DI LAMPUNG
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)
oleh
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit
karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat
maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor
agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus
virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung
1.2 Tujuan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum yakni pisau, alat tulis, dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah spesimen tanaman yang menunjukkan
gejala penyakit.
2.2 Prosedur
2.
Busuk Pangkal
Batang
Ganoderma
boninensis
3.
Layu Fusarium
Fusarium
oxysporum
4.
Layu Bakteri
Ralstonia
solanacearum
5.
Kerdil
Bunchy top virus
6.
Busuk Buah
Phythophtora
palmivora
7.
Virus Tungro
Rice Tungro
Bacilliform Virus
8.
Blast Padi
Pyricularia grisea
9.
Bulai Jagung
Perenosclerospora
maydis
10.
Gosong Bengkak
Ustilago maydis
11.
Busuk Pangkal
Batang
Phythophtora
capsici
12.
Karat Daun Kopi
Hemileia vastatrix
3.2 Pembahasan
Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka
maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih
kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit
dilepas.Daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi berwarna
hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian
tanaman.Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat
(Semangun,1990)
Penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yaitu jamur Ganoderma
boninense, tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili Ganodermataceae.
Jamur Ganoderma boninense memiliki basidiokarp yang bervariasi. Permukaan
atas licin seperti pernis berwarna coklat kehitaman. Pada pertumbuhannya daerah
perbatasan berwarna oranye kekuningan serta putih pada ujungnya. Permukaan
pori berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm,
biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini mengandung
hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid. Pori- pori
berbentuk bulat dengan diameter 90- 380 (155) μ. Basidiospora berbentuk ovoid
hingga ellipsoid berwarna kecokelatan dengan ukuran 13,5 (10,0) x 4,5 – 7 (5,9)
μm yang bersifat bitunikatus.
Tipe gejala penyakit layu fusarium berupa nekrotik hipoplastik sebagai berikut.
1. Daun tua menguning dimulai dari pinggir daun.
2. Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh (pseudo steam).
3. Ruas daun memendek.
4. Perubahan warna pada bonggol pisang
5. Batang yang terserang mengeluarkan bau busuk (Muhidin,1993)
Timbulnya gejala bervariasi dan bergantung pada umur tanaman Daun muda lebih
tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya,
menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah
patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset
pada ujung batang palsu.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun
dengan membersihkan tanaman inang seperti (Musa textiles), Heliconia spp dan
Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada
tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik
untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian (Agrios, 1995).
Busuk buah pada kakao disebabkan oleh jamur Phythophtora palmivora. Penyakit
busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman
kakao. Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada
bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga. Dampak
negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan
ini menginfeksi buah.
Timbulnya bercak-bercak hitam pada bagian kulit luar buah merupakan gejala
yang tampak pada penyakit busuk buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan
meluas hingga menutupi semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan.
Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah
pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk
buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.
Penyakit ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya
melalui beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa
oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah
akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena jamur Phythoptora
palmivora dapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.
Penyakit busuk buah kakao dapat dicegah melalui penggunaan klon tahan busuk
buah seperti DRC 16, SCA 6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya. Pemupukan yang
berimbang, sanitasi kebun yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon
penaung, pemangkasan pohon kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan
jika penyakit busuk buah sudah menyerang, tindakan pengendalian yag dapat
dilakukan antara lain dengan pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban
kebun, sanitasi dan pemusnahan buah yang terserang, dan penggunaan fungisida
tembaga kontak seperti Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2
minggu sekali.
Virus Tungro pada Padi hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak
terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.
Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix
virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai
keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus
setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap
tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.Penyakit tungro
disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro
Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus
(RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat
menginfeksi tanaman secara bersama-sama.
Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi,
dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti
klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan sedikit,
pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel yang kecil
dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada varietas yang
rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak berkembang pada daun
muda dan ada kecenderungan sehat kembali.
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya,
tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan
untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau
yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada
terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
2. Tanam serempak
3. Menanam varietas tahan
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5. Pemupukan N yang tepat dan penggunaan pestisida
Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi.
Gejala dapat berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun
berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat
bercak berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan.
Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai
malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi
sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada
batang berupa busuk dan mudah rebah.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas
ke seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala
sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua
daun terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda
umumnya tidak menghasilkan buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah
tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.
3.2.7 Gosong pada Jagung
Jamur Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw,
Uredo maydis DC merupakan agen penyebar penyakit gosong pada jagung.
Cendawan masuk ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuk
kelenjar (gall) pada tongkol jagung. Spora tersebar karena pembungkus rusak.
Tanaman inang alternative belum diketahui.
Kelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Selain itu, pangkal batang
yang terserang menjadi berwarna hitam. Terdapat lendir kebiruan di
permukaannya apabila keadaan lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati.
Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian
tengah atau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna
hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.
Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat
yang berada didekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan.
Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat
terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen
terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan
kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran
penyakit akan lebih cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang
disiang bersih.
Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri
atas urediospora jamur. Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua
sampai hitam dan mongering. Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi
gundul (Semangun, 1990).
Jamur Hemilelia vastatrix yang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa
melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula
bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk. Setelah masak
isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna. Sisi luar yang
cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar
antara 26-40 x 20-30 µm.
Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant Pathology.
Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Hadiyanti, Dedeh. 2003. Cara Pengendalian Penyakit Darah Pada Tanaman Pisang
di Sumatera Selatan. Departemen Pertanian. BPTP. Sumatera Selatan
Jalil. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Budidaya Karet. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Riau : Pekanbaru
Susanto, Agus. 2011. Penyakit Busuk Pangkal Batang: Ganoderma boninense Pat.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Purba, R.Y., Puspa, W., & Suwandi. 1987. Pengaruh pemupukan hara makro
terhadap perkembangan busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa
sawit di kebun Adolina-Sumatera Utara
Ratmawati, Ika. 2013. Mengenal Lebih Dekat Penyakit Layu Bakteri Ralstonia
solanacearum Pada Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutanan :
Probolinggo.
LAMPIRAN