Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

a. Pengertian Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yakni metode pemeriksaan

dengan mengoles serviks menggunakan lidi wotten yang dicelupkan

ke dalam asam asetat/asam cuka 3%-5% dengan mata telanjang.

Daerah tidak normal akan berubah warna menjadi putih (acetowhite)

dengan batas tegas, dan mengindikasikan bahwa serviks mungkin

memiliki lesi prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat

dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Kumalasari, 2012).

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah metode yang lebih

mudah, sederhana, dan mampu terlaksana sehingga screening dapat

dilakukan dengan cakupan yang lebih luas. Dengan demikian,

diharapkan temuan kanker serviks dini bisa lebih banyak karena

kemampuan IVA dalam mendeteksi dini pada kanker serviks telah

dibuktikan oleh berbagai penelitian (Tilong, 2012).

b. Tujuan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test

Tujuan IVA test untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas

dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan serta

mengetahui kelainan pada leher rahim (Marmi, 2013).

8
9

c. Keunggulan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test

Adapun beberapa keunggulan metode IVA dibandingkan pap

smear adalah sebagai berikut (Tilong, 2012) :

1) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat

pengambil sampel jaringan, preparat, ragen, mikroskop, dan lain

sebagainya).

2) Tidak memerlukan teknisi laboratorium khusus untuk

pembacaan hasil tes.

3) Hasilnya langsung diketahui, tidak berminggu-minggu.

4) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih

tinggi daripada pap smear test(sekitar 75%), meskipun dari segi

kepastian) lebih rendah (85%).

5) Biayanya sangat murah (bahkan, gratis bila di puskesmas).

d. Persyaratan Klien Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test

Adapun beberapa persyaratan klien atau pasien atau sasaran

pelayanan IVA Test menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker

Payudara dan Kanker Leher Rahim sebagai berikut :

1) sudah melakukan kontak seksual;

2) usia 30-50 tahun

3) tidak sedang hamil

4) bersedia dilakukan pemeriksaan IVA


10

2. Kinerja Provider

a. Provider

1) Pengertian Provider

Provider dalam pelayanan Inspeksi Visual Asam Asetat

(IVA) Test menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 29

Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan

Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim ada 2 (dua) yaitu

dokter dan bidan. Pasal 7 ayat (2) dalam peraturan menteri

tersebut menyatakan bahwa kegiatan penapisan/skrining dan

penemuan dini merupakan pelayanan kesehatan perorangan

yang dilaksanakan oleh dokter umum terlatih atau bidan terlatih

di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pada ayat

(3) bahwa tindak lanjut dini sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dilakukan oleh dokter umum terlatih berupa tindakan

krioterapi berdasarkan hasil penapisan/skrining dan penemuan

dini lesi pra Kanker Leher Rahim.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari

pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Kemekes RI, 2017). Bidan

merupakan jenis tenaga kesehatan yang berwenang

menyelenggarakan pelayanan asuhan Kebidanan sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki (Kemekes RI, 2017). Bidan


11

terlatih di Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun Poli Klinik

Desa bertugas untuk melakukan IVA, merujuk lesi prakanker,

dicurigai kanker, dan masalah ginekologi lain kepada dokter

umum terlatih yang ada di Puskesmas.

Dokter merupakan tenaga kesehatan yang meliputi

dokter umum maupun dokter obsgin. Dokter umum yang terlatih

melakukan pemeriksaan di tingkat Puskesmas mengkaji lesi

berukuran besar dan jika dicurigai kanker, segera rujuk ker

Rumah Sakit kepada dokter obstetrik dan ginekologi (obsgin).

Selanjutnya dokter obsgin yang akan melakukan pemeriksaan

dan terapi selanjutnya seperti LEEP, konisasi, histerektomi, atau

perawatan paliatif seseuai dengan indikasi.

2) Sertifikat Provider

Sertifikat provider ada 2 (dua) yaitu sertifikat kehadiran

dan sertifikat kompetensi. Sertifikat kehadiran (certificate of

attendance) dikeluarkan dengan syarat :

a) telah mengikuti TOT; dan

b) telah mengikuti pelatihan pelaksana

Certificate of Attendance dikeluarkan oleh penyelenggara

pelatihan (pusat/dinas kesehatan provinsi/dinas kesehatan

kabupaten/kota) dengan diketahui lembaga akreditasi

(BPPSDM, Bapelkes). Sertifikat kompetensi diperoleh setelah

memperoleh certificate of attendance, provider melakukan


12

pemeriksaan yang diisikan pada logbook untuk dinilai oleh

supervisor (dokter spesialis obsgin). Sertifikat kompetensi

diberikan kepada provider yang telah dinyatakan kompeten

yaitu lulus ujian kompetensi dengan persyaratan :

a) Dokter umum terlatih (kompetensi IVA dan tindakan

krioterapi), antara lain :

1) telah melakukan pemeriksaan IVA terhadap minimal 50

Klien atau Pasien, dan menemukan 1 (satu) IVA positif

dengan benar (melalui konfirmasi oleh supervisor); dan

2) melakukan tindakan krioterapi terhadap 1 (satu) Pasien

IVA positif, dengan pendampingan supervisor.

b) Bidan (kompetensi sebatas IVA) Telah melakukan

pemeriksaan IVA terhadap minimal 50 Klien, dan

menemukan 1 (satu) IVA positif dengan benar (melalui

konfirmasi oleh supervisor). Proses penentuan standar

kelulusan dilakukan dengan melibatkan komponen yang

mewakili dari supervisor klinis (profesi terkait) dan dinas

kesehatan setempat. Hal ini dimaksudkan agar dapat terjaga

akurasinya dan menghindari penyalahgunaan.

b. Kinerja

1) Pengertian Kinerja

Kinerja adalah suatu yang dicapai atau prestasi yang

diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Kinerja


13

adalah penampilan kerja secara kuantitatif dan kualitatif dalam

suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan kerja individu

dan kelompok individu yang tidak terbatas pada personal yang

memangku jabatan fungsional atau struktural, tetapi keseluruhan

jajaran personal di dalam organisasi (Hernawati, 2007).

Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegaran, 2010). Penelitian ini

berkaitan dengan kinerja provider dalam Pelayanan IVA Test

artinya kinerja provider menurut Mangkunegaran (2010)

merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang provider dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang

berkaitan dengan pelayanan IVA Test .

3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja

Faktor yang berhubungan dengan kinerja menurut Gibson (2009)

ada 3 (tiga) kelompok yaitu daktor individu, faktor organisasi dan faktor

psikologis yang daoat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor Individu

1) Umur

Umur merupakan lamanya waktu seseorang dihitung

mulai seseorang dilahirkan dari rahim seorang ibu dan terhitung


14

sampai batas yang ditentukan. Proporsi responden berumur tua

(umur ≥36 tahun) mempunyai kinerja baik adalah sebesar

77,35% lebih tinggi dibandingkan proporsi responden berumur

muda yang mempunyai kinerja baik sebesar 61,5%

(Rusmitawati dan Darmawan, 2013).

Peneliti berasumsi bahwa hal ini bisa dimungkinkan

karena semakin tua usia seseorang, maka semakin banyak

jumlah pasien yang ditangani dalam pelayanan IVA Test

sehingga diperoleh banyak pengalaman dan lebih bijaksana

dalam pengambilan keputusan yang akan berkorelasi positif

terhadap kinerjanya.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan jenis jenjang pendidikan yang

ditempuh seorang bidan secara formal di bidang kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2017 pasal 2 menyatakan bahwa dalam

menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki

kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga Kebidanan.

3) Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu cara mengembangkan

sumber daya manusia yang merupakan bagian dari proses

pendidikan secara formal untuk meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan kerja seseorang. Pelatihan untuk provider IVA Test


15

dilaksanakan di Kabupaten. Sedangkan untuk Puskesmas

dilakukan pelatihan kepada kader kesehatan yang akan

membantu untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat

serta memotivasi Klien agar mau datang untuk mendapatkan

pelayanan skrining meliputi (Kemenkes RI, 2017) :

a) honor untuk pelatih;

b) biaya transport untuk pelatih dan peserta;

c) kebutuhan fisik untuk pelatihan:

(1) sewa ruangan bila dilakukan di luar gedung Puskesmas;

(2) bahan presentasi (proyektor, layar, kertas, dll).

d) dukungan administratif.

4) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu (Wawan dan Dewi, 2011). Teori Notoatmodjo (2010a)

mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam terbentuknya perilaku seseorang. Apabila

perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja provider adalam pelayanan IVA Test

(Rostiati, 2011).
16

b. Faktor Organisasi

1) Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang bekerja (pada suatu

kantor dan badan). Semakin lama bekerja maka semakin

terampil dan berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan.

Masa kerja merupakan faktor individu yang berhubungan

dengan perilaku dan persepsi yang mempengaruhi kompetensi

individu, misalnya seseorang yang lebih lama bekerja akan

dipertimbangkan lebih dahulu dalam promosi, hal ini berkaitan

erat dengan apaa yang disebut senioritas (Handriyani, 2012).

Lamanya masa tugas berhubungan pada keterampilan,

dimana pengalaman adalah latar belakang yang menentukan

secara tidak langsung kinerja dan perilaku individu (Gibson,

2009). Kategori masa kerja antara lain (Handoko, 2007) :

a) Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun

b) Lama kerja kategori lama > 3 tahun

2) Imbalan

Imbalan diartikan Gibson (2009) sebagai sesuatu yang

diberikan manajer kepada karyawan setelah memberikan

kemampuan, keahlian dan usahanya kepada organisasi, imbalan

dapat berupa upah, alih tugas promosi, pujian dan pengakuan.

Insentif / imbalan yang dimaksud dapat berupa pemberian

kepada bidan berupa penghargaan, uang, serta tunjangan hari


17

raya di luar gaji pokoknya. Tidak adanya penghargaan yang

jelas terhadap kinerja, membuat bidan tidak termotivasi untuk

meningkatkan kinerja. Imbalan berupa reward dapat mengubah

perilaku seseorang dan memicu untuk meningkatkan kinerja

(Mahsun M, 2006).

3) Beban Kerja Tambahan

Beban kerja adalah suatu beban fisik maupun non fisik

yang ditanggung oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

Beban kerja bidan berkaitan dengan kewenangan bidan, antara

lain: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana (Kemenkes RI, 2017). Beban tambahan bidan

merupakan beban kerja tambahan di luar kewenangannya

sebagai bidan yang melakukan pelayanan IVA Test. Penelitian

Erlina (2011) ada hubungan antara beban kerja tambahan

dengan kinerja di Kabupaten Parigi Mountong (p = 0,000).

4) Kelengkapan Fasilitas

Kelengkapan fasilitas berupa fasilitas sarana dan prasarana

yang menunjang pelaksanaan pelayanan IVA Test yaitu

persiapan tempat, bahan dan peralatan, antara lain : a) Persiapan

Tempat

Untuk melakukan deteksi dini Kanker Payudara dan

Kanker Leher Rahim dengan metoda IVA dan papsmear


18

membutuhkan ruangan khusus yang bisa bergabung dengan

ruang KIA, dengan persyaratan sebagai berikut:

(1) ruangan tertutup dengan ukuran 9 (sembilan) meter

persegi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup;

(2) terdapat 1 (satu) meja konsultasi dan 1 (satu) buah

meja periksa standar; dan

(3) tidak berlantai tanah.

b) Persiapan Bahan dan Peralatan

Untuk pelayanan IVA Test berupa bahan dan

peralatan yang dibutuhkan, antara lain :

(1) lampu sorot;

(2) spekulum berukuran S, M, L;

(3) wadah plastik 3 (tiga) buah untuk larutan asam cuka

3%-5%, air DTT, dan larutan klorin;

(4) wadah untuk meletakkan speculum;

(5) ember ukuran sedang 3 (tiga) buah untuk

dekontaminasi klorin, larutan deterjen dan larutan air

DTT;

(6) bahan habis pakai : kapas lidi, spitula kayu, cuka (asam

asetat 3%-5%, klorin, jeli spekulun, pelicin untu

pemeriksaan payudata, sarung tangan, kain untuk

membersihkan lampu hologen, dan tempat tidur/meja

pemeriksaan; dan perhitungan bahan habis pakai :


19

kebutuhan asam asetat : 100,0 ml asam asetat 3%-5%

dapat dugunakan untuk memeriksa lebih kurang 200

perempuan, kebutuhan kapas lidi untuk mengalikasikan

asam asetat : satu klien membutuhkan kapas lidi sekitar

4-5 batang dan kebutuhan sarung tangan satu klien

membutuhkan 2-4 bahan sarung tangan;

(7) untuk tata laksana IVA positif dengan tindakan

krioterapi dibutuhkan peralatan meliputi: kondom

sebagai pelindung dinding vagin, peralatan krioterapi

dan tabung gas berisi gas N20 atau CO2.

c. Faktor Psikologis

1) Sikap

Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang

dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman, dan mempunyai

pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang

lain, obyek dan situasi yang berhubungan denganya (Gibson,

2009). Menurut Notoatmodjo (2010a), sikap mempunyai 3 (tiga)

komponen pokok, yaitu :

a) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau

tidak langsung. Secara langsung dinyatakan bagaimana


20

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui

kuesioner (Wawan dan Dewi, 2011).

Menurut Wawan dan Dewi (2010), skala untuk mengukur

ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek

diantaranya skala sikap berupa kategori sikap, yakni :

a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b) Sikap negatif untuk menjauhi, menghindari, membenci,

tidak menyukai objek tertentu.

Untuk mengetahui sikap responden relatif lebih negatif

atau positif dapat dilihat nilai T nya, nilai T adalah nilai standar

skala lingkert. Rumus T, yaitu :

Keterangan :

x : skor responden pada skala sikap yang hendak

dirubah menjadi skor T

: Mean skor kelompok

s : Deviasi standarskor kelompok

Alternative jawaban pada sikap positif yaitu Sangat Setuju

(SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2 dan Sangat Tidak

Setuju (STS) = 1. Alternative untuk sikap negatif yaitu Sangat


21

Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3 dan

Sangat Tidak Setuju (STS) = 4. Penentuan kriteria yaitu sikap

negatif jika skor T<mean T dan sikap positif jika skor T ≥mean

T (Azwar, 2009).

2) Motivasi

Motivasi merupakan bagian dari gambaran sikap

seseorang. Motivasi adalah masalah kompleks dalam organisasi,

karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi.

Setiap anggota organisasi bersifat unik secara biologis dan

psikologis, serta berkembang atas dasar proses belajar yang

berbeda pula (Hernawati, 2007). Menurut Heidjrachman dan

Suad (2008) indikator motivasi kerja, meliputi :

a) Motivasi internal yaitu motivasi dari dalam diri pegawai,

meliputi mampu malakukan persaingan positif, rasa positif

thinking berupa kebanggaan atas keberhasilan diri sendiri,

adanya tuntutan dari dalam diri pegawai untuk bersikap

kreatif dan inovatif serta kemampuan untuk bekerjasama

dengah orang lain.

b) Motivasi eksternal yaitu motivasi yang berasal dari luar

pegawai, dapat berasal dari atasan, rekan kerja ataupun

keluarga. Motivasi eksternal meliputi : penghargaan,

imbalan, perhatian atasan, adanya partisipasi orang lain,

uang dan peningkatan jabatan jika bekerja dengan baik.


22

Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif

tidak dapat diamati, yang dapat diamati adalah kegiatan atau

mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010b).

B. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor Individu
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pelatihan
d. Pengetahuan Beban Kerja Tambahan

Faktor Organisasi Motivasi Provider


a. Masa Kerja
b. Imbalan Kinerja Provider dalam
c. Beban Kerja Tambahan Pelayanan IVA Test
d. Kelengkapan Fasilitas

Faktor Psikologi

a. Sikap
b. Motivasi

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Gibson (2009), Heidjrachman dan Suad (2008), Mangkunegaran


(2010), Wawan dan Dewi (2011) dan Kemenkes RI (2017)
23

C. Kerangka Konsep

Mengingat kemampuan dan keterbatasan peneliti, maka tidak semua

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja provider dalam pelayanan IVA

Test dapat diteliti oleh peneliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini

dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat


1. Beban Kerja Tambahan Kinerja Provider dalam
2. Motivasi Pelayanan IVA Test

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai kinerja provider

dalam pelayanan IVA Test di Kabupaten Sragen ada beberapa, sebagai

berikut :

1. Terdapat hubungan antara beban kerja tambahan dengan kinerja provider

dalam Pelayanan IVA Test di Kabupaten Sragen.

2. Terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja provider dalam

Pelayanan IVA Test di Kabupaten Sragen.

Anda mungkin juga menyukai