Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR PKM-P

PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK CAIR BERBAHAN BAKU SABUT


KELAPA DAN MIKORIZA INDIGEN UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG LOKAL SULAWESI TENGGARA

Oleh:

KETUA : USMAN, D1B1 10 058, 2010


ANGGOTA : MUNARDIN BASANUNGGU, D1B1 10 151, 2010
ASRIDA, D1B1 10 016, 2010
INDRIANI, D1B1 11 039, 2011

UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Bahan Organik Cair Berbahan Baku Sabut


Kelapa dan Mikoriza Indigen untuk Meningkatkan
Produksi Tanaman Jagung Lokal Sulawesi Tenggara
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan:
a. Nama lengkap : Usman
b. NIM : D1B1 10 058
c. Jurusan : Agroteknologi
d. Universitas : Haluoleo Kendari
e. Alamat Rumah : Jl. H.E.A. Mokodompit
f. No. Tlp./HP : 085255541074
g. Alamat Email : uzmhank@yahoo.co.id
4. Anggota Pelaksana kegiatan/ penulis : 3 (tiga) orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar : Resman,SP., MP
b. NIDN : 0015077507
c. Alamat Rumah : Jl.Manunggal, BTN Wirabuana
Blok C/22, Anduonohu,Kendari
d. No. Tlp./Hp : 085241527391
6. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp 12.500.000,-
b. Sumber Lain : Tidak ada
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 (lima) Bulan

K
Usman1), Munardin Basanunggu1), Asrida1), Indriani1) dan
Resman2)

1. Tim Peneliti (Mahasiswa Agroteknologi)


2. Dosen Pembimbing (Dosen Agroteknologi)
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari

ABSTRAK

Jagung adalah tanaman serealia penghasil karbohidrat yang merupakan makanan


pokok kedua setelah padi. Produksi jagung di Sulawesi Tenggara untuk setiap
musim tanam relatif rendah yang diakibatkan oleh kondisi tanah di Sulawesi
Tenggara banyak didominasi oleh tanah podsolik merah kuning yang miskin akan
unsur hara dan pH tanah masam, Olehnya itu, diperlukan input dari luar dengan
memanfaatkan sumber daya lokal yang ramah lingkungan yakni pupuk organik
cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pemberian pupuk organik cair berbahan baku sabut
kelapa dan mikoriza indigen untuk meningkatkan pertumbuhan meningkatkan
produksi jagung lokal Sulawesi Tenggara. Penelitian ini akan dilaksanakan di
Kebun Percobaan Unit Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.
Penelitian ini diharapkan mendapatkan teknologi ramah lingkungan yang mampu
meningkatkan produksi jagung lokal Sulawesi Tenggara.serta publikasi karya
ilmiah. Penelitian akan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima
perlakuan berupa aplikasi Mikoriza yang dikombinasikan dengan pupuk cair yang
diulang sebanyak 4 kali. Peubah yang diamati pada pengamatan ini yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, berat tongkol dan berat 100
biji untuk menghitung hasil tanaman jagung (ton ha-1). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan Dosis M1 menunjukkan pengaruh yang baik
dibandingkan dengan dosis lainnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis data
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.

Kata kunci: Jagung lokal Sulawesi Tenggara, pupuk cair, sabut kelapa dan
mikoriza.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Akhir Penelitian ini sebagai salah satu capaian pelaksanaan akhir dari Program
Kreativitas Mahasiswa untuk menuju PIMNAS.
Laporan ini berisikan empat topik yaitu tanaman jagung lokal, tanah ultisol,
pupuk cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya kegiatan PKM-P ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu mohon kritik dan sarannya.

Kendari, 20 Agustus 2013

Penulis
1

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah tanaman serealia penghasil
karbohidrat yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Menurut
Rukmana, (1993) kandungan kimia jagung terdiri atas air 13.5%, protein 10.0%,
lemak 4.0%, karbohidrat 61.0%, gula 1.4%, pentosan 6.0%, serat kasar 2.3%, abu
1.4% dan zat-zat lain 0.4%. Produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara pada
tahun 2010 mencapai 74840 ton/ha dan pada tahun 2011 mengalami penurunan
produktivitas menjadi 67997 ton/ha (BPS, 2011).
Penurunan produksi jagung diakibatkan oleh kondisi tanah di Sulawesi
Tenggara banyak didominasi oleh tanah podsolik merah kuning yang miskin akan
unsur hara dan pH tanah masam sehingga membatasi pertumbuhan tanaman.
Olehnya itu, diperlukan input dari luar dengan memanfaatkan sumber daya lokal
yang ramah lingkungan dan banyak tersedia di sekitar masyarakat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman berupa pupuk organik cair
berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen.
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa adalah pupuk organik
yang mampu menyuplai nutrisi tanaman karena sabut kelapa diketahui
mengandung unsur hara N, P dan K yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman. Sedangkan mikoriza merupakan pupuk organik hayati yang
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut
Puspitasari et al., (2012), mikoriza merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi kekurangan unsur hara terutama fosfat dalam tanah. Hal ini akan
memberikan input yang besar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman karena
umumnya Sulawesi Tenggara mengusahakan pertanian di lahan kering.
Pemberian pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza
memiliki keunggulan masing-masing sehingga apabila dikeduanya
dikombinasikan diharapkan mampu memberikan daya dukungnya dalam
mensuplai unsur yang tersedia bagi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung lokal
Sulawesi Tengara.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya pupuk organik cair berbahan baku
sabut kelapa dan mikoriza maka perlu dilakukan penelitian pemanfaatan bahan
organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen untuk
meningkatkan produksi tanaman jagung lokal Sulawesi Tenggara.
b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kegiatan PKM penelitian ini yaitu :
1. Apakah pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen
mampu meningkatkan produksi jagung lokal Sulawesi Tenggara ?
2. Jika ya, dosis pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza
indigen manakah yang memberikan produksi jagung tertinggi ?
c. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian pupuk
organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen untuk
2

meningkatkan pertumbuhan meningkatkan produksi jagung lokal Sulawesi


Tenggara.
d. Luaran Yang Diharapkan
Luaran (Output) yang diharapkan pada penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan teknologi ramah lingkungan yang mampu meningkatkan
produksi jagung lokal Sulawesi Tenggara.
2. Artikel ilmiah yang dapat diusulkan pada PKM-AI tahun berikutnya.
3. Publikasi ilmiah.
e. Kegunaan
Kegunaan pelaksanaan PKM penelitian ini yaitu menambah pustaka
peneliti dan sebagai sumber informasi bagi petani akan pemanfaatan pupuk
organik cair sabut kelapa dan mikoriza untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman Jagung
a. Botani Jagung
Tanaman jagung termasuk Class monocotyledone, ordo graminae, familia
graminaceae, genus zea, species Zea mays L. dan merupakan tanaman berumah
satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga
betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi
masih dalam satu tanaman (Subandi, 2008).
Sistem perakaran jagung terdiri dari akar primer, lateral dan akar sekunder.
Akar primer merupakan akar yang pertama kali muncul pada saat biji
berkecambah dan tumbuh terus ke bawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh
memanjang ke samping sedangkan udara adalah akar yang tumbuh di atas
permukaan tanah dan kemudian masuk ke dalam tanah disebut akar adventif
(Purwono dan Purnamawati, 2007).
Batang jagung tidak berlubang, beruas dan pada bagian pangkal batang
jagung beruas pendek dengan jumlah ruas berkisar antara 8-21. Jumlah ruas
tersebut tergantung varietas, yang berumur genjah tinggi batang mencapai 90 cm
(Anggoro et al., 2011).
Daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri dari kelopak daun, lidah
daun (ligula) dan helai daun. Helai daun memanjang yang ujungnya meruncing,
antara pelepah daun dan helai daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk
menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah
daun sekitar 8-18 helai berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbentuk pita
memanjang, bertulang daun sejajar, menyirip ke ujung daun, ibu tulang dan
mengeras. Daun tanaman jagung berbentuk daun pita dan lebar (Suprapto dan
Marzuki, 2002).
Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan
betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan disebut staminate,
terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai pertengahan umur. Bunga jantan
yang terbungkus di dalamnya terdapat benang sari yang berjumlah 3 pasang. Sel
3

telur atau ovary yang terdapat pada bunga betina dilindungi oleh satu tangkai
putik, berbentuk benang yang biasa disebut rambut (Anggoro et al., 2011). Buah
jagung berbentuk tongkol yang terbungkus kelopak dan berfungsi sebagai kulit
buah yang berlapis-lapis, biji jagung melekat pada tongkol tersebut. Buah jagung
yang baik setiap tongkolnya memiliki lebih dari 100 butir biji jagung. Biji jagung
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar disebut pericarp, lapisan kedua
disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji dan bagian yang
paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2007).
b. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung dapat tumbuh baik bila selama pertumbuhannya mendapatkan
curah hujan yang merata dan suhu yang hangat. Suhu optimum untuk
pertumbuhan jagung berkisar antara 240C- 250C. Suhu optimal yang diperlukan
untuk perkecambahan adalah 30-32oC, untuk pembungaan sampai pemasakan
adalah 30oC. Jumlah distribusi hujan tahunan untuk tanaman jagung dapat tumbuh
normal antara 2500-5000 mm. Pada stadia pertumbuhan awal dan pembungaan
tanaman jagung membutuhkan banyak air. Kekurangan air pada fase ini
menyebabkan berkurangnya hasil. Suhu yang terlalu tinggi pada musim kemarau
bila terjadi pada fase penyerbukan sering menyebabkan pembentukan tongkol
yang kurang baik (Nurmala, 2003).
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0
,tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif
tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al, (Hasibuan, 2004).
2. Pupuk Organik Cair
Peningkatan hasil jagung dapat dilakukan dengan pemupukan, agar
kebutuhan unsur haranya tercukupi. Pupuk organik cair lengkap mengandung
unsur hara makro dan mikro serta bahan organik. Kelebihan dari pupuk organik
cair diantaranya ialah kadar haranya tepat untuk kebutuhan tanaman,
penggunaannya lebih efektif dan efesien seperti halnya pupuk kimia, serta
kemampuannya setara dengan pupuk organik murni (Lingga dan Marsono, 2001).
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa yang menghasilkan
kompos cair yang konsentrasinya masih tinggi sehingga dalam pengaplikasiannya
sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu kompos cair 1 bagian dicampur air
3-4 bagian. Pemakaiannya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke
media tanaman (Alwi, 2012).
3. Pengaruh Mikoriza pada Tanaman
Mikoriza berperan dalam meningkatkan ketahanan hidup tanaman
terhadap penyakit, kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya kemampuan akar dalam menyerap
unsur hara yang dibutuhkan. Akar tanaman yang pendek dan serabut atau akar
tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik akibat sifat fisik dan kimia tanah
yang rusak dapat terbantu perannya dalam menyerap air dan unsur hara. Hifa
mikoriza yang telah menginfeksi akar tanaman dapat menjulur sampai 10 meter
sehingga mampu menyerap unsur hara dan air pada daerah yang tidak dapat
terjangkau oleh akar (Sasali, 2004).
4

Lignifikasi dinding sel tanaman inang akan menghambat serangan patogen


akar dan perubahan secara fisiologis pada tanaman yang bermikoriza. Mikoriza
mampu meningkatkan konsentrasi P dan K serta hara lain sehingga akan
menurunkan kepekaan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pada
tanaman yang bermikoriza, mengandung isoflavoid lebih tinggi sehingga tanaman
lebih tahan terhadap serangan, karena senyawa tersebut dapat menghambat
pertumbuhan mikrorganisme patogen tanah (Dewi, 2007).
III. METODE PENDEKATAN
Variabel yang diukur dalam penelitian adalah tinggi tanaman, jumlah
daun, luas daun, diameter batang, berat tongkol dan berat 100 biji untuk
menghitung hasil tanaman jagung (ton ha-1). Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan, yaitu : M0 =
Kontrol, M1 = Mikoriza + (1 Liter pupuk cair / 5 Liter air) per petak, M2 =
Mikoriza + (2 Liter pupuk cair / 5 Liter air) per petak, M3 = Mikoriza + (3 Liter
pupuk cair / 5 Liter air) per petak, M4 = Mikoriza + (4 Liter pupuk cair / 5 Liter
air) per petak dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20
unit percobaan. Data dari hasil pengamatan akan dianalis dengan menggunakan
sidik ragam. Hasil analisis yang menunjukkan Fhitung > Ftabel akan dilanjutkan
dengan uji beda nyata terkecil pada taraf kepercayaan 95 %. Data pengamatan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
a. Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan setelah
mendapat informasi bahwa kegiatan ini lolos seleksi dan mendapat pembiayaan
dari DIKTI yang bertempat di Kebun Percobaan Unit Lahan Kering Fakultas
Pertanian Universitas Haluoleo.
b. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung lokal
Muna, mikoriza indigen, sabuk kelapa, kertas label dan mulsa plastik.
Alat yang digunakan adalah ember, gembor, parang, pacul, skop, mistar,
gunting, timbangan analitik dan backpack sprayer.
c. Pengolahan lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari rumput-rumput yang ada.
Lalu lahan diolah dan dibuat bedengan yang berukuran 3 m x 5 m. Pengolahan
lahan dilakukan 2 kali agar tanah bedengan semakin baik untuk pertumbuhan
tanaman. Diantara bedengan dibuatkan saluran drainase dengan lebar 30 cm.
d. Pembuatan pupuk organik cair
Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan mencampur sabut kelapa
dengan air yang direndam di dalam ember yang ditutup rapat. Rendaman sabut
kelapa didiamkan selama 15 hari. Jika rendaman sudah berubah warna menjadi
kuning kehitaman, maka pupuk cair dari sabut kelapa siap untuk digunakan.
5

e. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bedengan siap untuk ditanam. Penanaman
dilakukan dengan cara tugal dengan jarak tanam 40 x 70 cm. Kedalaman tugal
kurang lebih 3 cm. Benih ditanam 3 benih per lubang tanam dengan 30 lubang
tanam setiap bedengan.
f. Aplikasi pupuk cair
Aplikasi pupuk cair pertama dilakukan setelah tanaman jagung berumur 7
hari setelah tanam. Pemupukan dilakukan secara rutin setiap 7 hari sampai
tanaman jagung sampai pada pertumbuhan generatif. Aplikasi pupuk
menggunakan backpack sprayer dengan dosis perlakuan pupuk organik cair
disesuaikan dengan dosis yang diperlukan yaitu terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu
M0 = kontrol (tanpa mikoriza + pupuk organik cair sabuk kelapa), M1 = Mikoriza
+ 1 Liter pupuk cair / 5 Liter air, M2 = Mikoriza + 2 Liter pupuk cair / 5 liter air,
M3 = Mikoriza + 3 Liter pupuk cair / 5 liter air, M4 = Mikoriza + 4 Liter pupuk
cair / 5 liter air.
g. Pengamatan
Pengamatan dilakukan 14 hari setelah tanam (HST) selanjutnya dilakukan
pengamatan pada usia 21, 28, 35 dan 42 (HST). Variabel yang diamati yaitu pada
vase vegetatif tanaman terdiri dari tinggi tanaman (cm) yang diukur mulai dari
pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman tertinggi, jumlah
daun (helai) dengan menghitung daun yang telah membentuk ketiak daun, dan
diameter batang (cm). Sedangkan vase generatif terdiri dari berat 100 biji kering,
berat tongkol dan hasil tanaman jagung (ton ha-1).
h. Panen
Panen untuk tanaman jagung dilakukan setelah biji pada tongkol mencapai
kriteria panen dengan tanda-tanda daun mengering, kelobot berwarna kuning, biji
kering dan mengkilat serta bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas,
panen dilakukan dengan pengambilan tongkol dari batangnya dengan cara 4
dipatahkan. Setelah panen, dilakukan pengeringan tongkol jagung selama ± 7 hari
sehingga biji kering dan dapat dipipil dengan kadar air ± 14%.
i. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan PKM penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian

Bulan ke-
No Rincian Kegiatan
1 2 3 4 5
Persiapan
penelitian
1  Penyiapan lahan
 Penyiapan bahan
pupuk cair
 Penyiapan benih
6

Pelaksanaan
 Pengolahan lahan
 Pembuatan pupuk
2
cair
 Penanaman
 Pengamatan
3 Analisis data
Penyusunan
4 laporan
Keterangan:

= Kegiatan yang sudah diselesaikan


j. Rancangan Biaya
Rancangan biaya PKM peneltian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rincian biaya penelitian
A Bahan habis pakai
Benih jagung 3 kg @ Rp15.000 Rp. 45.000
Mikoriza 15 kg @ Rp 200.000 Rp. 3.000.000
Sabut kelapa 50 kg @ Rp 5000 Rp. 250.000
Pilox 2 botol @ Rp 27.000 Rp. 54.000
Paranet 2 roll @ Rp 315.000 Rp. 630.000
Seng plat 5 meter @ Rp 20.000 Rp. 100.000
Tali rafia 5 gulung @ Rp 12.000 Rp. 60.000
Kertas label 3 pak @ Rp 7.000 Rp. 21.000
Paku 4 kg @ Rp 20.000 Rp. 80.000
Kantong plastik 5 pak @ Rp 10.000 Rp. 50.000
Spidol 2 buah @ Rp 10.000 Rp. 20.000
Sub total Rp. 4.310.000
B. peralatan penunjang
drum 1 buah @ Rp 110.000 Rp. 110.000
Gembor 4 buah @ Rp 50.000 Rp. 200.000
Backpack sprayer 1 buah @ Rp 500.000 Rp. 500.000
Parang 3 buah @ Rp 120.000 Rp. 360.000
Pacul 3 buah @ Rp 70.000 Rp. 210.000
Sekop 2 buah @ Rp 65.000 Rp. 130.000
Mistar 3 buah @ 10.000 Rp. 30.000
Gunting seng 1 buah @ 30.000 Rp. 30.000
Sub total Rp. 1.570.000
C. Lain-lain
Sewa lahan 4 bulan @ Rp 200.000 Rp. 800.000
Biaya pengolahan lahan 7 hari @ Rp 100.000 Rp. 700.000
7

Biaya perawatan 1 paket @ Rp 250.000 Rp. 250.000


Sewa alat lab 1 paket @ Rp 150.000 Rp. 150.000
Studi literatur 1 paket @ Rp 110.000 Rp. 110.000
Dokumentasi 1 paket @ Rp 200.000 Rp. 200.000
Pembuatan laporan 2 paket @ Rp 250.000 Rp. 500.000
Sub total Rp. 2.710.000
D. Perjalanan
Transportasi penelitian selama 4 bulan Rp. 500.000
Sub total Rp. 500.000
Total A + B + C + D Rp. 9.090.000

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman jagung (Zea mays
L.).
Tabel 3. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Jagung (Zea mays L.)

RERATA PENGAMATAN TINGGI


TANAMAN (cm) TOTAL RATA-
PERLAKUAN
(cm) RATA (cm)
I II III IV V VI
M0 25,06 37,27 53,19 68,26 85,22 107,37 376,37 62,73
M1 31,46 52,03 79,94 105,89 129,05 158,82 557,19 92,87
M2 26,52 33,2 46,4 53,49 63,71 68,24 291,56 48,59
M3 28,1 38,75 55,19 67,11 76,85 96,25 362,25 60,38
M4 28,45 39,14 51,94 67,94 82,04 95,71 365,22 60,87

Tabel 4. Rerata Jumlah Daun (Helai) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
RERATA PENGAMATAN JUMLAH DAUN RATA-
PERLAKUAN TOTAL
(HELAI) RATA (cm)
8

I II III IV V VI
M0 4,6 5,65 6,1 6,2 9,65 8,45 40,65 6,78
M1 5,05 6,7 7,45 7,1 11,5 10,35 48,15 8,03
M2 4,5 5,5 5,85 5,35 9,35 7,2 37,75 6,29
M3 4,95 6,1 6,45 5.55 8,7 7,7 33,9 6,78
M4 5,1 5,95 6,45 5,35 9,3 7,9 40,05 6,68

Tabel 5. Rerata Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
RERATA PENGAMATAN LUAS DAUN (cm2) RATA-
PERLAKUAN TOTAL
I II III IV V VI RATA
M0 14,57 40,65 65,17 110,29 154,67 146,5 531,85 88,64
M1 19,69 51,1 111,44 178,73 224,8 210,19 795,95 132,66
M2 18,43 37,1 46,49 67,83 104,93 97,91 372,69 62,12
M3 15,29 45,78 73,2 93,61 141,71 117,13 486,72 81,12
M4 16,33 42,76 74,25 82,54 133,18 134,15 483,21 80,54
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman jagung menunjukan bahwa pada perlakuan dosis M1 memberikan
pengaruh nyata dibandingkan dosis lainnya. Hal ini disebabkan dosis M1
merupakan dosis yang optimal untuk memenuhi kebutuhan unsur hara terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung tersebut. Djiwosaputro (1990) menyatakan
bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang diberikan berada
dalam jumlah yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu juga
pada dosis tersebut dapat memenuhi hara yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung. Sejalan dengan hal tersebut Purwono (2003) menyatakan dengan
meningkatnya serapan P pada tanaman, maka pertumbuhan tanaman menjadi baik,
sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal.
Sebagaimana pendapat dari (Lingga dan Marsono, 2001) bahwa
peningkatan hasil jagung dapat dilakukan dengan pemupukan, agar kebutuhan
unsur haranya tercukupi. Pupuk organik cair lengkap mengandung unsur hara
makro dan mikro serta bahan organik. Kelebihan dari pupuk organik cair
diantaranya ialah kadar haranya tepat untuk kebutuhan tanaman, penggunaannya
lebih efektif dan efesien seperti halnya pupuk kimia, serta kemampuannya setara
dengan pupuk organik murni.
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa yang menghasilkan
kompos cair yang konsentrasinya masih tinggi sehingga dalam pengaplikasiannya
sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu kompos cair 1 bagian dicampur air
3-4 bagian. Pemakaiannya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke
media tanaman (Alwi, 2012).
Selain peran dari dosis pupuk cair tersebut, juga adanya pemanfaatan
mikoriza indigen sebagai pemacu dalam proses penyerapan unsur hara yang akan
dimanfaatkan oleh tanaman dan mengurangi serangan patogen sebagaimana
dijelaskan oleh (Sasali, 2004) bahwa mikoriza berperan dalam meningkatkan
9

ketahanan hidup tanaman terhadap penyakit, kekeringan atau kondisi ekstrim


lainnya dan meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya
kemampuan akar dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan. Akar tanaman
yang pendek dan serabut atau akar tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik
akibat sifat fisik dan kimia tanah yang rusak dapat terbantu perannya dalam
menyerap air dan unsur hara. Hifa mikoriza yang telah menginfeksi akar tanaman
dapat menjulur sampai 10 meter sehingga mampu menyerap unsur hara dan air
pada daerah yang tidak dapat terjangkau oleh akar.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemanfaatan mikoriza memberian pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung.
2. Dosis M1 merupakan dosis pupuk cair yang optimal untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung.
b. Saran
Saran yang bisa saya sampaikan pada penelitian ini diharapkan adanya
penelitian lanjutan tentang penelitian sebab pengamatan tidak sampai produksi
karena adanya hama Babi yang menyerang.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Alwi, F., 2012. Tehnik Pembuatan Kompos Cair dan Pupuk Bioorganik dari Sabut
Kelapa.http://oemahmatematika.com/blog/agritechno/cara-membuat-pupuk-
bioorganik-dari-debu-sabut-kelapa. Diakses tanggal 06 November 2012. (Aak,
2000).
Anggoro, U.K., R. Pinem, Zubachtirodin, B. Sugiharto, Mulyono dan D.
Hermawan. 2011. Teknologi Budidaya Jagung. Direktorat Jendral Tanaman
Pangan. Jakarta.
BPS Sultra. 2011. Sulawesi Tenggara Dalam Angka, 2010.
Dewi, 2007. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian, terjemahan H. M Saleh.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Djiwosaputro, D., 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta
Hasibuan. 2004. Fisiologi Tanaman Jagung. Penerbit Rineka cipta: Jakarta.
Husna, F. 2003. Aplikasi VA Mikoriza dan Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kacang Tanah (arachis hypogaea L.). Proyek Pengembangan
Sebelas Perguruan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan.
Lingga, P., dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Marzuki, R.., 2007. Bertanam Jagung (Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurmala, Tati, 2003. Serealia. Sumber Karbohidrat Utama. Rineka cipta .Jakarta
10

Palungkun R., dan A. Budiarti, 2000. Sweet Corn and Baby Corn. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Purwono, E., 2003. Pengaruh Herbisida Metribuzin dan Pupuk P Terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Tanaman Tomat. Thesis. Universitas Padjajaran
Bandung, Bandung.
Purwono dan Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Purwono dan Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Puspitasari, D., K.I. Purwani, A. Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular
Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenous pada Lahan Jagung di Desa Torjun,
Sampang Madura. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol I.
Rukmana, R., 1993. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Sasali. 2004. Vesicullar- Arbuscullar Mycorrhiza Management In Trofical
Agrosistem, Dentsche GTZ GMBH, Eschbrorn. Germany.
Subandi. 2008. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan. Iptek Tanaman
Pangan 2(1):12-25.
Suprapto dan Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN

(Lokasi yang akan digunakan sebagai penelitian)

(Penggolahan menggunakan traktor)


15

(Pembentukan bedengan) (Lahan siap tanam)

(Proses pembuatan pupuk cair menggunakan sabut kelapa)

(Penimbangan mikoriza) (Pembuatan lubang tanam)


16

(Pemberian mikoriza pada lubang tanam) (Penanaman benih)

(Pemasangan pagar/paranet) (Pembersihan gulma)

(Formulasi pupuk cair) (Aplikasi pada tanaman)


17

Pengukuran pertama (2 MST) Pengukuran ke tiga (3 MST)

Pengukuran ke empat (4 MST) Pengukuran ke lima (5 MST)

Pengukuran ke enam (6 MST) (Fase generative tanaman)

Anda mungkin juga menyukai