Dosen Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “makalah konsep bunuh diri” ini dengan baik. Kami berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab bunuh diri merupakan hal yang kompleks. Beberapa orang tampak
sangat rentan untuk bunuh diri ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit
atau kombinasi stressor. Faktor-faktor ini termasuk adanya gangguan mental
sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat,
kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian.
Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan Kessler dan
kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh diri sebesar 2,8% -
3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk, melaporkan. antara 2 dan 18% pada
sembilan negara. Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar
terjadinya bunuh diri.
Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan
bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan diagnosis
psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar
78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan
bunuh diri.Dan adanya data yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang
4
melakukan bunuh diri sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri dan
setidaknya ada satu studi tentang percobaan bunuh diri yang menemukan sekitar 10%
akhirnya mati dengan bunuh diri.Dengan demikian gagasan dan perencanaan bunuh
diri merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.
Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di rumah
sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%. Pada penelitian
yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207 pasien rawat inap yang
memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 - 10 tahun, terdapat 14 pasien
yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati secara klinis bahwa ketika pasien
depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah kehidupan yang serius, mereka
memandang bunuh diri sebagai jalan keluar dari situasi yang tak tertahankan.Menurut
formulasi Beck's, putus asa merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi
sebagai penghubung antara depresi dan bunuh diri.
5
BAB II
KONSEP DASAR BUNUH DIRI
6
pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan
terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian.
Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri: semua tindakan yang diarahkan pada diri yang
dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak
dicegah.
c. Bunuh diri: mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
2.2 Tingkah Laku Bunuh Diri
a. Rentang Menghargai-Merusak Diri
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
7
dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa
berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptif dengan
menggunakan koping bunuh diri. (Budi Anna Keliat, 1991:2-3)
b. Rentang Harapan-Putus Harapan
Beck, Rawlins dan Willliam(1984, hlm:499) mengemukakan bahwa
individu berharapan. Rentang arapan-putus harapan merupaan rentang
adaptif-maladaptif.
Respon adaptif Respon
maladapif
---------------------------------------------------------------------------------
Harapan: Putus Asa :
*Yakin *Tidak berdaya
*Percaya *Putus asa
*Inspirasi *Apatis
*Tetap Hati *Gagal
*Kehilangan
*Ragu-ragu
*Sedih
*Depesi
*Bunuh diri
8
mengembangkan koping yang baruserta yakin tidak ada yang
membantu
b. Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita terlalu
tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita –
citanya tidak tercapai. Demikian pula jika individu kehilangan sesuatu
yang dimilikinya misalya kehilangan pekerjaan atau kesehatan,
perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa, rendah
diri yang semua akan berakhir pada perilaku bunuh diri
c. Depresi. Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Bnyak teori yang
menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi
merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Individu berpikir tentang
bunuh diripada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai tenaga
untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke
luar dari keadaan depresi.
d. Bunuh diri. Ini adaah tindakan agresif yang langsung terhadap iri
sendiri untuk mengakiri kehidupan, Keadaan ini didahului oleh
respons maladadtif yang telah disebutkan sebelumnya. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusan terakhir dari indiviu untuk
memecahkan masalah yang dihadapai. (Budi Anna Keliat, 1991:3-4).
9
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada remaja:
Hubungan interpersonal yg tdk bermakna
Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
Perasaan tdk dimengerti org lain
Kehilangan org yg dicintai
Keadaan fisik
Masalah dgn org tua
Masalah seksual
Depresi
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987, hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:
Self ideal terlalu tinggi
Cemas akan tugas akademik yg banyak
Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang
orang tua
Kompetisi untuk sukses
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada lansia:
Perubahan status dari mandiri ketergantung
Penyakit yg menurunkan kemampuan fungsi
Perasaan tdk berarti dimasyarakat
Kesepian & isolasi sosial
Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
Sumber hidup berkurang
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
10
Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti
Perasaan marah / bermusuhan. (dapat merupakan hukuman diri
sendiri)
Cara untuk mengakhiri keputusan
Tangisan minta tolong
11
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
12
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
13
Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena
tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien
melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu
diperhatikan, yaitu :
14
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
15
BAB III
KONSEP ASKEP BUNUH DIRI
3.1 Pengkajian
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian konsep askep bunuh diri yaitu:
A. Riwayat masa lalu :
1. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri.
2. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri.
3. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia.
4. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
5. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial.
6. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka.
Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
Riwayat pengobatan.
Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang
sulit.
Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang
teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat
gelisah, keparahan gangguan mood)
Sistem pendukung yang ada.
Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat.
16
Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien,
atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
Symptom:
- Apakah klien mengalami hal dibawah saat dilakukan pengkajian:
Ide bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Percobaan bunuh diri
Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
17
pertama, pengkajian tingkat risiko oleh Hasson, Valente dan Rink (1977,
dikutip oleh Shiver, 1986) pada table berikut:
N Intensitas Risiko
Perilaku atau gejala
No Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau
panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi-menarik diri Perasaan depresi Perasaan tidak Tidak berdaya,
yang samar, tidak berdaya, putus asa, putus asa,
menarik diri menarik diri menarik diri,
protes pada diri
sendiri
4. Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada Baik pada beberapa Tidak baik pada
semua aktifitas aktifitas semua aktifitas
5. Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
18
sebelumnya tidak fatal dengan cara yang sampai berbagai
agak fatal cara yang fatal
12. Disorientasi dan Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
disorganisasi
13. Bermusuhan Tidak atau tidak Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14. Rencana bunuh diri Samar, kadang- Sering dipikirkan Sering dan
kadang ada pikiran, kadang-kadang ada konstan
tidak ada rencana ide untuk dipikirkan
merencanakan dengan rencana
yang spesifik
19
tingkat yang lain juga mempunyai resiko. Skor nol dan intensitas rendah tidak
mempunyai resiko bunuh diri saat ini.
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri:
Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik.
Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien.
Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka.
Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata
yang dimengerti klien.
Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya.
Memahami data tentang demografi dan sosial ekonomi.
Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
Peroleh riwayat penyakit fisik klien
20
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan.
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan social.
21
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif Objektif
1. Mengancam 1. Melukai diri sendiri
2. Mengumpat dengan kata-kata kasar 2. Merusak lingkungan
3. Suara Keras 3. Perilaku agresif/amuk
4. Bicara Ketus
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif Objektif
(Tidak Tersedia) 1. Tangan Mengepal
2. Rahang Mengatup
3. Wajah merah
4. Postur tubuh kaku
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kegagalan hidup berulang
(SDKI)
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif Objektif
1. Menilai diri negatif 1. Berbicara pelan dan lirih
2. Merasa malu/bersalah 2. Menolak berinteraksi dengan
orang lain
3. Melebih-lebihkan penilaian 3. Berjalan menunduk
negatif tentang diri sendiri
4. Menolak penilaian positif 4. Postur tubuh menunduk
tentang diri sendiri
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif Objektif
1. Sulit berkonsentrasi 1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat
keputusan
22
3. Resiko Bunuh diri berhubungan dengan masalah sosial (SDKI)
23
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive.Bunuh
diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Tingkah laku bunuh diri ada 2, yaitu rentang harapan-putus
harapan dan rentang menghargai-merusak diri. Faktor penyebab terjadinya
bunuh diri tergantung dengan tingkatan perkembangan pada anak, remaja,
mahasiswa, dan lanjut usia. Faktor risiko terjadinya bunuh diri menurut Stuart
dan Sundeen, 1987, hal 488 ada di dalam tabel beikut:
Faktor Risiko tinggi Risiko tinggi
Umur 45 tahun dan remaja 25-45 tahun dan <12
tahun
Jenis Laki-laki Perempuan
Status kawin Cerai, pisah, janda/duda Kawin
Jabatan Profesional Pekerjaan kasar
Pengangguran Pekerja Pekerjaan
Penyakit fisik Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan metal Depresi, halusinasi Gangguan kepribadian
Pemakaian obat dan Ketergantungan Tidak
akohol
24
1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri sehubungan dengan alam perasaan
depresi.
2. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan ketidakmampuan menangani
stress, persaan bersalah.
3. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai
pemecahan masalah.
4. Potensial untuk bunuh diri sehubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba
(di rumah, komuniti).
5. Isolasi sosial sehubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun
6.Gangguan konsep diri: perasaan tidak berharga sehubungan dengan kegagalan
(sekolah, hubungan interpersonal).
3.2 Saran
Terima kasih atas partisipasi anggota kelompok yang telah bekerjasama untuk
menyelesaikan masalah ini. Makalah ini memang belum sempurna ataupun belum
sesuai dengan format penulisan makalah. Untuk itu kami mohon kepada pembaca
ataupun dosen pembimbing untuk memberikan masukan dan kritikan tentang tulisan
kami ini. Saran dan masukan yang anda berikan akan menjadi acuan kami untuk
menyusun makalah selanjutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
26