Anda di halaman 1dari 7

Banu Kuncoro, Roi Chatul Maghfiroh, Agus Rochmat 1900

UJI KESESUAIAN SISTEM KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA
BAHAN BAKU PARASETAMOL

CONFORMANCE TEST SYSTEM HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY


REVERSED PHASE PARACETAMOL ON RAW MATERIALS

Banu Kuncoro, Roi Chatul Maghfiroh, Agus Rochmat

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang


*Corresponding Author E-mail: banukuncoro@yahoo.com

ABSTRACT
Paracetamol is an analgesic and antipyretic drug use store lieve headaches, out of breath or mild pain
and fever. Paracetamol is use dinmostore scription analgesics colds and flu. In contrast with other
analgesic ssuch asaspirin and ibuprofen, parastamol not have anti-inflammatory properties. This
research is anexperimental laboratory. Object of research is the raw material of paracetamol obtained
from PT. Shunti Sepuri, Cikupa, Tangerang, using the method of High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) reversed phase. Results showed that all parameters used in the
conformance test system obtained good results so it can be usedf or testing paracetamol. Retention
time of paracetamol in the range of4.073 minutes. The detection limit of this method was 2.26 mg/ml
while quantity limitis7 .54µg/ml. In the linearity test produce correlation coefficient of r = 0.9936.
Recovery values were in the range 97.59 % -103.45 % with an average of 100.96% recovery.
Keywords: Conformance Test System, HPLC, Paracetamol.

ABSTRAK
Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik yang digunakan untuk melegakan sakit kepala,
sengal-sengal atau sakit ringan dan demam. Parasetamol digunakan dalam sebagian resep obat
analgetik selesma dan flu. Berbeda dengan obat analgetik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parastamol tidak memiliki sifat anti radang. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium. Obyek
penelitiannya adalah bahan baku parasetamol yang diperoleh dari PT. Shunti Sepuri, cikupa,
tangerang, menggunakan metode Kromatografi Cair KinerjaTinggi (KCKT) Fase Terbalik. Hasil
penelitian menunjukan bahwa seluruh parameter yang digunakan dalam uji kesesuaian sitem ini
diperoleh hasil yang baik sehingga dapat digunakan untuk pengujian parasetamol. Retention time
parasetamol berad pada kisaran menit 4,073. Limit deteksi metode ini adalah 2,26 µg/ml sementara
limit kuantitasinya adalah 7,54 µg/ml. Pada uji linieritas dihasilkan nilai koefisien korelasi r = 0,9936.
Nilai recovery berada pada rentang 97,59 % - 103,45 % dengan rata-rata % recovery 100,96 %.
Kata Kunci :Uji Kesesuaian Sistem, KCKT, Parasetamol.

PENDAHULUAN (asam amino N-asetilsistein atau metionin)


sedini mungkin, sebaiknya 8-10 jam setelah
Parasetamol merupakan derivate dari
intoksikasi. Dalam pemasarannya, pemeriksaan
asetanilida yang efek analgetiknya dapat
mutu suatu sediaan obat mutlak diperlukan
diperkuat dengan kafein dengan kira-kira 50%
untuk menjamin bahwa sediaan obat
dan codein (Nasution, 2009). Overdosis dapat
mengandung bahan dengan mutu dan jumlah
menimbulkan antara lain mual, muntah dan
yang telah ditetapkan dan mengikuti prosedur
anoreksia. Penanggulangannya dengan cuci
analisis standar (Naid, 2011).
lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar

Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 35


1900

Menurut United State Pharmacopea Bahan


(USP) Uji kesesuaian sistem merupakan bagian
Baku parasetamol, aquades, asam fospat,
yang tidak terpisahkan dari kromatografi gas
dan metanol HPLC.
dan kromatografi cair. Mereka digunakan untuk
memverifikasi bahwa resolusi dan
reproduktifitas dari sistem kromatografi Metode
memadai untuk analisis yang akan dilakukan.
Pengujian didasarkan pada konsep bahwa Penyiapan Fase Gerak
peralatan, elektronik, operasianalitis dan sampel Fase gerak terdiri dari 330 ml metanol
yang akan dianalisis merupakan suatu sistem dengan 660 ml air demineral. Cek pH
integral yang selalu dapat dievaluasi. menggunakan pH meter, bila melebihi pH 3,00
Dinyatakan dalam USP 35 halaman 2031 adjust dengan asam fospat 20 % , lalu
bahwa untuk uji kesesuaian sistem parasetamol kemudian saring menggunakan filter 0.45 μm.
ditentukan nilai Standar Deviasi Relatif (SDR)
tidak lebih dari 2%. Faktor kesalahan tidak lebih
Penyiapan Sampel
dari 2%, dan jumlah keeping teoritis tidak boleh
kurang dari 1000. 1. larutan stok 1000 μg/ml
Dengan adanya perkembangan teknologi Timbang 100 mg baku parasetamol
membuat pengujian parasetamol semakin masukkan ke dalam labu 100 ml encerkan
banyak pilihan. Beberapa peneliti menggunakan dengan pelarut hingga konsentrasinya 1000
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase μg/ml.
Normal yakni salah satunya Herlin Eka Pratiwi 2. Larutan stok 500 μg/ml
pada tahun 2011.
Pipet 50 ml dari larutan stok 1000 μg/ml ke
dalam labu 100 ml encerkan dengan pelarut
METODE PENELITIAN hingga konsentrasinya 500 μg/ml.
Alat 3. Larutan stok 100 μg/ml

Seperangkat HPLC Shimadzu : kolom + Pipet 10 ml dari larutan stok 1000 μg/ml ke
oven liquid Shimadzu CTO–20AC, komputer dalam labu 100 ml encerkan dengan pelarut
dan CPU, pump Liquid Chromatograph hingga konsentrasinya 100 μg/ml.
LC_10AT, Injektor Auto sampler SIL-20A HT, 4. Larutan stok 80 μg/ml
Detektor UV/ VISdetector Shimadzu SPD-20A,
Integrator Communication bus module CBM- Pipet 8 ml dari larutan stok 1000 μg/ml ke
20A, timbangan analitik Metler Toledo AX26, pH dalam labu 100 ml encerkan dengan pelarut
meter, sonikasi Branson 5510, Sentrifuge Jouan hingga konsentrasinya 80 μg/ml.
B4-UV, magnetic stirer, labu 100 ml 5 5. Pembuatan larutan uji
buah,labu 10 ml 10 buah, pipet volume 50 ml 2
Timbang sebanyak 50 mg parasetamol yang
buah, pipet volume 10 ml 3 buah, pipet volume
diambildari rata-rata penimbangan 20 tablet,
1 ml 5 buah, gelas ukur 250 ml 1 buah,
gerus hingga homogeny lalu masukkan
gelasukur 1000 ml 1 buah, botol bening 1000 ml
kedalam labu 100 ml. Encerkan dengan
1 buah, teko 1000 ml, kertas saring Whatmann
methanol. Sonikasi selama 30 detik lalu
0,45 µm, seperangkat alat saring, kertas
kemudian pipet sebanyak 0.65 ml kedalam
perkamen, spatula, dan vial.
labu 10. Kemudian ambil 1 ml dari internal
standar larutan stok dan masukkan
kedalamnya, dan tambahkan fasegerak
hingga batas.

Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 36


1900

Sistem kromatografi atau luas area (y) dan dikaji secara visual,
apakah linier atau tidak. Selanjutnya
1. Detektor : 254 nm
ditetapkan kurva linier: y = bx + a, dimana a
2. Laju alir : 1.5 ml/min adalah intersept (perpotongan dengan garis
3. Kolom : hypersil gold C-18, 150 dengan sumbu y) dan b adalah slope
x 4.6 mm (kemiringan garis regresi), kelinieran kurva
ditentukan dengan cara menghitung
4. Volume injek : 20 μL (Olufemi,et al., koefesien korelasi (r).
2013).
3. Kecermatan (Accuracy)
Siapkan seri larutan baku dengan
Penentuan kondisi optimum KCKT konsentrasi 75, 100 dan 125 μg/ml. masing-
Larutan baku parasetamol yang akan masing konsentrasi diambil dengan cara
disuntikkan kedalam sistem KCKT sesuai memipet sebanyak 1.5, 2, dan 3.5, dari
metode USP 35 halaman . Optimasi kondisi larutan stok 500 μg/ml kemudian encerkan
KCKT dilakukan terhadap parameter kedalam labu ukur 10 ml dengan
kromatografi meliputi meliputi resolusi (daya menggunakan pelarut Kemudian diinjeksikan
pisah), penentuan sistem presisi, factor asimetri, masing-masing konsentrasi sebanyak 3 kali
kapasitas kolom, efisiensi kolom . Uji injeksi.
kesesuaian sistem dilakukan dengan cara 4. Keseksamaan (Precision)
menyuntikkan larutan baku kedalam sistem
KCKT sebanyak 6 kali pengulangan. Kemudian Presisi dilakukan dengan cara
dihitung %RSD dari waktu retensi dan luas area menginjeksikan secara berulang sebanyak 6
dari baku parasetamol. kali larutan standar yang dibuat dengan
konsentrasi 80 μg/ml. Lihat respon masing-
Selain uji kesesuaian sistem juga masing injeksi dan hitunglah RSD-nya.
dilakukan uji validasi sebagai berikut :
5. Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi
1. Selektifitas (Specificity) (LOQ)
Injeksikan larutan standar 100 μg/ml dan Pembuatan larutan untuk penentuan uji batas
larutan blanko masing-masing 3 kali deteksi dan batas kuantitasi, sebelumnya
pengulangan. Larutan standar 100 μg/ml disiapkan terlebih dahulu larutan uji dengan 3
dibuat dengan mengambil 1 ml larutan stok tingkat konsentrasi yang berbeda yaitu: kadar
1000 μg/ml kemudian diencerkan ke labu 10 10 µg/ml, 15 µg/ml, 20 µg/ml. Konsentasi
ml dengan pelarut. Sementara blanko dibuat tersebut dibuat dengan cara mengambil 1 ml,
diambil dari pelarutnya. 1.5 ml dan 2 ml larutan stok 100 µg/ml
2. Linieritas (Linearity) kemudian diencerkan kedalam labu 10 ml
dengan pelarut. Kemudian seri larutan baku
Siapkan seri larutan yang akan diuji dengan
tersebut diinjeksikan masing-masing 3 kali.
konsentrasi 10, 15, 20, 25, dan 30 μg/ml.
Kemudian dibuat kurva hubungan antar
masing-masing konsentrasi diambil dengan
konsentrasi spike (X) terhadap respon S/N
cara memipet sebanyak 1, 1.5, 2, 2.5, dan 3
(Y) dan dibuat persamaan garis regresi kurva
ml dari larutan stok 100 μg/ml kemudian
linier: y = bx + a. Berdasarkan kurva linier
encerkan kedalam labu ukur 10 ml dengan
tersebut, kemudian dihitung nilai LOD dan
menggunakan pelarut.
LOQ dengan menggunakan rumus (Harmita,
Kemudian seri larutan baku diinjeksikan 2004):
dengan 3 kali pengulangan setelah itu dibuat 3 𝑆𝑦/𝑥
kurva antara konsentrasi analit yang 𝐿𝑂𝐷 = 𝑆
....................................(2)
berbeda-beda (x) terhadap respon instrument

Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 37


1900

𝐿𝑂𝑄 =
10 𝑆𝑦/𝑥
.....................................(3) untuk pengujian parasetamol. Selain uji
𝑆
kesesuaian sistem juga dilakukan uji validasi
Dimana: S(y/x) : standar deviasi residual sebagai berikut :
S : slope (kemiringan/b) 1. Selektifitas/Spesifisitas
Analisa Data Spesifisikasi metode ditentukan dengan
membandingkan hasil analisis sampel yang
Analisis terhadap data yang diperoleh mengandung cemaran, hasil urai, senyawa
akan dilakukan secara deskriptif yang disertai sejenis, senyawa asing lainnya atau
dengan tabel, narasi dan pembahasan yang pembawa plasebo dengan hasil analisis
disertai dengan penarikan kesimpulan apakah sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi
sistem yang digunakan layak dipakai (Harmita, 2004). Pengujian spesifisitas
berdasarkan pada acuan USP 35. Uji dilakukan dengan menginjeksikan larutan
kesesuaian sistem digunakan untuk strandar parasetamol dan blanko yang
memverifikasi bahwa sistem kromatografi cukup diinjeksikan masing-masing 3 kali. Adapun
untuk diterapkan dalam analisis. Uji kesesuaian hasil pengujian dapat dilihat pada gambar di
sistem dilakukan dengan menginjeksikan larutan bawah ini.
standar baku parasetamol sebanyak 6 kali
berturut turut kemudian hasil respon pengujian
0.02
dihitung standar deviasi relatifnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


0.01
Volts

Validasi Metode Analisa

Paracetamol
Uji kesesuaian sistem digunakan untuk
memverifikasi bahwa sistem kromatografi cukup
0.00
untuk diterapkan dalam analisis. Uji kesesuaian
sistem dilakukan dengan menginjeksikan larutan 0 1 2 3 4 5 6
Minutes
standar baku parasetamol sebanyak 6 kali Fig. 1. Kromatogram standar baku parasetamol
berturut-turut kemudian hasil respon pengujian
dihitung standar deviasi relatifnya. Adapun hasil
uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel di Tabel 2. Hasil kromatogram standar baku
bawah ini. parasetamol
Tabel 1. Hasil System Suitability (Kesesuaian
Sistem) Detector A
(254nm)
Hasil Retention
Parameter USP 35 Name Area Height Width
Pengujian Time
Lempeng Teoritis (N ≥1000 87169.19 Paracetamol 4.073 573254 17748 1.57
TAN) Totals 573254 17748
Tailling Factor ≤ 2,0* 1,27
Retention Time N.A 0,27*
Peak Area ≤ 2,0* 1,28*
Peak Height ≤ 2,0* 0,32*
*% RSD N.A: Not aplicable
Berdasarkan tabel di atas, hasil pengujian
yang dilakukan sebanyak 6 kali injeksi diperoleh
rata–rata hasildibawah nilai % RSD yang
dipersyaratkan oleh USP. Ini menunjukkan
bahwa alat HPLC tersebut dapat digunakan

Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 38


1900

korelasi yang diperoleh menunjukkan hasil yang


0.10
baik karena masih memenuhi persyaratan
APVMA (Australian Pesticides and Veterinary
Medicines Authority) yang digunakan sebagai
0.05 acuan pada penelitian ini, yaitu r > 0,99. Hal ini
Volts

3. Akurasi (Kecermatan)
Pengujian akurasi dilakukan dengan
0.00
menginjeksikan larutan standar parasetamol
0 1 2 3 4 BPFI dengan 3 konsentrasi yang berbeda
Minutes
masing-masing sebanyak 3 kali pengulangan
Fig 2. Kromatogram blanko (Olufemiet al, 2013). Hasil pengujian
kecermatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Gambar. 4. Kromatogram blanko Tabel. 3. Hasil perhitungan perolehan kembali


(% recovery)
Pada penelitian ini diperoleh retention
timeparasetamol masing-masing pada menit ke- Konsentrasi Konsentrasi
%
No Teoritis Praktis
4,070; 4,073 dan 4,075 sementara pada blanko Area Peak
(µg/ml) (µg/ml)
Recovery

tidak ditemukan peak pada retention time 1 579081 75 74.97 99.96


2 572434 75 73.19 97.59
tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh, 3 577093 75 74.44 99.25
4 672275 100 100.03 100.03
maka dapat disimpulkan bahwa peak yang 5 687934 100 104.24 104.24
keluar pada retention time tersebut memang 6 679924 100 102.08 102.08
7 781189 125 129.31 103.45
merupakan peak dari parasetamol karena pada 8 770231 125 126.36 101.09
blanko tidak terdapat peak yang sama seperti 9 769413 125 126.14 100.91
Rata-rata % recovery 100.96
pada larutan standar.
2. Linieritas Hasil pengujian akurasi yang ditampilkan
Pada pengujian linieritas ini digunakan 6 pada tabel 6., diperoleh % recovery berada
konsentrasi larutan standar Parasetamolyang pada rentang 97,59 % - 103,45 % dengan rata-
dibuat dengan rentang 10 – 30 µg/ml rata % recovery 100,96 %.
sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil dari uji
linieritas dapat dilihat pada grafik di bawah Meskipun hasil yang diperoleh berada di
ini. bawah dan di atas 100%, namun hasil tersebut
masih memenuhi kriteria penerimaan yang
dipersyaratkan oleh APVMA yang dalam
penelitian ini dijadikan sebagai acuan yaitu
masih berada pada rentang 75 – 125 % untuk
konsentrasi sampel kurang dari 1000 µg/ml
karena pada pengujian ini digunakan
konsentrasi larutan standar parasetamol75
µg/ml, 100 µg/ml dan 125 µg/ml. Adapun %
recovery yang masih dapat diterima menurut
APVMA dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Fig 2. Kurva standar baku parasetamol Tabel 4. % Recovery yang masih dapat diterima
menurut APVMA (Anonimc, 2004).
Berdasarkan data evaluasi kalibrasi deret
standar parasetamol pada level konsentrasai 10 Konsentrasi zat aktif/ % Recovery yang
µg/ml hingga 30 µg/ml diperoleh persamaan impuritis (µg/ml) diterima
≥ 100000 98 – 102 %
regresi linier y = 300198.55 + 3719.77x dengan
≥ 10000 90 – 110 %
nilai koefisien korelasi r = 0,9936. Nilai koefisien
Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 39
1900

1000 – 10000 80 – 120 % < 1000 ≤ 20 %


< 1000 75 – 125 %

5. LOD (batas deteksi) dan LOQ (batas


4. Presisi (Keseksamaan) kuantitasi)
Keseksamaan merupakan ukuran Secara statistik perhitungan batas deteksi
keterulangan metode analisis dan biasanya dan batas kuantitasi diperoleh melalui garis
diekspresikan sebagai simpangan baku regresi linier dari kurva kalibrasi standar.
relatif dari sejumlah sampel yang berbeda Nilaipengukuran akan sama dengan nilai b
signifikan secara statistik (Gandjar dan pada persamaan garis linier y = a + bx,
Rohman, 2007). Pengujian dilakukan dengan sedangkan simpangan baku blanko sama
metode repitibility (pengulangan) injeksi dengan simpangan baku residual (Sy/x).
sampel sebanyak 6 kali pengulangan. LOD dan LOQ dapat dihitung dengan rumus
Adapun hasil dari uji presisi dapat dilihat di bawah ini (Harmita, 2004).
pada tabel di bawah ini.
Pada uji batas deteksi dan kuantitasi
Tabel 5. Hasil uji presisi digunakan larutan standar 10 µg/ml dan 20
No Konsentrasi Standar Area Standar µg/ml yang masing-masing diinjeksikan
Injeksi sebanyak 3 kali. Kurva kalibrasi standar
1 80 6065797 parasetamol dapat dilihat di bawah ini:
2 80 6061324
3 80 6062792
4 80 6059928
5 80 6054216
Kurva Deret Standar Parasetamol
6 80 6032998
Rata-rata 6056176 400000
Standar Deviasi (SD) 11983,12 380000
Area Standar

% Standar Deviasi Relatif 0,198


(RSD) 360000
340000
Dari data hasil pengujian presisi yang 320000
dapat dilihat pada tabel 8, diperoleh nilai %
300000
Standar Deviasi Relatif (RSD) 0,198 %. Nilai
10 20
tersebut memenuhi persyaratan APVMA yaitu ≤
20% untuk level konsentrasi < 1000 µg/ml. Hal Fig 3. Kurva deret standar bakuparasetamol
ini menginformasikan bahwa sistem operasional Dari hasil perhitungan diperoleh nilai limit
alat dan analis memiliki nilai presisi yang baik of detection (LOD) sebesar 2,26 µg/ml dan limit
terhadap metode dengan respon yang relatif of quantitation sebesar 7,54 µg/ml. Berdasarkan
konstan, sehingga hasil pengukuran memiliki hasil tersebut dapat diketahui bahwa
nilai presisi yang memenuhi persyaratan. konsentrasi terkecil yang masih dapat dideteksi
Adapun kriteria penerimaan uji presisi yang sampai pada konsentrasi 2,26 µg/ml sementara
dipersyaratkan APVMA dapat dilihat pada tabel konsentrasi terkecil yang masih memenuhi
di bawah ini: kriteria cermat dan seksama sampai pada
konsentrasi 7,54 µg/ml.
Tabel 6. Kriteria penerimaan uji presisi menurut
APVMA KESIMPULAN
Analit pada matrik sampel Presisi Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem
(µg/ml)
≥ 100000 ≤2% analisa baku parasetamol maka dapat
10000 – 100000 ≤5% disimpulkan:
1000 – 10000 ≤ 10 %
Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 40
1900

1. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi
Fase Terbalik dapat diterapkan sebagai Metode dan Cara Perhitungannya.
metode standar untuk parasetamol telah diuji Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3.
kesesuaian sistem dan hasilnya baik. Departemen Farmasi FMIPA-UI.
2. Pada linieritas diperoleh persamaan regresi Naid, Tadjuddin. 2011. penetapan Kadar
linier y = 3719,77 + 300198,55x dengan nilai Parasetamol dalam Tablet kombinasi
koefisien korelasi r = 0,9936 yang Parasetamol dengan Kofein Secara
menunjukkan bahwa respon hasil dengan spektofotometri Ultraviolet sinar
konsentrasi uji memiliki hubungan yang linier. Tampak. Universitas Hasanudin.
Makasar.
3. Nilai recovery berada pada rentang 97,59 % -
103,45% dengan rata-rata % recovery Olufemi. 2013.UV-Spectrophotometry and RP-
100,96 %. HPLC methods for the simultaneous
estimation of acetaminophen:
4. Nilai standar deviasi relatif (RSD) pada
Validation, comparison and application
presisi sebesar 0,198%, menginformasikan
for marketed tablet analysis in South
bahwa sistem operasional alat dan analis
West, Nigeria.University of Ibadan.
memiliki respon yang relatif konstan.
Nigeria.
5. Limit deteksi pada metode ini adalah 2,26
Phazna, T.A. 2013. Method development and
µg/ml dan limit kuantitasi metode ini adalah
validation of parasetamol drug by RP-
7,54 µg/ml.
HPLC.Department of Chemistry and
Zoology, Nizam College, Osmania
DAFTAR PUSTAKA University. India.

Allafa, B. Santoso. 2008. Antypiretik Analgesics, Yulida, A.N. 2009. Penetapan Kadar Zat Aktif
New Insight. Gajah Mada University Parasetamol dalam Obat Sediaan
Departement of Pharmacology, Oraldengan Metode Kromatografi Cair
Yogyakarta. Kinerja Tinggi. Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Christine Patrimurti, 2010. Pengembangan dan
Validasi Metode Kromatografi cair Zamri, R.H. 2008. Validasi metode penetapan
Kinerja Tinggi (KCKT) fase Terbalik kadar epigenin dalam ekstrak seledri
pada analisis Multicampuran dengan kromatografi cair kinerja tinggi.
Parasetamol, Prorifenazol, dan Kafein. Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.
UniversitasSamtaDarma. Bogor.

Farmagazine Vol. I No. 2 Agustus 2014 41

Anda mungkin juga menyukai