Anda di halaman 1dari 2

Gandung,

Dari Tukang Bengkel Sepeda, untuk Calon Pendidik Tunas Bangsa


oleh : Giyoto

Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak-anaknya dan kewajiban menuntut
ilmu menjadi penyemangat bagi Gandung Suyono memperjuangkan keinginan anaknya menjadi
seorang guru. Tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni dan tak perduli berapa besar biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai sekolah anaknya.
Sejak tahun 2015, anaknya mulai duduk dibangku perkuliahan. Bermodalkan hasil
bengkel sepedanya yang dirintis sejak belasan tahun lalu, ia mampu memasok kebutuhan biaya
yang harus dibayarnya. Mulai dari pembayaran SPP jurusan Pendidikan Fisika yang lumayan
mahal, semua pembayaran dikampus hingga keperluan kuliahnya.
Gandung adalah seorang tukang bengkel sepeda di pingir Jalan Jogja-Wonosari Km 8
tepatnya dikampung Potorono Banguntapan Bantul. Umurnya yang sudah setengah abad tak
mengahalangi niat baik anaknya untuk menuntut ilmu. Dia tak pernah bosan menjalankan
rutinitas yang sudah lama ia lakoni sejak masa remaja. Mulai buka bengkel sepeda pada saat
matahari mulai menampakkan dirinya hingga tenggelam di sore hari.
“Begitulah rutinitas saya setiap hari, kami tak menyebutnya buka bengkel melainkan ke
kantor. Bukan hanya orang kota saja yang ke kantor. Bengkel seperti saya juga ke kantor, yakni
bengkel sendiri jadi bos di rumah sendiri,” ucapnya dengan sedikit tawa.
Bapak beranak dua ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang harus puas
sekolah sampai jenjang STM jurusan perbengkelan (sekarang SMK) lantaran keterbatasan dana.
Ia memang lahir dari keluarga miskin pasangan petani Marto Dikromo (alm) dan Ngatiyem.
Semua pekerjaan ia lakoni untuk menutupi biaya hidupnya. Mulai menjadi petani, tukang
panggul gabah hingga menjadi makelar gabah di desanya.
Jika bengkel lain akan kaya dengan hasil kerjanya, tidak dengan bapak yang satu ini.
Pekerjaan yang dilakoninya sebagai tukang bengkel di desanya menuntutnya untuk berhutang
demi menutupi pembayaran onderdil yang diperlukan untuk bengkelnya. Membuka bengkel
sepeda dipinggir jalan tidak serta merta membuat usahanya lancar. Akan tetapi, tak jarang juga
ia mengalami kerugian bahkan di umpat dan dicaci oleh pemilik sepeda yang membengkelkan di
tempat Pak Gandung. Suatu ketika ia pernah diminta membelikan sepeda suatu merek tertentu,
sayangnya pembeli tersebut tidak kunjung datang padahal Pak Gandung rela berhutang untuk
menutup kekurangannya.
Baginya, tak gampang menjadi seorang bengkel sepeda. Ia harus mampu memutar otak
agar pelayanannya bisa memuaskan dan dapat mencukupi semua kebutuhan hidup. Meskipun
bengkelnya tak pernah sepi, tetapi sebenarnya keuntungan yang didapatkannya tak sebanding
dengan modal yang dia keluarkan.

Anda mungkin juga menyukai