Anda di halaman 1dari 8

A.

1000 Hari Pertama Kehidupan


Istilah 1.000 hari pertama kehidupan mulai diperkenalkan pada 2010 sejak dicanangkannya
gerakan scalling-up nutrition di tingkat global.Periode 1.000 hari pertama kehidupan adalah
masa yang paling krusial bagi anak. Terhitung sejak 270 hari selama dalam kandungan ibu,
hingga 730 hari setelah anak lahir. Periode tersebut amat penting karena pada masa ini otak
mengalami tumbuh kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal,
semua kebutuhan dasarnya harus dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi,
imunisasi, serta kebersihan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam periode 1.000 hari pertama
kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak
tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental, kecerdasan,
dan perilaku anak. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000
hari pertamanya, ibu perlu memperhatikan asupan makanannya. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
merupakan makanan terbaik bagi anak 0-6 bulan.ASI mengandung nutrisi lengkap yang
dibutuhkan anak seperti energi, protein, lemak, vitamin dan mineral serta komponen probiotik
untuk kesehatan saluran cerna. Saat menginjak umur genap enam bulan, anak dapat
diperkenalkan makanan pendamping ASI, dan sejak berumur genap satu tahun, anak dapat
diberikan makanan padat dan susu pertumbuhan.
Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat
trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga diperkirakan dampaknya mempunyai kurun
waktu 100 tahun, artinya resiko tersebut berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang
lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya.
Jika 1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka ada 5 titik kritis yang
harus diperhatikan pada seorang anak ialah :
 Masih dalam kandungan = 280 hari
 Umur 0-6 bulan = 180 hari
 Umur 6-8 bulan = 60 hari
 Umur 8-12 bulan = 120 hari
 Umur 12-24 bulan = 360 hari
1. Periode dalam kandungan (280 hari)
- Pastikan bahwa ibu yang mengandung memiliki status gizi yang baik, tidak mengalami KEK
(Kurang Energi Kronis) dan Anemia.
- Selama ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan,
makanan dengan porsi kecil namun sering dapat dianjurkan dengan memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan.
- Suplement tambah besi (Fe), asam folat dan vitamin C dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya anemia.
- Ibu harus memeriksakan kehamilannya secara rutin.
- Memasuki usia kehamilan trimester 3 ibu dan suami mempersiapkan informasi mengenai
menyusui, agar saat melahirkan nantinya akan memberikan IMD dan ASI Eksklusif untuk
bayinya kelak.
2. Periode 0 – 6 bulan (180 hari)
- Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
- Medapatkan ASI Eksklusif.
- Membantu ibu yang mengalami masalah dengan pemberian ASI Eksklusif dengan
tersedianya media konsultasi mengenai ASI Eksklusif.
- Bantuan dukungan kepada Ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
- Memantau pertumbuhan bayi secara teratur
3. Periode 6- 24 bulan (540hari)
- Memastikan bahwa ibu mengetahui jenis dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian
makanan untuk bayi..
- Mengajarkan kepada ibu mengenai masa transisi pemberian makanan pada bayi. Makanan
lumat atau cair pada usia 6-8 bulan, lembek lunak/semi pada pada usia 8-12 bulan, dan
makanan padat pada usia 12-24 bulan.
- Memberikan dorongan dan dukungan pada ibu untuk tetap memberikan ASI.
- Mengajarkan dan memberikan informasi kepada ibu mengenai pemilihan bahan makanan
yang bergizi dan murah untuk makanan tambahan bagi bayi.
- Memantau pertumbuhan secara teratur.
B. Jenis-Jenis Imunisasi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
1. Hepatitis B
Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan sebelum waktu 12 jam setelah
bayi lahir. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak saat
proses kelahiran.
2. Polio
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Vaksin ini bisa
diberikan pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Vaksin ini diberikan
untuk mencegah lumpuh layu.
3. BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
BCG hanya diberikan sebanyak 1 kali dan disarankan pemberiannya sebelum bayi berusia 3
bulan. Paling baik diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Vaksin BCG ini berfungsi untuk
mencegah kuman tuberkulosis yang dapat menyerang paru-paru dan selaput otak, dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian.
4. Campak
Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 24 bulan. Namun,
vaksin campak kedua pada usia 24 bulan tidak perlu lagi diberikan ketika anak sudah
mendapatkan vaksin MMR pada usia 15 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit
campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru), diare, dan bahkan bisa
menyerang otak.
5. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan agar anak terhindar dari penyakit difteri,
pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin ini dilakukan sebanyak 3 kali pada anak usia 2 bulan, 4
bulan dan 6 bulan. Metode yang dilakukan pada pemberian vaksin ini dengan cara disuntikan
pada anak. Pada imunisasi ini efek samping yang akan dirasakan anak adalah demam, rasa nyeri
pada bagian yang disuntik, dan anak akan rewel selama kurang lebih 2 hari.
6. HIB
HIB adalah imunisasi yang diberikan guna mencegah penyakit HIB. Dengan memberikan
imunisasi ini, akan mencegah resiko serangan virus atau bakteri lain. Imunisasi ini dilakukan
ketika bayi berusia 2 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Pada vaksin HIB terdapat sebuah vaksin
kombinasi DPT dan HIB yang memiliki daya imunogenitas yang tinggi namun tidak akan
mempengaruhi respon pada imun yang lain.
7. ROTA VIRUS
Imunisasi ROTAVIRUS adalah imunisasi dengan menggunakan vaksin yang dapat mencegah
timbulnya penyakit rotavirus yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Pada imunisasi ini
vaksin yang diberikan adalah vaksin monovalent ( Rotarix ) dan pentavalen ( Rotareq ) Beberapa
penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa vaksin rotavirus terbukti sangat efektif dalam
melindungi tubuh anak. Para peneliti menyimpulkan bahwa vaksin ini efektif, karena pada rumah
sakit yang mendapatkan kasus tersebut terbukti dapat menekan jumlah pasien diare sebanyak
50%. Dan penurunan kasus pada pasien tersebut terjadi sekitar kurang lebih 2 tahun setelah
program imunisasi tersebut dijalankan.
8. MMR (Measless, Mumps, Rubella)
Imunisasi MMR ini di berikan pertama kali saat anak berusia 9 bulan. Namun apabila anak
tersebut belum mendapatkannya di usia tersebut, boleh dilakukan pada usia 12 tahun.
Pengulangan imunisasi MMR dilakukan pada usia 6 tahun.
9. Pneumokokus (PCV)
dapat diberikan pada anak usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan interval 2 bulan. Bila
diberikan pada anak usia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1 kali. Vaksin ini
berfungsi untuk melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus yang dapat menyebabkan
pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
10. Varisela
diberikan setelah anak berusia 12 bulan, paling baik diberikan sebelum anak masuk sekolah
dasar. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah anak dari cacar air.
11. Influenza
diberikan pada anak minimal usia 6 bulan, dan diulang setiap tahun.
12. Hepatitis A
dapat mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun. Berikan sebanyak 2 kali dengan interval 6-12
bulan.
C. ANC (ANTENATAL CARE)
Menurut Manuaba (2008) dalam asuhan keperawatan (ASKEP), pemerikasaan Antenatal
Care (ANC) adalah pemerikasaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semanjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan
ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosisi kehamilan intrauterine serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi (Syaifuddin, 2005 dalam Harnany, 2006).
1. Tujuan ANC
1) Tujuan kunjungan K1
K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada Trimester pertama
kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu
kali. Meliputi :
1. Identitas/biodata
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat kebidanan
4. Riwayat kesehatan
5. Pemeriksaan kehamilan
6. Pelayanan kesehatan
7. Penyuluhan dan konsultasi
Serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila
diperlukan
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Test Laboratorium (rutin dan Khusus)
7. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta KB pasca persalinan.
Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:
1. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)
2. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
3. Tata laksana kasus.
4. Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan berisiko,
yang kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.
Tujuan k1 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa
ibu
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian
seterusnya.
2) Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II (usia
kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau 10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia karena (-) Fe atau
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk
menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya
- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan), tanyakan gejala, pantau
TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan protein uria.
- Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
3) Tujuan Kunjungan k3 dan k4
K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III
(28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1 dan K2.
Tujuan k4
- Sama dengan kunjungan I dan II
- Palpasi abdomen
- Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
- Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan
b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

2. Jadwal Pemerikasaan Kehamilan


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal
empat kali selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai dengan kehamilan trimester I (<14
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan,
dan kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
(Hanafiah, 2006).
3. Pelayanan Antenatal
Menurut Depkes (2009), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh profesional
(dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) untuk ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu
timbang berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid,
ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
a. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depertemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan
standar pelayanan antenatal dimulai dengan:
1) Anemnese: meliputi identitas ibu hamil, riwayat KB, kehamilan sebelumnya dan
kehamilan sekarang.
2) Pemeriksaan mum: meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kedidanan.
3) Pemerisaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa.
4) Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (Fe).
5) Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari,
perawatan payu dara dan ASI, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan
imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya
kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.

Menurut Muchtar (2005), pelayanan Antenatal meliputi:


1) Trimester I: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada 3 bulan pertama usia
kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan
darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat
besi) disebut juga K1 (kunjungan pertama ibu hamil).
2) Trimester II: ibu memeriksakan kehamilan minimal 1 kali pada umur kehamilan 4-6 bulan
dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi).
3) Trimseter III: ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali pada umur kehamilan 7–9
bulan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah,
mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi),
disebut juga K4 (kunjungan ibu hamil ke empat).
b. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2002) dalam Pasaribu (2005), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat
diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas
kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil
dlakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan kesehatan trimester I dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi identitas/ biodata, riwayat kehamilan, riwayat
kebidanan, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.
2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemerisaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia
kehamilan >32 minggu, meliputi anamnese, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan,
diagnosis akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit, terjadi komplikasi, atau tergolong
kehamilan risiko tinggi), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selaman masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai
berikut:

1. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12minggu.


2. Minimal 1 kali pada trimester II (K2), usia kehamilan 13-24 minggu.
3. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

Dengan pelayanan yang baik, dapat diidentifikasi kehamilan beresiko tinggi dan dilanjutkan
dengan perawatan khusus. Pelayanan antinatal yang berkualitas dan dilakukan sedini mungkin
secara teratur akan membantu pengurangan resiko terhadap kejadian anemia. Secara ringkas
pelayanan antinatal minimal 4 kali salama kehamilan, yaitu: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II. Dan 2 kali pada trimseter III untuk mendapatkan pelayanan 5T (Depkes RI, 1994).

Pelaksanaa pelayana antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di
praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan
(Depkes RI, 2002).

4. Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:


1 Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Anda mungkin juga menyukai