Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,

malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara

pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa

terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak

seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi

makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007). Malnutrisi

merupakan faktor yang berkontribusi terhadap lebih dari setengah kematian pada anak –

anak di seluruh dunia (monika, 2005). Terdapat beberapa faktor penyebab malnutrisi adalah

asupan makanan yang tidak memadai, ini merupakan penyebab malnutrsi paling umum

yang terdapat diseluruh dunia. Di beberapa daerah agama dan budaya mungkin memainkan

peran dalam kasus malnutrisi, selain itu keadaan sanitasi yang tidak baik dapat

mempengaruhi keadaan metabolik. Pada Negara maju asupan makanan yang tidak

memadai bukan merupakan penyebab utama dari malnutrisi, melainkan disini malnutrisi

diakibatkan oleh penyakit, khususnya penyakit kronis (WHO, 2013)

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien.

Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk

memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4

kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga

kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu
vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral

( Wardlaw et al, 2004).

Pencegahan malnutrisi terutama pada anak – anak dapat dilakukan dengan cara

memulai penekanan pada gizi prenatal dan perwatan prenatal yang baik. Penyediaan

layanan kesehatan harus menekankan pentingnya ASI pada tahun pertama keshidupan.

Promosi menyusui sangat penting di Negara – Negara berkembang karena belum terdapat

alternative yang menyerupai ASI pada saat ini, selain promosi menyusui para praktisi

kesehatan harus dapat memberikan pengenalan terhadap orang tua terhadap makanan

tambahan yang bergizi ( US Depertement of health and human services, 2005). Walaupun

tahap pencegahan sudah dilakukan tetapi masih ada kasus malnutrisi yang menjamur di

kalangan masyarakat, terbukti terdapat 54% kematian anak yang diakibatkan oleh

malnutrisi (monika, 2005).

Melihat kasus di atas, penulis ingin mengangkat kasus ini sebagai bahan

pertimbangn untuk pengukuran nutrisi yang adekuat dari lingkungan yang paling sempit,

yaitu pengukuran status nutrisi untuk diri sendiri dan salah satu orang terdekat, yang

diharapkan akan memberikan dampak positif untuk memperhatikan keadaan kesehatannya,

terutama dalam hal nutrisi.


PATOFOSIOLOGI MALNUTRISI

Malnutrisi mempengaruhi hampir semua sistem organ. Protein saangat berperan

penting terhadap kasus malnutrisi, dimana protein diperlukan untuk menyediakan asam

amino untuk mensintesis protein tubuh, dan juga terdapat senyawa lain yang memiliki

berbagai peran fungsional. Energi sangat penting untuk semua fungsi biokimia dan

fisiologis di dalam tubuh selain itu, mikronutrien yang penting dalam banyak fungsi

metabolisme dalam tubuh, sebagai komponen dan kofaktor dalam proses enzimatik

( Hendricks et al, 1995).

Selain gangguan pertumbuhan fisik dan fungsi fisiologis dan kognitif lainnya,

perunahan respon imun terjadi di awal perjalanan malnutrisi yang signifikan pada anak.

Perubahan ini berhubungan dengan keadaan yang beruk pada anak yaitu keadaan defisiensi

imun (AIDS). Kehilangan hipersensitivitas, gangguan respon limfosit seperti limfosit T dan

penerununan sekresi immunoglobulin A adalah beberapa perubahan yang mungkin terjadi.

Peruvahan ini mempengaruhi kekebalan tubuh anak terhadap infeksi yang parah serta

infeksi kronis kasus yang umum dan sering dijumpai adalah kasus diare menular.

Penurunan penyerapan nutrisi, meningkatkan kebutuhan metabolik dan kehilangan nutrient

secara langsung ( Bribiesca et al, 1999). Studi awal malnutrisi pada anak menunjukan

perubahan pada perkembangan otak, termasuk melambatnya pertumbuhan otak, berat otak

yang lebih rendah, korteks serebral tipis, dan perubahan dalam serabut dendritik, ini

diakibatkan karena pemberian makanan yang tidak memadai.


Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan

marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup

sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup.

Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan

kwashiorkor (Dokoupil K et al, 2008)

Anda mungkin juga menyukai