Anda di halaman 1dari 7

TEORI KONSUMSI

(Tugas Responsi Mata Kuliah Ekonomi Makro)

Kelompok 7

Rica Silvia Anggraini 1514131105


Fina Zahrotul Atiyah 1814131038
Dini Apriani 1814131064
Dian Saputra 1854131002

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ISI

1. Jelaskan perbedaan teori konsumsi menurut keynes dan duensberry!


Jawaban:
Pengertian Konsumsi dari John Maynard Keynes
Teori konsumsi Keynes mengedepankan tentang analisis perhitungan statistik,
serta membuat hipotesa berdasarkan observasi kasual. Keynes menganggap
perhitungan fluktuasi ekonomi negara dapat dihitung berdasarkan besarnya
konsumsi dan pendapatan belanja rumah tangga. Pada pengeluaran rumah
tangga, selalu terdapat pengeluaran untuk konsumsi walaupun tidak memiliki
pendapatan. Hal ini disebut sebagai pengeluaran konsumsi otonomus atau
Keynes memiliki teori konsumsi absolut yang disebut sebagai Teori
Konsumsi Keynes (absolut income hypothesis). Keynes berpendapat bahwa
besarnya konsumsi rumah tangga, tergantung dari pendapatan yang
dihasilkan. Perbandingan antara besar nya konsumsi dan pendapatan disebut
Keynes sebagai Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC ini digunakan
untuk mengukur bahwa semakin besar pendapatan yang dimiliki, maka
tingkat konsumsi rumah tangga juga tinggi, dan begitu pula sebaliknya.

Untuk menjelaskan teori Keynes tersebut, maka perlu dibuat rancangan


perhitungan pendapatan dan konsumsi melalui Teori Konsumsi dengan
Hipotesis Pendapatan Absolut. Teori tersebut menyatakan bahwa jumlah
pengeluaran konsumsi berkaitan erat dengan pendapatan negara yaitu dapat
mempengaruhi fluktuasi perekonomian negara, dimana hal tersebut dapat
diukur berdasarkan harga konstan.
Fungsi Konsumsi Keynes adalah C = Co =cYd. Dimana Co adalah konsumsi
otonom (The Autonomus Consumption). Dan Yd adalah pendapatan yang bisa
digunakan untuk konsumsi. Rumus Yd adalah Y - Tx + Tr. Dimana Tx adalah
pajak, dan Tr adalah subsidi atau transfer. Dari rumus tersebut dapat diperoleh
rata-rata konsumsi atau Average Propensity to Consume (APC) yaitu
perbandingan jumlah konsumsi dibandingkan dengan pendapatan. Kemudian
jika terjadi perubahan yaitu tambahan pendapatan sehingga menambah
jumlah konsumsi, maka dapat dihitung denganMarginal Propensity to
Consume atau perubahan konsumsi yang terjadi karena pendapatan yang
meningkat.

Pengertian Konsumsi dalam James Dusenberry

Teori konsumsi Dusenberry mengemukakan bahwa jumlah konsumsi seseorang


dan masyarakat tergantung dari besarnya pendapatan tertinggi yang pernah
dimiliki atau dicapai oleh seseorang atau masyarakat tersebut. Teori Dusenberry
tersebut berdasarkan pada dua asumsi yaitu interdependen dan irreversibel.

Interdependen adalah besar konsumsi seseorang yang dipengaruhi oleh


besarnya konsumsi orang lain. Yaitu misalnya seseorang dengan tingkat
pengeluaran konsumsi yang sederhana, namun tinggal di lingkungan
masyarakat dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Maka hal tersebut akan
mempengaruhi pola hidup dan tingkat konsumsi seseorang yang pada
awalnya hanya memiliki tingkat konsumsi yang rendah menjadi tingkat
konsumsi yang tinggi.

Irreversibel adalah tingkat pengeluaran konsumsi yang menyesuaikan dengan


jumlah pendapatan yang dimiliki. Yaitu misalnya ketika seseorang memiliki
pendapatan yang tinggi, maka tingkat pengeluran konsumsinya pun menjadi
tinggi atau besar. Namun ketika seseorang mengalami penurunan pendapatan,
maka tingkat pengeluaran konsumsi nya pun menjadi rendah atau ikut
menurun.
2. Adakah perbedaan pola konsumsi masyarakat pedesaan dan perkotaan?

Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan


pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat
perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara
mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata
permasalahan (Ardra.Biz, 2019).

Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu


memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam
perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian
karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa.
Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan
informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-
ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya
mereka yang bersifat umum (Ardra.Biz, 2019).

1. Sederhana
2. Mudah curiga
3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4. Mempunyai sifat kekeluargaan
5. Lugas atau berbicara apa adanya
6. Tertutup dalam hal keuangan mereka
7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8. Menghargai orang lain
9. Demokratis dan religius
10. Jika berjanji, akan selalu diingat

Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung


tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling
menarik adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat
pedesaan.
Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan
lebih mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi
atau individu. Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:


1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan
keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid,
gereja, dan lainnya.
2. orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
bergantung pada orang lain
3. di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena
perbedaan politik dan agama dan sebagainya.
4. jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
5. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan
pribadi daripada kepentingan umum.

Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan


dan pedesaan, oleh karena itu, banyak orang-orang dari perkotaan yang
pindah ke pedesaan untuk mencari ketenangan, sedangkan sebaliknya,
masyarakat pedesaan pergi dari desa untuk ke kota mencari kehidupan dan
pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka

3. Jelaskan hubungan antara pendapatan, konsumsi dan inflasi!


Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat
dipengaruhi oleh pendapatan disposible saat ini (current disposible income).
Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga meningkat.
Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan
disposible.

Secara matematis dirumuskan:


C = Co + bYd

Keterangan:
C = konsumsi
C0 = konsumsi otonomus
b = marginal prospensity to consume (MPC)
Yd = pendapatan disposable
0 ≤b≤1

Hubungan antara konsumsi dan pendapatan sangat erat hubungannya.


Pendapatan seseorang sangat mempengaruhi konsumsi. Jika pendapatan
seseorang tersebut rendah maka konsumsi juga rendah. Jika pendapatan naik
maka konsumsi naik. Sedangkan hubungannya dengan inflasi yaitu jika
inflasi terlalu rendah, maka akan berdampak menekan pertumbuhan ekonomi
dan jika inflasi terlalu tinggi juga akan membuat daya beli masyarakat turun
mengakibatkan roda perekonomian tidak berjalan. Secara umum, rendahnya
tingkat inflasi juga dapat menunjukkan rendahnya permintaan dan daya beli
masyarakat. Menjaga dan meningkatkan pendapatan masyarakat untuk
mendorong level konsumsi perlu dilakukan untuk menjadi salah satu prioritas
kebijakan yang diambil untuk mengatasi inflasi. Hubungannya dengan
pendapatan yaitu pendapatan naik turun tergantung dari inflasi. Sehingga
apabila inflasi tinggi maka pendapatan harus dinaikkan agar rasio relatif tetap
terjaga
DAFTAR PUSTAKA

Muzzaky. A. 2015. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Pendapatan


Perkapita, dan Ekspor Terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Pertumbuhan
Ekonomi. Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya.
Malang.

Reksoprayitno, Soediyono. 2000.Ekonomi Mako. Yogyakarta . BPFE Yogyakarta.

Ardra.Biz, 2019. “Makro Ekonomi, Teori dan Pengantar”. Raja Grafindo Persada,
Edisi 3, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai