menua.
13
hiperkatabolik, infeksi dan terapi obat yang dapat mengubah
tidak mungkin terjadi. Tujuan hidup manusia ialah menjadi tua tetapi
meneliti hubungan antara kajian klinis status gizi dan outcome tidak
baik pada penderita tua yang dirawat di rumah sakit dan mendapatkan
hasil dari 219 penderita yang diteliti 24,4% malnutrisi sedang dan
14
meningkatnya kebutuhan metabolik sebagai hasil dari keadaan sakit
mortalitas.
berusia 60 tahun atau lebih berat badan cenderung turun dan untuk
terutama terdiri dari otot skeletal terutama tipe II atau serat fast-
twich. Lean body mass sentra misalnya hepar dan lien relatif
15
tampak sebagai hasil dari faktor-faktor yang berhubungan meliputi
individual.
16
mengecap makanan merupakan unsur yang terpenting. Aroma
17
pengecap dan penciuman pada akhirnya akan mengalami
18
merasakan rasa kenyang sebelum mereka mengkonsumsi kalori
orang lansia memiliki tingkat leptin yang lebih tinggi dari dewasa
dalam tubuh dan tidak adanya keinginan untuk makan. Insulin yang
19
makan dengan cara meningkatkan sinyal leptin ke hipotalamus dan
Kondisi mulut, gigi yang buruk, atau gigi palsu yang tidak
Serikat, 23% lansia berusia 65-75 tahun dan 36% lansia berusia
g. Penggunaan obat-obatan
20
Penggunaan obat tersebut dapat menyebabkan mulut kering, mual,
21
Depresi juga dapat disebabkan masalah patologis. Sekitar
kanker, dan stroke, meskipun tidak jelas apakah kasus depresi ini
makan akan menerima stimulasi dari sinyal sel lemak perifer (leptin),
pada berbagai macam sistem diatas terjadi pada proses penuaan, yang
22
dan manusia berusia tua telah memberikan petunjuk tentang
23
Hipotesis ini sesuai dengan penemuan cairan preload yang lebih
agonis dan antagonis pada orang muda dan tua untuk mendukung
hipotesis ini.
lambung yang lebih lambat pada orang tua dibandingkan orang muda.
yang lebih cepat dan hebat. Beberapa studi menunjukkan peran nitrit
24
bahwa di orang yang lebih tua, pengurangan nitrit oxide fundus
lapar pada orang muda dan tua masih belum pasti pada saat ini.
25
bahwa pada orang tua terjadi kegagalan dalam pengurangan
geriatri.
26
6. Presentasi Klinis Malnutrisi pada Lansia
kulit, atrofi otot interosseus tangan dan otot temporalis kepala juga
protein, bila berat badan turun >20% berat badan sebelum sakit,
albumin serum kurang dari 2,1 mg/dl, dan trasferin serum kurang dari
27
mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan. Tujuannya adalah
Pemberian diet per NGT harus dihindari pada pasien usia lanjut
dengan delirium karena resiko aspirasi dan tarikan selang oleh pasien.
Bila pasien tidak delirium dapat diberikan diet per flowcare. Selang
28
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Juli 2019 Pukul 15.30
WITA di ruang rawat Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. D
Umur : tahun
Pendidikan terakhir :-
Agama : Islam
Suku :
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Mangkupalas
Pekerjaan :
Diagnosa medis : Fraktur????
Tanggal masuk : ?? Juli 2019
Tanggal pengkajian : 15 Juli 2019
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.
Umur :
Pendidikan terakhir :
Agama : Islam
Suku :
Hub. dengan klien : Suami
Pekerjaan :
Alamat : Mangkupalas
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama saat masuk RS
29
.
4. Genogram
v
v
v
v v
v v
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien
= Meninggal
30
3. Pola nutrisi/metabolik
Program diit RS Nasi Tinggi kalori tinggi protein
Intake makanan
Klien makan 3x dalam sehari dan ketika sakit ini hanya mampu
menghabiskan ½ porsi dari makan yang diberikan
Intake cairan
Klien minum 4-5 gelas (800-1000 ml) setiap hari ketika dirawat
dirumah sakit.
4. Pola Eliminasi.
a. Buang air besar
Selama dirawat dirumah sakit klien belum pernah buang air
besar
b. Buang air kecil
Selama dirawat dirumah sakit klien buang air kecil
menggunakan pempers dan dapat diganti sebanyak 1-2 kali
dalam sehari.
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas dan latihan menggunakan Indeks Barthel
Nilai
No. Kriteria Penilaian
skor
31
1=kadang-kadang tak terkendali
2= Mandiri
6. BAB 0= tidak terkendali/tidak teratur 1
1=kadang-kadang tak terkendali
2= Mandiri
7. Penggunaan 0=tidak mampu 0
toilet 1=sebagian aktivitas perlu bantuan
2=mandiri
8. Transfer 0=tidak mampu 2
1=Berpindah dengan kursi roda
2=berjalan dengan bantuan
3= Mandiri
9. Mobilitas 0= Tidak mampu 1
1= Perlu bantuan
2= Mandiri
10. Naik turun 0= Tidak mampu 1
tangga 1= Perlu pertolongan
2= Mandiri
Total skor 7
Keterangan
0-4 : Ketergantungan Total
5-8 : Ketergantungan Berat
9-11 : Ketergantungan Sedang
12-19 : Ketergantungan ringan
20 : Mandiri
32
menabraknya hal itu terjadi baik pada saat pasien mencoba
untuk tidur disiang hari maupun dimalam hari.
7. Pola perseptual
.
8. Pola persepsi diri
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan dan pasien sudah menikah
dan saat ini masih menstruasi, klien juga terpasang kontrasepsi
susuk ditangan kiri.
10. Pola peran hubungan
Komunikasi klien baik
11. Pola manajemen koping-stress
12. Sistem nilai dan keyakinan.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Mata dan Telinga ( Penglihatan dan Pendengaran )
a. Penglihatan
Klien masih dapat melihat dengan jelas baik pada jarak
dekat maupun pada jarak jauh
b. Pendengaran
Klien masih dapat mendengar dengan jelas, tidak ada
dengungan pada telinga dan keluhan lain
c. Hidung
Hidung pasien simetris, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat polip, tidak terdapat cuping hidung dan tidak ada
nyeri tekan dan dapat mencium bau-baun dengan jelas.
d. Mulut/ Gigi/ Lidah
e. Leher
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan
tidak ada pembengkakan vena jugularis.
33
2. Respiratori
a. Dada
b. Kardiovaskuler
c. Neurologis
GCS: E4 V5 M5 Kesadaran Composmentis
d. Integumen
e. Abdomen
f. Muskuloskeletal
g. Seksualitas
Pasien sudah menikah dan memiliki 4 orang anak
E. Program Terapi
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Antrain 3x1 gr
- Ranitidine 2x50 mg
- Kalnex 2x500 mg
- Venolin 3x1 (nebulizer)
-
Hasil:
Kesimpulan :
2. Hasil Laboratorium
Tanggal /07/2019
Pemeriksaan Hasil Grafik Nilai Rujukan Unit
34
Hematokrit _*_(__)__ 37.0 – 54.0 %
Trombosit __(_*_)__ 150–450 10ˆ3/μL
Tanggal /07/2019
Pemeriksaan Hasil Grafik Nilai Rujukan
Ket :
__(_*_)__ = Dalam batas nilai rujukan
_*_(__)__ = Kurang dari batas nilai rujukan
__(__)_*_ = Lebih dari batas nilai rujukan
ANALISA DATA
KEMINGKINAN MASALAH
NO. DATA FOKUS
PENYEBAB KEPERAWATAN
1. DS :
DO :
2. DS :
DO :
3. DS :
35
DO :
36