Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Tumor usus halus merupakan tantangan unik untuk klinisi karena sulitnya
menentukan diagnosis pasti dari tumor itu sendiri. Penelitian mengenai perjalanan
alamiah penyakit ini masih sangat terbatas karena sedikitnya jumlah kasus dan
banyaknya varian tipe tumor yang dapat ditemukan. Selain itu kebanyakan lesi
ganas diketahui saat tumor sudah mengalami metastasis. Usus halus mencakup
kurang lebih 75% dari total panjang saluran sistem pencernaan dan lebih dari 90%
permukaan mukosa dan sekalipun lokasinya terdapat diantara dua region yang
berpotensi tinggi terjadinya kanker, tumor usus halus jarang berkembang menjadi
keganasan. Kurang dari 2% dari semua keganasan sistem pencernaan berasal dari
usus halus. Insiden keganasan berdasarkan usia mencakup 1 per 100.000 dengan
prevalensi sebanyak 0.6%.
Kurang lebih 40 tipe histologi yang berbeda baik dari tumor jinak maupun ganas
telah diketahui. Sekalipun 75% tumor yang ditemukan saat dilakukan
pemeriksaan histopatologi merupakan tumor jinak, kebanyakan dari lesi
simtomatik dan tumor yang terdeteksi saat operasi merupakan tumor ganas. Suatu
studi analisis menunjukkan bahwa leiomyomas terhitung hampir 25% dari semua
tumor usus halus jinak. Beberapa tumor usus halus jinak lainnya berupa lipoma,
adenoma, dan hamartoma. Sedangkan untuk tumor usus halus ganas, sebanyak
30-50% merupakan adenokarsinoma, 25-30% adalah caricinoid dan 15-20% nya
adalah lymphoma. Lokasi dengan faktor resiko paling tinggi untuk terjadinya
keganasan terdapat di duodenum untuk adenokarsinoma dan ileum untuk
carcinoid dan lymphoma. Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang beberapa
tumor usus halus baik jinak maupun ganas yang paling banyak dijumpai dalam
praktik klinis.

BAB II
ISI
1.1 Definisi
Terminologi tumor usus halus merupakan tumbuhnya jaringan baru pada usus
halus yang tidak terkontrol atau abnormal dan progresif baik jinak (benign)
maupun ganas (maligna).
1.2 Epidemiologi
Insiden neoplasma usus halus benigna dan maligna merupakan tumor yang jarang
terjadi yaitu berkisar 0,4-1 kasus per 100.000 penduduk dalam setahun. Akan
tetapi insiden ini mengalami peningkatan selama 2 dekade terakhir ini dimana
peningkatan terbanyak terjadi pada pria. Insiden ini bervariasi sesuai dengan
metode diagnosis, pembedahan atau autopsi. Analisis data secara komprehensif
dari pasien kanker yang masuk dalam registrasi Surveillance Epidemiology and
End Results (SEER) dimana karsinoid dan adenokarsinoma menjadi subtipe
histologis yang paling umum, diikuti oleh limfoma dan sarkoma. Sekitar 90%
kasus terjadi pada pasien di atas umur 40 tahun.2
Tabel 1. Frekuensi relative pada neoplasma usus halus benigna
Type

Relatif frekuensi

Leiomyoma
Adenoma
Lipoma
Hemangioma
Fibroma
Other

30-35 %
20-25 %
15 %
10 %
5%
15 %

(Di kutip dari kepustakaan 3 )


Data di Amerika menunjukkan insiden terjadinya neoplasma maligna usus halus
berkisar 5300 kasus pertahun. Di antara neoplasma maligna usus halus,
adenocarcinoma terdiri dari 35 sampai 50% dari semua kasus, tumor karsinoid 20
sampai 40%, dan limfoma sekitar 10 hingga 15%. GISTs adalah tumor
mesenchimal yang paling umum timbul di usus halus dan berkisar 15% dari

keganasan usus halus. GISTs merupakan bagian dari neoplasma yang sebelumnya
diklasifikasikan sebagai leiomyomas, leiomyosarcoma, dan neoplasma otot polos
usus. Usus halus sering dipengaruhi oleh metastasis dari atau invasi lokal oleh
kanker yang berasal di organ lain. Melanoma, khususnya, terkait dengan
kecenderungan untuk metastasis ke usus halus.3
Table 2. Gambaran Neoplasma Malignan Usus Halus
Tipe Tumor

Sel

Frekuensi

Tempat Predominan

Adenocarcinoma

Epithelial cell

3550%

Duodenum

Carcinoid

Enterochromaffin cell

2040%

Ileum

Lymphoma

Lymphocyte

1015%

Ileum

GIST

Interstitial cell of Cajal

1015%

(Di kutip dari kepustakaan 3)

Tumor usus halus paling sering terjadi di ileum (29,7%), diikuti duodenum
(25,4%) dan jejenum (15,3%). Tumor ganas pada usus halus lebih jarang
ditemukan. Insiden global dari tumor ganas sendiri kurang dari 1 kasus per
100.000 populasi. Di Amerika Serikat kanker usus halus terhitung hanya
berjumlah 0,42% dari total seluruh insiden kanker dan hanya terhitung 2,3% dari
total kanker digestif sedangkan di Canada sebesar 0,37% dan 1,78%. Mortalitas
dari kanker ini juga rendah dimana hanya terhitung sebanyak 0,2% dari total
kamatian akibat kanker di Amerika Serikat dan Kanada.

1.3 Etiologi dan Faktor resiko


Beberapa sindrom herediter berhubungan dengan peningkatan insiden beberapa
tipe tumor usus halus. Sindrom tersebut meliputi sindrom Peutz-Jeghers (polip
hamartomatus yang terjadi secara primer pada ileum dan jejenum), adenomatous
polyposis familial, sindrom Gadners (adenoma dan adenokarsinoma), dan
penyakit van Recklingshausen (paraganglioma). Tumor desmoid, yang biasanya
multiple dapat menjadi menifestasi primer sindrom Gadner pada usus halus.
Gangguan inflamasi pada usus halus yang dapat menjadi predisposisi keganasan

diantaranya penyakit Chrons (adenocarcinoma), penyakit celiac (limfoma dan


yang lebih jarang adenocarcinoma), dan penyakit imunoproliferatif (IP-SID,
limfoma intestine diffuse)(rev)
Berdasarkan penelitian ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab dari
neoplasma usus halus, diantaranya 2
a. Faktor Gangguan Inflamasi
Chrons disease merupakan kondisi kronis dari saluran gastrointestinal
dengan karakteristik transmural, inflamasi granulomatosa dengan pola
diskontinyu yang membentuk kecenderungan menjadi fistula. Pada penelitian
meta analisis menyebutkan Chrons disease sebagai faktor risiko kanker usus
halus dengan risiko relatif 33,2 sedangkan pada penyakit radang usus usus
yang lain seperti ulcerative colitis belum diketaui apakah dapat meningkatkan
risiko kanker usus halus.
Penyakit inflamasi yang lain adalah penyakit celiac merupakan gangguan
inflamasi dengan karakteristik usus halus tidak mampu mengolah fraksi
gluten seperti sereal dangan gandum, atau barley dengan prevalensi hanya 1%
pada populasi(33). Pada penelitian disebutkan resiko adenokarsinoma usus
halus meningkat beberapa kali lipat pada penderita celiac disease
dibandingkan dengan populasi umum dengan resiko relative 60-80.
Karsinoma ini lebih sering berlokasi pada jejenum. (33)

b. Faktor Gangguan pada kekebalan tubuh


Pasien dengan Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) yang diketahui
berada pada peningkatan risiko untuk keganasan usus halus. Meningkatnya
insiden limfoma usus halus selama dua dekade terakhir telah terjadi terutama
pada pasien dengan gangguan kekebalan seperti AIDS atau immunosupression
kronis setelah transplantasi organ. Balthazar et al melaporkan menemukan
limfoma usus halus di 52% pasien AIDS dalam penelitian mereka terhadap
pasien dengan limfoma usus. Penulis lain juga menekankan hubungan antara

AIDS dan limfoma usus halus. Sebagian besar kasus yang dilaporkan
didiagnosis oleh laparotomi, menyajikan dengan intussusception, perforasi,
obstruksi empedu, atau gangguan usus kecil.
c. Faktor Genetik
Adenoma poliposis familial dimana pasien dengan kondisi multiple adenoma
pada usus halus dan colon berpotensi menjadi adenokarsinoma. Sesudah di
colon duodenum merupakan tempat ditemukannya adenokarsinoma. Studi
genetic molecular polip duodenal yang ditampilkan oleh kashiwagi 1977 pada
pasien dengan adenoma poliposis familial menemukan bahwa p53 meningkat
frekuensinya pada displastik adenoma, meskipun frekuensi TP53 dan mutasi
gen k-ras rendah.
Penyakit genetic lain yang berhubungan adalah Peutz-Jeghers syndrome (PJS)
merupakan kondisi autosomal dominan akibat mutasi lengan pendek
kromosom 19. Dikarakteristikan dengan melanin spots pada bibir dan mukosa
bucal dan polip gastrointestinal hamartroma multiple. Polip pada PJS biasanya
ditemukan pada usus halus dengan lokasi tersering jejejum dan ileum diikuti
duodenum. Pasien dengan PJS dilaporkan dapat meningkatkan resiko kanker
usus halus dengan resiko relative 520.(33)

Tabel 3. Faktor Predisposisi di Usus Halus


Inflammatory conditions
Regional enteritis (Crohns disease)
Celiac sprue
Tuberculosis
Immune deficiencies
Acquired immune deficiency syndrome
Common
variable
hypogammaglobulinemia
Genetic syndromes
Familial adenomatous polyposis

Adenocarcinoma
Lymphoma
Lymphoma
Carcinoid
Adenocarcinoma
Lymphoma
Kaposis

sarcoma,

lymphoma
Lymphoma
Adenoma, adenocarcinoma

HNPCC
PeutzJeger
Neurofibromatosis
(Dikutip dari kepustakaan 2)

Adenoma, adenocarcinoma
Adenocarcinoma
Adenocarcinoma

Selain faktor resiko diatas, terdapat sumber lain yang memamaparkan faktor
resiko kebiasaan dan lingkungan diantaranya:
a. konsumsi diet dan alcohol. Sebuah studi case-control mendapatkan peningkatan
resiko kanker usus halus dua hingga tiga kali lipat dengan sering mengkonsumsi
daging merah dan makanan yang diasinkan

atau dibakar banub tidak

berhubungan dengan konsumsi alkohol. Studi lain mengenai adenokarsinoma usus


halus melaporkan peningkatan resiko yang signifikan berhubungan dengan
konsumsi damaging atau ikan bakar. Penelitian lain oleh Negri dkk juga
mendapatkan peningkatan resiko adenokarsinoma usus halus pada orang-orang
yang mengonsumsi daging merah namun resikonya dapat diturunkan dengan
mengonsumsi
b. BMI/ Obesitas. Penelitian mengenai hubungan antara obesitas dengan kanker
usus halus telah beberapa kali dilakukan namun hasilnya beragam. Sebuah cohort
studi di Norwegia mendapatkan peningkatan resiko moderate pada pasien yang
kegemukan dan obesitas. Namun penelitian lain oleh Chow dkk tidak medapatkan
hubungan antara BMI dengan peningkatan resiko kanker usus halus.
c. Merokok. Sebuah studi mendapatkan hasil bahwa merokok berhubungan
dengan peningkatan resiko adenokarsinoma dan tumor carcinoid. Namun studi
lain European case control mendapatkan peningkatan moderate resiko tumor
carcinoid ganas namun tidak berhubungan dengan adenokarsinoma.
1.4 Patofisiologi
Usus halus menempati lebih dari 90% dari luas permukaan mukosa saluran
pencernaan, tetapi hanya 1,1-2,4% dari seluruh keganasan gastrointestinal.
Penjelasan mengenai frekuensi rendahnya neoplasma usus halus meliputi : 2
a. Cairan yang terkandung pada usus kecil mengurangi iritasi pada mukosa usus
halus dibandingkan dengan kandungan solid pada usus besar(rev)

b. Zat-zat relatif cepat melewati usus halus sehingga paparan zat-zat karsinogenik
terhadap mukosa usus halus lebih sedikit(rev)
c. Rendahnya jumlah bakteri pada usus halus menyebabkan rendahnya konversi
cairan empedu menjadi zat karsinogenik oleh baktari anaerob(rev)
d. Benzopirene, suatu zat karsinogenik yang terkandung pada berbagai makanan,
dapat dikonversi menjadi metabolit yang lebih tidak berbahaya oleh benzopirene
hidroksilase, dimana konsentrasi paling tinggi zat ini terkandung pada usus halus
bila dibandingkan dengan lambung dan usus besar(rev)
e. Tingginya jaringan limfoid pada usus halus yang menghasilkan igA yang cukup
banyak dianggap protektif(rev)
f. Paparan langsung berbagai zat karsinogenik sangat penting. Dalam suatu
penelitian daging merah dan makanan yang mengandung garam berhubungan
dengan peningkatan risiko sedangkan alcohol dan rokok tidak berhubungan (rev)
g. Beberapa studi juga menunjukan bahwa usus halus memproduksi reactive
oxidative species (ROS) endogen yang lebih sedikit dibandingkan usus besar. Hal
ini menyebabkan usus halus mampu menatrilisir stress oksidatif lebih baik dari
pada usus besar.(epid kanker small intestine)
h. Respon yang berbeda terhadap kerusakan DNA juga dapat menjelaskan
perbedaan kerentanan terhadap kanker antara usus halus dan usus besar. (.(epid
kanker small intestine)
Kemajuan

terbaru

telah

mulai

mengklarifikasikan

patogenesis

molekul

adenocarcinoma usus halus dan GISTs; ada kemajuan sehubungan dengan


patogenesis keganasan usus halus lainnya.3,8
Adenocarcinoma usus halus diyakini berasal dari adenoma yang sudah ada
sebelumnya melalui akumulasi berurutan kelainan genetik dalam suatu gen yang
sama dengan yang dijelaskan untuk patogenesis kanker kolorektal. Adenoma
dihistologikan sebagai tubular, vili, dan tubulovillous. Adenoma Tubular memiliki
fitur paling-agresif. Adenoma vili memiliki fitur yang paling-agresif dan

cenderung besar, tetap, dan terletak di bagian kedua duodenum. Degenerasi ganas
telah dilaporkan untuk hadir pada sampai dengan 45% dari adenoma vili pada saat
diagnosis.8
Keganasan pada usus halus terjadi dapat akibat proses metastasis. Penyebarannya
dapat melalui invasi langsung atau melalui penyebaran intrapertoneal. Tumor
primer yang berasal dari usus besar, ovarium, uterus dan gaster biasa menyebar
melalui invasi langsung. Namun penyebarannya melalui intraperitoneal tumor
primer dapat berasal dari payudara, paru-paru, dan melanoma yang menyebar
secara hematogen.

1.5 GEJALA KLINIS


Gejala neoplasma usus halus tidak spesifik dan bisa ada untuk masa waktu
yang lama sebelum menjadi perhatian dokter. Gejala yang berhubungan dengan
neoplasma usus halus masih samar-samar seperti rasa tidak nyaman pada
epigastrium, muntah, nyeri perut biasanya kolik dan intermiten, diare, dan
perdarahan gastrointestinal.4,10
Obstruksi tersering dengan tumor yang berasal dari epitel dan bisa karena satu
dari beberapa mekanisme berbeda. Pertama penyempitan lumen oleh pertumbuhan
massa sirkumferensial atau polipoid ke arah dalam. Kedua massa epitel bertindak
sebagai titik pembawa bagi intusepsi. Intusepsi intermiten ini berbeda dari yang
ditemukan pada anak. Pada orang dewasa intusepsi disertai dengan lesi spesifik
pada lebih dari pasien, pada anak titik pembawa bagi intusepsi hanya kadangkadang ditemukan. Akhirnya secara histology segmen isi usus halus normal bisa
terlibat dalam fibrosis akibat perforasi local suatu tumor dalam gelung usus yang
berdekatan.9
Perdarahan pasien timbul pada 1/3 pasien neoplasma usus halus. Biasanya dia
bersifat samar dan episodik. Melena atau hematomesis kadang-kadang bisa

terlihat. Lazim terdapat anemia defisiensi besi dan sekitar 30% pasien tampil
dengan nilai hematokrit < 30%. Perdarahan bisa disertai dengan neolasma usus
halus apa pun, tetapi tersering ditemukan dengan hemangioma dan tumor yang
berasal dari otot polos.9

Pada tumor yang bersifat ganas gejala yang muncul biasanya nyeri perut dan
penurunan berat badan. Adenokarsinoma merupakan 30-50% tumor usus halus,
biasanya terjadi pada dekade keenam atau ketujuh dengan kecenderungan terjadi
pada laki-laki. Adenokarsinoma cenderung terjadi pada usus halus bagian
proksimal dengan lokasi tersering periampular. Obstruktif jaundice juga dapat
menjadi menifestasi klinis dikarenankan sumbatan pada distal common duct
(CBD). Pasien dengan Chrons disease merupakan salah satu pengecualian
Adenokarsinoma yang berlokasi pada bagian proksimal. Lebih dari 75% kanker
usus halus pada Chrons disease berlokasi pada ileum.(rev)

1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis tumor usus halus dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1.6.1

Anamnesis
Pada tumor usus halus jinak, anamnesis didapatkan keluhan tidak
spesifik seperti nyeri perut hilang timbul, perdarahan atau obstruksi,
dan memiliki anemia. Keluhan-keluhan ini tidak spesifik sehingga
menyebabkan sering terabaikan oleh dokter dan terlambat dalam
menegakan diagnosis yang tepat. Keluhan awal dapat muncul 7 bulan
sebelumnya. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak terduga saat
dilakukan operasi pada pasien dengan obstruksi usus halus. Tumor
usus halus jinak juga dapat tidak bergejala atau asimtomatis dan
ditemukan hanya pada otopsi. Pasien dengan tumor usus halus juga
dapat datang dengan intermittent bowel obstruction, nyeri abdominal,

intermittent gastrointestinal hemorrhage, atau anemia kronis yang


berasal dari perdarahan gastrointestinal. Tumor usus halus ganas
paling sering menimbulkan gejala seperti nyeri abdominal dan
penurunan berat badan.
1.6.2

Pemeriksaan Fisik
Pada beberapa tumor dengan ukuran lebih besar, pada pemeriksaan
fisik kadang terdapat massa yang dapat teraba. Dapat juga ditemukan
tanda-tanda obstruksi usus seperti bising usus meningkat. Pada kasus
tumor usus halus bagian proksimal, dapat ditemukan jaundice.

1.6.3

Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakan diagnosis tumor usus halus, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, endoskopi,
foto polos abdomen, Commuted Tomography (CT), Contrast X-ray,
USG, MRI, patologi anatomi (biopsi atau sediaan eksisi tumor).
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
anemia atau tidak. Pemeriksaan imaging dilakukan untuk mengetahui
letak dari tumor tersebut. Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan
untuk mengetahui jenis dari tumor usus halus.

1.7 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding dari tumor usus halus meliputi peyakit-penyakit yang
banyak menyebabkan nyeri umum seperti irritable bowel syndrome, acid
peptic disease, cholelithiasis, diverticular disease, dan endometriosis.
1.7.1

Irritable Bowel Syndrome


Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan gastrointestinal
fungsional yang ditandai dengan nyeri perut dan perubahan kebiasaan

defekasi, dengan prevalensi 10-20% dan insiden 1-2% per tahun. Adapun
manifestasi yang muncul yaitu perubahan kebiasaan usus, nyeri perut, dan
tahanan perut (abdominal distention)
1.7.2

Acid Peptic Disease


Acid Peptic Disease seperti peptic ulcer adalah ulkus yang berkembang
pada lapisan mukosa lambung, dan bagian atas usus halus. Gejala yang
paling umum adalah nyeri perut. Dapat ditandai dengan rasa sangat perih
atau sensasi terbakar dan terjadi setelah makan 2-3 jam sesudahnya.

1.7.3

Cholelithiasis
Cholelithiasis yaitu adanya batu yang terbentuk di saluran empedu.
Cholelithiasis dapat atau tidak dapat menimbulkan gejala. Jika batu
empedu berada di saluran empedu dan menyebabkan penyumbatan, tanda
dan gejala dapat muncul yaitu nyeri cepat dan tiba-tiba di perut bagian
kanan atas atau di perut bagian tengah.

1.7.4

Diverticular Disease
Diverticular disease seperti diverticulitis adalah peradangan dari satu atau
lebih divertikula. Yang dimaksud dengan divertikula adalah kantong kecil
yang dibentuk oleh herniasi mukosa ke dalam dinding usus besar. Gejala
yang dapat muncul berupa nyeri pada kuadran kiri bawah, perubahan
kebiasaan defekasi, mual, muntah, dan konstipasi.

1.7.5

Endometriosis
Endometriosis adalah adanya mukosa normal endometrium (kelenjar dan
stroma) tertanam secara abnormal di lokasi selain rongga uterus. Sekitar

30-40% dari wanita dengan endometriosis akan menjadi subfertil. Adapun


gejala yang dapat timbul yaitu dismenore, nyeri panggul, nyeri perut atau
punggung bawah, mual, dan muntah.

1.8 PENATALAKSANAAN
Pada tumor usus halus, umumnya terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi
bedah berupa reseksi segmen usus yang mengandung tumor serta diikuti
dengan terapi kemoterapi atau radioterapi.
Reseksi tumor usus halus masih menjadi terapi yang direkomendasikan.
Eksplorasi laparotomi dengan reseksi lesi merupakan metode yang paling
aman dan dapat langsung mengidentifikasi lesi.
Tumor yang ditemukan secara tidak sengaja pada laparotomi harus diambil
atau dihilangkan untuk mencegah perkembangan selanjutnya dan komplikasi
sekunder.
1.9 PROGNOSIS
Rata-rata kelangsungan hidup pasien yang menderita neoplasma maligna usus
halus adalah tidak baik. Pada pasien dengan adenokarsinoma memiliki hanya
sekitar 5 tahun untuk bertahan hidup dari 20 % kasus. Sedangkan
leiomyosarkoma 30-40%. Radiasi dan kemoterapi hanya memberikan efek

yang sedikit terhadap pengobatan adenocarsinoma, tetapi ada kemungkinan


peningkatan kelangsungan hidup penggunaan radioterapi pada pasien dengan
sarcoma. Radioterapi dan kemoterapi yang dikombinasikan dengan eksisi
pembedahan lebih bagus terhadap pasien dengan lipoma.

BAB III
PENUTUP
Tumor usus halus merupakan tumbuhnya jaringan baru pada usus halus yang tidak
terkontrol atau abnormal dan progresif baik jinak (benign) maupun ganas
(maligna). Insiden neoplasma usus halus benigna dan maligna merupakan tumor
yang jarang terjadi yaitu berkisar 0,4-1 kasus per 100.000 penduduk dalam
setahun. Karsinoid dan adenokarsinoma menjadi subtipe histologis yang paling
umum. Tumor usus halus paling sering terjadi di ileum (29,7%). Beberapa
sindrom herediter berhubungan dengan peningkatan insiden beberapa tipe tumor
usus halus. Faktor yang diduga menjadi penyebab dari neoplasma usus halus,
diantaranya halus, diantaranya gangguan inflamasi, gangguan kekebalan tubuh,
factor genetic, diet dan alkohol, BMI dan merokok.
Hanya 1,1-2,4% dari seluruh keganasan gastrointestinal terjadi di usus halus.
Penjelasan mengenai frekuensi rendahnya neoplasma usus halus dikaitkan dengan
cairan, jumlah bakteri dan berbagai zat zat yang terdapat didalam usus halus.
Gejala yang berhubungan dengan neoplasma usus halus seperti rasa tidak nyaman

pada epigastrium, muntah, nyeri perut biasanya kolik dan intermiten, diare,
perdarahan gastrointestinal, jaundice dan penurunan berat badan.
Diagnosis tumor usus halus dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pada anananesis pasien dapat datang dengan keluhan
tidak spesifik seperti nyeri perut hilang timbul, perdarahan atau obstruksi, dan
memiliki anemia. Keluhan-keluhan ini tidak spesifik sehingga menyebabkan
sering terabaikan oleh dokter dan terlambat dalam menegakan diagnosis yang
tepat. Tumor usus halus ganas paling sering menimbulkan gejala seperti nyeri
abdominal dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik kadang terdapat
massa yang dapat teraba. Dapat juga ditemukan tanda-tanda obstruksi usus seperti
bising usus meningkat. Pada kasus tumor usus halus bagian proksimal, dapat
ditemukan jaundice. Diagnosis banding dari tumor usus halus yaitu irritable bowel
syndrome, peptic disease, cholelithiasis, diverticular disease, dan endometriosis.
Terapiyangdapatdilakukanberupareseksisegmenususyangmengandungtumorserta
diikutidenganterapikemoterapiatauradioterapi.

Rata-rata kelangsungan hidup pasien yang menderita neoplasma maligna usus


halus adalah tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai