DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang dapat melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, serta segenap kelomok 5 sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Sampah Tajam dan Aplikasi dalam Lingkungan Kesehatan” dengan baik. Terutama
kepada Ibu Sandy Isna Maharani, SST. M. Tr. Keb yang telah memberikan penugasan
kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Kami beraharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………….............................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………………………….4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………….5
Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………9
Saran…………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses –proses alam yang sudah tidak berguna lagi bahkan dapat
menjadi nilai negative karena tidak ditangani dengan baik.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk makhsud
biasa atau utama dalam pemakaian barang rusak atau cacat alam pembuatan manufaktur atau
ateri berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup).
Sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit
pelayanan kesehatan yang dapat mebahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi
manusia (Departemen Kesehatan RI). Sampah secara potensial dapat menularkan penyakit
memerlukan penanganan lebih dalam. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya,
termasuk obat - obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas kesehatan. Terkadang sampah - sampah
tersebut tidak dikelola dengan semestinya. Beberapa, seperti merkuri harus dihilangkan
dengan cara merubah pembelian bahan – bahan; bahan lainnya dapat di daur ulang;
selebihnya harus dikumpulkan dengan hati – hati dan dikembalikan ke pabriknya.
Secara medis, jenis sampah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sampah organik (sampah
basah), anorganik (sampah kering), dan sampah tajam. Sampah basah adalah sampah yang
berasal dari makhluk hidup. Sampah jenis ini dapat hancur secara alami. Sampah kering
adalah sampah yang berasal dari sisa bahan materi yang sulit diuraikan. Sampah tajam adalah
sampah yang memiliki sudut tajam, sisi, bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit.
Sampah tajam sering digunakan dalam dunia medis misalnya pada alat – alat kesehatan,
pecahan gelas, dan pecahan botol. Selain itu, meliputi benda – benda tajam yang terbuang
dan mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif. Contoh dari sampah tajam adalah jarum suntik, perlengkapan intervena,
pemecahan gas, dan pisau bedah. Penanganan sampah tajam harus dilakukan secara hati –
hati agar tidak menimbulkan permasalahan baru.
4
II. Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara penanganan sampah benda tajam medis?
2) Bagaimana pengaplikasian didalam lingkungan kesehatan dan lingkungan sehari-
hari?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam
bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dengan incinerator.
14) Penampungan
15) Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan.
Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh
dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
a. Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
b. Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna
yang telah ditentukan secara terpisah.
c. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes,
dan disediakan sarana pencuci.
d. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang,
dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
e. Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
16) Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan
dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambilmenunggu
pengangkutan.
17) Pengangkutan
a) Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain
sedemikian rupa sehingga :
Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
Tidak akan menjadi sarang serangga
Mudah dibersihkan dan dikeringkan
Sampan tidak menempel pada alat angkut
Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
b) Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain :
Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat
truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk mencegah
kontaminasi sampah lain yang dibawa.
Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan
tidak terjadi kebocoran atau tumpah.
7
Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan
kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak
sampai membusuk.
Teknik yang sering digunakan untuk pengolahan limbah benda tajam yaitu dengan
insinerasi, Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri.insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500°C atau lebih tinggi
dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan
energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan
melayani insinerasi limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern
yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak
terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan
ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut:
1) Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
2) Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
3) Tambahkan lapisan kapur.
4) Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.
5) Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sampah tajam sebelum dibuang harus melalui penanganan terlebih dahulu agar tidak
membahayakan orang orang disekitar. Lalu untuk syringe, jarum, dan cartideges hendaknya
dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah sampah klinis harus diangkut sesering mungkin
sesuai dengan kebutuhan. Sampah diangkut dengan troli atau kereta yang didesain sedimikian
rupa. Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan
kapur dan ditanam limbah dapur.
B. Saran
Sebaiknya sebagai tenaga medis kita tidak boleh membuang sampah tajam secara
sembarangan, karena hal tersebut dapat membahayakan orang lain.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://googleweblight.com/?lite_url=https://pujihpoltekkes.wordpress.com/2011/10/24/sampah/
&ei=rMdWXE_X&lc=id-
ID&s=1&m=604&host=www.google.co.id&ts=1510717273&sig=ANTY_L1N1e1YNpfH1e9r_jab6kWIM
MMB3Q
http://jerrly.blogspot.co.id/2012/11/sampah-tajam-sampah-medis-tugas-mata.html?m=1
10