Anda di halaman 1dari 18

PKMS.

Unit Konseling Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Kekerasan


Seksual di SMA Negeri 11 Kecamatan Mros Baru Kabupaten Maros
RINGKASAN
Masalah kesehatan reproduksi dan kekerasan seksual pada anak dan remaja
ditetapkan sebagai issu penting menurut pemerintah Indonesia. Masalah dalam
lingkup kesehatan reproduksi itu sendiri adalah sex yang dilakukan remaja diluar
pernikahan, pernikahan yang melibatkan remaja, dan kehamilan yang terjadi pada
remaja yang sangat beresiko untuk terjadinya kematian maternal. Sedangkan
kekerasan seksual , data dalam ketegori anak berhadapan dengan hukum (ABH)
dilamnya terdapat berbagai kasus. Kasus menepati urutan pertama yaitu kasus
kekerasan seksual pada anak (Pemerkosaan, pencabulan, sodomi/pedofilia) dan
sebagainya sebanyak 18% atau 193 korban kekerasan, urutan kedua anak sebagai
korban kekerasan fisik sebanyak 17% atau 182 kasus dan urutan ketiga anak sebagai
pelaku kekerasan seksual 12,9% atau 138 kasus KPAI, 2016.
Di lokasi mitra dari 66 siswa sebanyak 50 didapatkan pengetahuannya kurang
tentang kesehatan reproduksi maupun tentang pencegahan kekerasan seksual. 50
siswa tersebut terdapat 24 diantaranya mereka mengaggap kesehatan reproduksi
adalah hal yang berkaitan dengan hubungan badan seperti layaknya sumi istri. Dan
siswa lainnya menjawab kesehatan reproduksi hal yang berkaitan dengan porno.
Upaya selama ini oleh mitra hanya bentuk himbauan serta pembelajaran mata
pelajaran tertentu mengajarkan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan
seksual pada anak. Namun belum terdapat upaya khusus menangani kesehatan
reproduksi dan pencegahan kasus kerasan sekssual sehingga siswa terkadang
mencari sendiri informasi ke teman mereka ataupun di internet tentang kesehatan
reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual.
Permasalahan yang dialami mitra, saat ini kecendrungan masalah kesehatan
reproduksi dan kasus kekerasan seksual, siswa-siswi masih memiliki pengetahuan
kurang tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual. Selanjutnya
di lokasi mitra belum terdapatnya wadah khsusu kesehatan reproduksi dan
pencegahan kekerasan seksual pada siswa-siswi untuk sarana siswa belajar dan
mengkonsultasikan lebih dalam tentang kesehatan repdosuksinya dan pencegahan
kasus kekerasan seksual . masalah selanjutnya, sistem informasi formal berupa
modul atau buku terkait kesehatan reproduksi remaja serta pencegahan kekerasan
sesksual pda remaja yang belum tersedia, sehingga remaja mempunyai sikap dan
perilaku yang menyimpang.
Olehnya itu untuk menyelasikan permasalahan mitra dalam kegiatan PKMS
ini, tim akan melakukan pendampingan dan pembinaan bersama mitra dengan
mensosialisasikan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada
siswa SMA 11 Maros Baru. Megadakan workshop kesehatan reproduksi dan
pencegahan kekerasan seksual dan membentuk unit konseling kesehatan reproduksi
remaja. Merancang modul kesehatan reproduksi, modul pencegahan kekerasan
seksual pada anak remaja dan buku panduan unit konseling kesehatan reproduksi
remaja
Luaran yang ditargetkan dalam PKMS ini diataranya jurnal pengabdian
masyarakat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam mengelolah
unit konseling kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada siswa-
siswi beserta terdapatnya buku pedoman kesehatan reproduksi dan pencegahan
kekerasan seksual sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan di lingkup sekolah
khususnya kesehatan reproduksi pada siswa SMA Negeri 11 Maros

Kata Kunci: Unit Konseling. Kesehatan Reproduksi. Kekerasan Seksual


A. Analisis Situasi
Kesehatan reproduksi dan kasus kekerasan seksual pada remaja merupakan
sesuatu yang harus diketahui dan dipahami oleh keluarga khususnya remaja itu
sendiri. Situasi yang ada sekarang ini kesehtan reproduksi masih dianggap sesutu
yang risih atau tabu untuk dibahas. Dari sisi remajanya sendiri, sebetulnya para
remaja ingin mengerti segala sesuatu tentang kesehtan reproduksi, tetapi karena
merasa sungkan untuk menanyakan hal berusaha mencari informasi tersebut melalui
internet dan teman-teman sebayanya sehingga kadang para remaja justru
memperoleh informasi yang kurang pas bahkan menyesatkan diri sendiri pada
perilaku seksual diluar nikah.(1)
Kekerasan seksual pada anak dan remaja tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai
hidup yang salah, yang berkembang dimasyarakat saat ini. Perilaku kekerasan pada
anak mayoritas kepada orang terdekat korban, dan orang yang baru dikenalnya,
rendahnya perhatian orang tua terhadap anaknya, serta kemajuan teknologi yang
sering dituding sebagai penyebab maraknya tindak kekerasan seksual pada anak dan
remaja olehnya itu sangat diperlukan upaya pencegahan tindak kekerasan seksual
pada anak dan remaja.(2)
Pada masa remaja dimana individu mulai belajar dan mempunyai kemampuan
fungsional dan kesehatan. Secara kesehatan, masa ini merupakan periode penting
untuk kesehatan reproduksi dan pembentukan awal perilaku hidup sehat. Gambaran
saat ini permasalahan perilaku remaja yang berisiko kesehatan menjadi penting
sebagai dasar dalam menetapkan prioritas dan arah intervensi yang harus
dikembangkan serta untuk mencegah terjadinya penyakit ataupun kematian dini pada
usia yang lebih dewasa. Intervensi kesehatan yang sudah diterapkan secara nasional
di Indonesia sejak tahun 1956 adalah dalam bentuk Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
namun faktanya sampai saat ini masih belum dapat diterapkan secara optimal.(3)
Kesehatan reproduksi dan pencegahan tindak kekerasan seksual saat ini
merupakan bagian dari target pembangunan berkelanjutan yang terkait dengan
kesehatan reproduksi dalam upaya menurunkan kematian bayi dan kematian ibu. Usia
sekolah SMP dan SMA merupakan masa yang paling penting untuk kesehatan
reproduksi karena pada masa itu merupakan periode pembentukan perilaku dimana
remaja mulai mencoba sesuatu yang baru ataupun menantang, termasuk dalam
kaitannya dengan perilaku kesehatan.
Masalah kesehatan reproduksi ditetapkan sebagai issu penting menurut
pemerintah Indonesia. Masalah-masalah dalam lingkup kesehatan reproduksi itu
sendiri adalah sex yang dilakukan remaja diluar pernikahan, pernikahan yang
melibatkan remaja, dan kehamilan yang terjadi pada remaja yang sangat beresiko
untuk terjadinya kematian maternal. Dikatakan demikian karena usia remaja boleh
dikatan belum siap secara fisik dan psikologis untuk ada pada situasi tersebut. Data
SDKI 2012 menyatakan seks yang terjadi diluar pernikahan sebanyak 14,6% kasus
pada laki-laki dan pada perempuan sebanyak 1,8%., pernikahan usia remaja sebanyak
49% pada laki-laki dan 41% pada penempuan., dan persalinan ibu dibawah 20 tahu
memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita.(4)
Hasil SDKI 2012 Kesehatan reproduksi remaja menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat
dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun
men getahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual.
Begitu pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif
lebih banyak diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan
10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS. Tempat
pelayanan remaja juga belum banyak diketahui oleh remaja. Remaja usia 15-19 tahun
baik laki-laki maupun perempuan sebagai berdiskusi mengenai kesehetan reproduksi
dengan teman sebayanya dan guru. Diskusi dengan ibu juga cukup besar proporsinya
untuk remaja perempuan. Remaja laki-laki usia 15-19 tahun menyukai bila sumber
informasi kesehatan reproduksi diperoleh dari teman sebaya dan guru, sedangkan
remaja perempuan menyukai sumber informasi dari ibu, tenaga kesehatan dan guru.
Dari data teman diskusi dan sumber informasi kesehatan reproduksi yang disukai
terlihat bahwa peranan teman sebaya, guru dan tenaga kesehatan berpotensi untuk
meningkatkan pengetahuan mengenau kesehatan reproduksi bagi remaja.(4)
Di Indonesia data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesiia
(KPAI) berdasarkan kategori anak berhadapan hukum (ABH) mengalami
peningkatan tiap tahunnya dimana tahun 2013 sebanyak 1.413 kasus, tahun 2014
sebanyak 1428, dan tahun 2015 naik menjadi 2.208 kasus.(5)
Data tahun 2015 dalam ketegori anak berhadapan dengan hukum (ABH)
dilamnya terdapat berbagai kasus. Kasus menepati urutan pertama yaitu kasus
kekerasan seksual pada anak (Pemerkosaan, pencabulan, sodomi/pedofilia) dan
sebagainya sebanyak 18% atau 193 korban kekerasan, urutan kedua anak sebagai
korban kekerasan fisik sebanyak 17% atau 182 kasus dan urutan ketiga anak sebagai
pelaku kekerasan seksual 12,9% atau 138 kasus.(5)

SMA Negeri 11 Maros terletak di jalan Pangkasalo Kelurahan Baju Bodoa


kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros sekolah tersebut dirintis sejak tahun 2006
dan luas wilayah. Adapun Visi SMA Negeri 11 Maros Baru adalah “Untuk
Mewujudkan Manusia yang Unggul Dalam Prestasi, Maju Dalam IPTEK dan
IMTAQ serta tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi dan Komunikasi
Global”.
Hasil survei di Sekolah Menengah Atas SMA 11 Maros menunjukkan bahwa
siswa-siswi belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi yang dibuktikan saat
pembagian kuesioner banyak diantara siswa bertanya apa itu kesehatan reproduksi
saat dikaji lebih dalam mereka hanya mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksinya saat pembelajaran itupun siswa mengatakan merasa malu untuk
bertanya dan konsultasi lebih dalam dalam dikarenakan banyaknya teman- teman
mereka melihat dan mendengarkannya sehingga informasi yang mereka proleh masih
terbatas. Sehingga murid penasaran dan mencari tahu sendiri informasi yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi atau pencegahan kekerasan seksual melalui
media Inretnet, teman sebaya mereka sehingga banyak remaja yang percaya pada
mitos-mitos reproduksi dan. Yang menjadi permasalahan dimana remaja sendiri
mencari informasi banyak diantaranya mereka beranggapan kesehatan reprosuksi
mengarah ke hal porno, berhubungan badan layaknya suami istri. Hal itulah
kemudian sangat khawatirkan adanya perolehan informasi salah terkait kesehatan
reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual .
Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal didapatkan hasil hasil
pendataan awal dari 66 siswa sebanyak 50 siswa yang pengetahuannya kurang
tentang kesehatan reproduksi maupun tentang pencegahan kekerasan seksual. 50
siswa tersebut terdapat 24 diantaranya mereka mengaggap kesehatan reproduksi
adalah hal yang berkaitan dengan hubungan badan seperti layaknya sumi istri. Dan
siswa lainnya menjawab kesehatan reproduksi hal yang berkaitan dengan porno. Dan
24 siswa siswa tidak ada yang menjawab tentang kesehatan reproduksi dengna benar
Lebih lajut dilakukan wawancara tentang pencegahan kekerasan seksual pada
anak dan remaja setelah wawancara 26 murid dengan pencegahan yang masih kurang
efektif diantaranya remaja perempuan sudah terbiasa pulang sampai malam, Siswi
putri merasa lebih tertarik bergaul dan menganggap hal biasa bergaul dengan remaja
laki-laki serta keluar diwaktu malam dan tidak bersifat tegas ketika ada sesorang laki-
laki yang memegang badannya adapun diperoleh data di lokasi mitra . Pada tahun
terakhir 2017 terdapat 3 siswi yang hamil diluar nikah. Dari kasus tersebut sehingga
perlunya ada unit khusus untuk meningkatkan pengetahuan dannkemampuan murid
dalam hal mencegaha kasus-kasus yang tidak diharapkan khususnya kasus kekerasan
seksual ataupun kasus hamil diluar nikah.
Di Lokasi mitra berdasarkan hasil wawancara dengan guru selama ini belum
ada upaya khusus meningkatkan kemampuan siswa tentang kesehatan reproduksi dan
pencegahan kekerasan seksual. Selama ini upaya dilakukan guru sekolah hanya
berupa himbauan ketika saat upacara dan biasa guru menyampaikan disaat ada mata
pelajaran yang terkait di dalam kelas, itupun pengakuan guru penyampaian terbatas
dikarenakan siswa-siswi terkadang merasa tabu dan malu bertanya seputar kesehatan
reproduksi dan pencegahan kekerasn seksual karena banyaknya teman kelas mereka
yang melihat diasaat bertanya seputar kesehatan reproduksi. Ungkapan guru sekolah
sampai saat ini belum ada wadah khusus di lokasi mitra menangani secara khusus
tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasn seksual dikarenakan para
guru merasa belum memahami seutuhnya tentang pengolahan dan pelaksanaan
pembinaan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual karena sebagian
dari guru pun masih mengaggap hal tersebut besifat tabu yang terkadang memberikan
kesalahan persepsi baik guru maupun murid sekolah.
B. Permasalahan Mitra dan Solusi Yang Ditawarkan
1. Permasalahan yang dialami mitra yakni saat ini kecendrungan masalah
kesehatan reproduksi dan kasus kekerasan seksual pada siswa-siswi di lokasi
mitra cukup tinggi dan perilaku siswa berisiko namun di lokasi mitra siswa-
siswi masih memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi dan
pencegahan kekerasan seksual
2. Di lokasi mitra belum terdapatnya wadah atau unit konseling kesehatan
reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada siswa-siswi sebagai sarana
siswa belajar dan mengkonsultasikan lebih dalam tentang kesehatan repdosuksi
dan pencegahan kasus kekerasan seksual
3. Sistem informasi formal berupa modul atau buku terkait kesehatan reproduksi
remaja serta pencegahan kekerasan sesksual pda remaja yang belum tersedia,
sehingga remaja mempunyai sikap dan perilaku yang menyimpang.
Solusi yang ditawarkan
Untuk menyelasikan permasalahan mitra. Pada program ini tim bersama mitra
memberikan solusi sebagai berikut.
1. Mensosialisasikan kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada
siswa SMA 11 Maros Baru
2. Megadakan workshop kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual
dan membentuk unit konseling kesehatan reproduksi remaja.
3. Merancang modul kesehatan reproduksi, modul pencegahan kekerasan seksual
pada anak remaja dan buku panduan unit konseling kesehatan reproduksi remaja
C. Target dan Luaran
NO Jenis Luaran Target
Luaran Wajib
1 Publikasi jurnal nasional pengabdian masyarakat Publish
tidak terakreditasi
2 Publikasi media Online lokal
3 Video Kegiatan
4 Peningkatan Pengetahuan dan keterampilan Mitra
Luaran Tambahan
1 Buku pedoman menjaga Kesehatan Reproduksi Cetak
2 Pedoman pencegahan kekerasan seksual pada anak Cetak
dan remaja
3 Modul manajemen unit konseling reproduksi Cetak
Metode Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Agar program ini dapat dilaksanakan dengan lancar, maka sebelum semua kegiatan
dimulai terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan perijinan terhadap pihak yang
terkait, diantaranya pemerintah daerah, kepala sekolah serta tenaga kesehatan wilayah
kerja tersebut. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan semua pihak terkait
mendukung sepenuhnya program ini baik secara kelembagaan, materiil maupun
moril.
Adapun tahapan perrsiapan setelah sosialisasi rencana kegiatan dalah sebagai berikut:
1. Penyusunan bahan media promosi kesehatan yakni SAP, leaflet, poster dan
lembar balik. Tahap ini melibatkan mahasiswa prodi S1 Keperawatan.
2. Pembentukan dan pelatihan kader kesehatan reproduksi yang akan mengelola
kegiatan unit konseling kesehatan reproduksi remaja
3. Penyusunan modul Kesehatan reproduksi remaja dan buku pencegahan
kekerasan seksual serta buku panduan unit konseling kesehatan reproduksi
remaja.
Pelaksanaan

Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan unit usaha, maka


tahapan kegiatan disusun sebagai berikut :

Kegiatan Luaran
Penyuluhan kesehatan 80% peserta memahami tentang kesehatan reproduksi
reproduksi dan dan 80% peserta memahami pencegahan kekerasan
pencegahan kekerasan seksual setelah dilakukan kegiatan penyuluhan
sekaual kesehatan
Workshop Meingkatkan kemampuan mitra dalam
dan
mensosialisasikan kesehatan reproduksi dan
pembentukan unit
pencegahan kekerasan seksual
konselor kesehatan Meningkatkan kemampuan mitra dalam mengelolah
unit kegiatan konseling kesehatan reproduksi remaja
reproduksi yang akan
mengelola kegiatan unit Terciptanya wadah unit konseling kesehatan
reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual
konseling kesehatan
reproduksi remaja Meningkatnya jumlah siswa dalam kunjungan ke unit
konseling kesehatan reproduksi remaja

1. Mambuat dan mencetak Terciptanya modul kesehatan reproduksi sebagai


modul kesehatan pegangan untuk pengelolah dan sumber informasi bagi
siswa-siswi
reproduksi remaja dan
Terdapat buku upaya pencegahan kekerasan seksual
buku pencegahan Dan terdapat pedoman unit konseling kesehatan
kekerasan seksual serta reproduksi
buku panduan unit
konseling kesehatan
reproduksi remaja.
Evaluasi
Pada tahap ini akan dilaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan PKM
pada mitra. Instrumen evaluasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
No Jenis evaluasi Indikator
1 Pemanfaatan unit konseling kesehatan Tingkat kedatangan siswa berdasarkan jumlah
repdosuksi Siswa yang datang ke unit konseling kesehatan
reproduksi selama 3 bulan pelaksanaan PKM
2 Evaluasi kepuasan pelayanan Didasarkan pada konsep kepuasan konsumen
(disebarkan 2 kali,bulan pertama PKM dengan kualitas layanan posyandu (Nursalam,
dan bulan ke 8 PKM, untuk 2016), yaitu :
mengetahui tingkat kepuasan remaja 1. Kondisi peralatan yang digunakan (modul
terhadap pelayanan di unit konseling mitra kesehatan reproduksi, buku pencegahaan
PKM, dengan menggunakan skala kekerasan seksual, panduan dan media
Likert, yaitu 1= sangat tidak puas, promosi)
2=tidak puas, 3=puas, 4=sangat puas. 2. Kecepatan pelayanan petugas (konselor
kesehatan reproduksi remaja)
3. Kepedulian petugas (konselor kesehatan
reproduksi remaja)
4. Kepastian pelaksanaan kegiatan

Kelayakan Perguruan Tinggi


STIKES Nani hasanuddin Makassar merupakan perguruan tinggi kesehatan yang
unggul di Indonesia Timur dan lingkup penelitian dan pengabdian masyarakat
dikelolah oleh Penelitidan dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) yang telah
banyak menyelenggarakan kegiatan hibah penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat baik menggunakan dana internal STIKES Nani Hasanuddin Makassar
maupun langsung dari Kementerian Riset, teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek) Dikti. Selain itu P3M STIKES Nani Hasanuddin Makassar
mempunyai dedikasi yang tinggi dalam program pengembangan dosen dalam
mekasanakan tridharma perguruan tinggi, khususnya bagian pengabdian kepada
msyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan kegiatan rutin yang
dilaksanakan setiap tahunnya dan merangkul semua jurusan yang ada di STIKES
Nani Hasanuddin Makassar melalui penyebaran informasi yang merata.
Keparkaran yang dibutuhkan
Jenis kepakaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan PKM adalah :
a. Pakar kesehatan reproduksi remaja
b. Pakar sistem pelayanan posyandu
Jenis Kepakaran Pengusul
Tim pengusul PKM terdiri dari dua orang, yang terdiri dari ketua dengan satu
orang anggota. Ketua pelaksana merupakan dosen Keperawatan Kokunitas dengan
keahlian Kesehatan reproduksi dalam remaja yang ditekuni selama magister
kesehatan dengan jurusan kesehatan reproduksi, baik kepada anak, remaja, dewasa
dan lansia. Dan sebagai dosen pengampu mata kuliah keperawatan komunitas bagian
kesehatan reproduksi dan sebagai dosen pembimbing lapangan praktik keperawatan
komunitas yang mana membina mahasiswa turut serta dalam memberikan layanan
posyandu untuk memberikan konseling pada anggota keluarga ataupun remaja di
Sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Ketua pelaksana mendapatkan hibah
dalam meneliti kekerasan seksual pada anak sehingga PKMS ini merupakan hasil
penelitian tentang pencegahan kekerasan seksual untuk dilaksanakan dan diterapkan
bersama mitra.

Sedangkan anggota adalah dosen kebidanan dengan keahlian kebidanan, mengampu


mata kuliah kesehatan reproduksi, KB, berpengalaman sebagai dosen pembimbing
lapangan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata Terpadu, dan Praktek Kebidanan
Komunitas. Kedua pengusul PKMS di atas telah berpengalaman pada kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan dan sebagai dosen
pembimbing lapangan dalam kegiatan praktek keperawatan komunitas dan kebidanan
komunitas

orang dosen (yang terdiri dari 1 orang ketua dan 1 orang anggota), serta dengan
melibatkan 2 orang mahasiswa sebagai tenaga pembantu pelaksana. Data singkat para
pengusul/pelaksanan dan pembantu pelaksana adalah sebagai berikut :
No Nama Jabatan Kepakaran Tugas
Muhammad Ketua Keperawata
1. Mengkoordinir Semua Kegiatan Program
Qasim, Pelaksana n 2. Melakukan pendekatan kepada
oelompok Sasaran dan mempersiapkan
S.Kep.,Ns., Pelaksanakan Program
M.Kes 3. Membantu kelompok sasaran dalam
membentuk unit konseling kesehatan
reproduksi remaja
4. Mensosialisasikan pencegahan
kerasan seksual pada remaja
5. Merancang Buku pedoman
pencegahan kekerasan seksual dan
modul manajemen konseling
kesehatan
6. Melakukan Monev
7. Membuat Laporan dan Artikel dan
publikasi
Hasliani 1. Merancang Modul kesehatan
reproduksi remaja
2. Memperispakan bahan promosi
kesehatan, SAP,Leaflet, poster
3. Melakukan promosi kesehatan
reproduksi remaja di Siswa
4. Membantu dalam memberikan
workshop kesehatan reproduksi
remaja bersama mitra dalam
pengelolaan unit kenseling
aaa Mahasiswa Pembantu Membantu pelaksanaan kegiatan
pelatihan dan pendampingan
Pekasanaan
pengembangan unit konseling
kegiatan kesehatan repdosuksi remaja dan
pencegahan kekerasan seksual pada
mitra kelompok sasaran.

AAA Membantu pelaksanaan kegiatan


pelatihan dan pendampingan
pengembangan unit konseling
kesehatan repdosuksi remaja dan
pencegahan kekerasan seksual pada
mitra kelompok sasaran.

Peta Wilayah

Justifikasi Anggaran
GAMBARAN IPTEK
Contoh Gambaran IPTEK yang akan dilaksanakan pada program kemitraan
masuarakat stimulus PKMS tentang Kesehatan Reproduksi

GAMBARAN IPTEK
Dibawar ini Contoh gambaran IPTEK untuk Pencegahan Kekerasan
seksual dengan metode underwear rules dengan prinsip "PANTS" (celana
dalam), yang diantaranya :
P : Private are private (pribadi adalah pribadi)
A : Always remember your body belongs to you (Selalu ingat tubuhmu
hanya milikmu)
N: No Means No(tidakberarti tidak)
T : Talk about secret that upset you (Tanyakan rahasia yang membuat
anak gelisah)
S: Speak Up, Someone Can Help (Bicaralah, seseorang akan membantu)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nursyamsi.2015.Tingkat Pengetahuan Pre dan Post Penyuluhan Tentang


Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Kristen Soeleman
Makassar.JKSHK.SK. Vol 1 No 2.

2. Romantika,P.2016. Upaya pencegajan kekerasan seksual terhadap anak


oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Di Kabupaten Wonogiri.(Skripsi).Yogyakarta.

3. Kusumawardani.N. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP


Dan SMA Di Indonesia. Jakararta. Kemenkes RI. 2014. Infodatin
Pusata Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situs
Kesehatan Reproduksi Remaja.

4. Kemenkes RI. 2014. Infodatin Pusata Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI.
5. Komisi Perlindungan Anak Indonesia.2016.Anak Berhadapan Dengan
Hukum (Online) (http://www.kpai.go.id/#. Diakses 05 Agustus
2018).
6. Nursalam. (2016). Metologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. (4, Ed.) Jakarta Selatan: Salemba Medika. Nursalam
Bulan Ke-
No. Jenis Kegiatan I/II III IV/V VI VII VIII
1 Survei/ pendataan (6 -7 feb2019
2 Identifikasi permasalahan 13-14 feb 19
3 Temu konsultasi mitra program PKMS 21-
22 feb 2019
4 Perumusan dan penetapan masalah utama 27
feb 2019
5 Penyusunan schedule kegiatan 14 maret 19
6 Pengadaan bahan penunjang 29 maret 19
7 Ijin Kegiatan
Sosialisasi Kesehatan reproduksi dan
Pencegahan kekerasan sesksual
8 Pelatihan Unit Konseling Kesehatan
Reproduksi dan Pencegahan Kekerasan
Seksual
9 Pendampingan pembentukan Jaringan mitra
berkelanjutan
10 Evaluasi pengelolaan Unit Konseling
11 Penyusunan lapora kemajuan/monev.
12
12 Pelaporan kegiatan program PKMS/2019

Anda mungkin juga menyukai