Laporan Akhir PKM
Laporan Akhir PKM
Oleh:
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
HALAMAN PENGESAHAN
K
Usman1), Munardin Basanunggu1), Asrida1), Indriani1) dan
Resman2)
ABSTRAK
Kata kunci: Jagung lokal Sulawesi Tenggara, pupuk cair, sabut kelapa dan
mikoriza.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Akhir Penelitian ini sebagai salah satu capaian pelaksanaan akhir dari Program
Kreativitas Mahasiswa untuk menuju PIMNAS.
Laporan ini berisikan empat topik yaitu tanaman jagung lokal, tanah ultisol,
pupuk cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya kegiatan PKM-P ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu mohon kritik dan sarannya.
Penulis
1
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah tanaman serealia penghasil
karbohidrat yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Menurut
Rukmana, (1993) kandungan kimia jagung terdiri atas air 13.5%, protein 10.0%,
lemak 4.0%, karbohidrat 61.0%, gula 1.4%, pentosan 6.0%, serat kasar 2.3%, abu
1.4% dan zat-zat lain 0.4%. Produktivitas jagung di Sulawesi Tenggara pada
tahun 2010 mencapai 74840 ton/ha dan pada tahun 2011 mengalami penurunan
produktivitas menjadi 67997 ton/ha (BPS, 2011).
Penurunan produksi jagung diakibatkan oleh kondisi tanah di Sulawesi
Tenggara banyak didominasi oleh tanah podsolik merah kuning yang miskin akan
unsur hara dan pH tanah masam sehingga membatasi pertumbuhan tanaman.
Olehnya itu, diperlukan input dari luar dengan memanfaatkan sumber daya lokal
yang ramah lingkungan dan banyak tersedia di sekitar masyarakat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman berupa pupuk organik cair
berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen.
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa adalah pupuk organik
yang mampu menyuplai nutrisi tanaman karena sabut kelapa diketahui
mengandung unsur hara N, P dan K yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman. Sedangkan mikoriza merupakan pupuk organik hayati yang
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut
Puspitasari et al., (2012), mikoriza merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi kekurangan unsur hara terutama fosfat dalam tanah. Hal ini akan
memberikan input yang besar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman karena
umumnya Sulawesi Tenggara mengusahakan pertanian di lahan kering.
Pemberian pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza
memiliki keunggulan masing-masing sehingga apabila dikeduanya
dikombinasikan diharapkan mampu memberikan daya dukungnya dalam
mensuplai unsur yang tersedia bagi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung lokal
Sulawesi Tengara.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya pupuk organik cair berbahan baku
sabut kelapa dan mikoriza maka perlu dilakukan penelitian pemanfaatan bahan
organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen untuk
meningkatkan produksi tanaman jagung lokal Sulawesi Tenggara.
b. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kegiatan PKM penelitian ini yaitu :
1. Apakah pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen
mampu meningkatkan produksi jagung lokal Sulawesi Tenggara ?
2. Jika ya, dosis pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza
indigen manakah yang memberikan produksi jagung tertinggi ?
c. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian pupuk
organik cair berbahan baku sabut kelapa dan mikoriza indigen untuk
2
telur atau ovary yang terdapat pada bunga betina dilindungi oleh satu tangkai
putik, berbentuk benang yang biasa disebut rambut (Anggoro et al., 2011). Buah
jagung berbentuk tongkol yang terbungkus kelopak dan berfungsi sebagai kulit
buah yang berlapis-lapis, biji jagung melekat pada tongkol tersebut. Buah jagung
yang baik setiap tongkolnya memiliki lebih dari 100 butir biji jagung. Biji jagung
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar disebut pericarp, lapisan kedua
disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji dan bagian yang
paling dalam yaitu embrio atau lembaga (Purwono dan Hartono, 2007).
b. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung dapat tumbuh baik bila selama pertumbuhannya mendapatkan
curah hujan yang merata dan suhu yang hangat. Suhu optimum untuk
pertumbuhan jagung berkisar antara 240C- 250C. Suhu optimal yang diperlukan
untuk perkecambahan adalah 30-32oC, untuk pembungaan sampai pemasakan
adalah 30oC. Jumlah distribusi hujan tahunan untuk tanaman jagung dapat tumbuh
normal antara 2500-5000 mm. Pada stadia pertumbuhan awal dan pembungaan
tanaman jagung membutuhkan banyak air. Kekurangan air pada fase ini
menyebabkan berkurangnya hasil. Suhu yang terlalu tinggi pada musim kemarau
bila terjadi pada fase penyerbukan sering menyebabkan pembentukan tongkol
yang kurang baik (Nurmala, 2003).
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0
,tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif
tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al, (Hasibuan, 2004).
2. Pupuk Organik Cair
Peningkatan hasil jagung dapat dilakukan dengan pemupukan, agar
kebutuhan unsur haranya tercukupi. Pupuk organik cair lengkap mengandung
unsur hara makro dan mikro serta bahan organik. Kelebihan dari pupuk organik
cair diantaranya ialah kadar haranya tepat untuk kebutuhan tanaman,
penggunaannya lebih efektif dan efesien seperti halnya pupuk kimia, serta
kemampuannya setara dengan pupuk organik murni (Lingga dan Marsono, 2001).
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa yang menghasilkan
kompos cair yang konsentrasinya masih tinggi sehingga dalam pengaplikasiannya
sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu kompos cair 1 bagian dicampur air
3-4 bagian. Pemakaiannya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke
media tanaman (Alwi, 2012).
3. Pengaruh Mikoriza pada Tanaman
Mikoriza berperan dalam meningkatkan ketahanan hidup tanaman
terhadap penyakit, kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya kemampuan akar dalam menyerap
unsur hara yang dibutuhkan. Akar tanaman yang pendek dan serabut atau akar
tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik akibat sifat fisik dan kimia tanah
yang rusak dapat terbantu perannya dalam menyerap air dan unsur hara. Hifa
mikoriza yang telah menginfeksi akar tanaman dapat menjulur sampai 10 meter
sehingga mampu menyerap unsur hara dan air pada daerah yang tidak dapat
terjangkau oleh akar (Sasali, 2004).
4
e. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bedengan siap untuk ditanam. Penanaman
dilakukan dengan cara tugal dengan jarak tanam 40 x 70 cm. Kedalaman tugal
kurang lebih 3 cm. Benih ditanam 3 benih per lubang tanam dengan 30 lubang
tanam setiap bedengan.
f. Aplikasi pupuk cair
Aplikasi pupuk cair pertama dilakukan setelah tanaman jagung berumur 7
hari setelah tanam. Pemupukan dilakukan secara rutin setiap 7 hari sampai
tanaman jagung sampai pada pertumbuhan generatif. Aplikasi pupuk
menggunakan backpack sprayer dengan dosis perlakuan pupuk organik cair
disesuaikan dengan dosis yang diperlukan yaitu terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu
M0 = kontrol (tanpa mikoriza + pupuk organik cair sabuk kelapa), M1 = Mikoriza
+ 1 Liter pupuk cair / 5 Liter air, M2 = Mikoriza + 2 Liter pupuk cair / 5 liter air,
M3 = Mikoriza + 3 Liter pupuk cair / 5 liter air, M4 = Mikoriza + 4 Liter pupuk
cair / 5 liter air.
g. Pengamatan
Pengamatan dilakukan 14 hari setelah tanam (HST) selanjutnya dilakukan
pengamatan pada usia 21, 28, 35 dan 42 (HST). Variabel yang diamati yaitu pada
vase vegetatif tanaman terdiri dari tinggi tanaman (cm) yang diukur mulai dari
pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman tertinggi, jumlah
daun (helai) dengan menghitung daun yang telah membentuk ketiak daun, dan
diameter batang (cm). Sedangkan vase generatif terdiri dari berat 100 biji kering,
berat tongkol dan hasil tanaman jagung (ton ha-1).
h. Panen
Panen untuk tanaman jagung dilakukan setelah biji pada tongkol mencapai
kriteria panen dengan tanda-tanda daun mengering, kelobot berwarna kuning, biji
kering dan mengkilat serta bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas,
panen dilakukan dengan pengambilan tongkol dari batangnya dengan cara 4
dipatahkan. Setelah panen, dilakukan pengeringan tongkol jagung selama ± 7 hari
sehingga biji kering dan dapat dipipil dengan kadar air ± 14%.
i. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan PKM penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian
Bulan ke-
No Rincian Kegiatan
1 2 3 4 5
Persiapan
penelitian
1 Penyiapan lahan
Penyiapan bahan
pupuk cair
Penyiapan benih
6
Pelaksanaan
Pengolahan lahan
Pembuatan pupuk
2
cair
Penanaman
Pengamatan
3 Analisis data
Penyusunan
4 laporan
Keterangan:
Tabel 4. Rerata Jumlah Daun (Helai) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
RERATA PENGAMATAN JUMLAH DAUN RATA-
PERLAKUAN TOTAL
(HELAI) RATA (cm)
8
I II III IV V VI
M0 4,6 5,65 6,1 6,2 9,65 8,45 40,65 6,78
M1 5,05 6,7 7,45 7,1 11,5 10,35 48,15 8,03
M2 4,5 5,5 5,85 5,35 9,35 7,2 37,75 6,29
M3 4,95 6,1 6,45 5.55 8,7 7,7 33,9 6,78
M4 5,1 5,95 6,45 5,35 9,3 7,9 40,05 6,68
Tabel 5. Rerata Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung (Zea mays L.)
RERATA PENGAMATAN LUAS DAUN (cm2) RATA-
PERLAKUAN TOTAL
I II III IV V VI RATA
M0 14,57 40,65 65,17 110,29 154,67 146,5 531,85 88,64
M1 19,69 51,1 111,44 178,73 224,8 210,19 795,95 132,66
M2 18,43 37,1 46,49 67,83 104,93 97,91 372,69 62,12
M3 15,29 45,78 73,2 93,61 141,71 117,13 486,72 81,12
M4 16,33 42,76 74,25 82,54 133,18 134,15 483,21 80,54
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman jagung menunjukan bahwa pada perlakuan dosis M1 memberikan
pengaruh nyata dibandingkan dosis lainnya. Hal ini disebabkan dosis M1
merupakan dosis yang optimal untuk memenuhi kebutuhan unsur hara terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung tersebut. Djiwosaputro (1990) menyatakan
bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang diberikan berada
dalam jumlah yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu juga
pada dosis tersebut dapat memenuhi hara yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman
jagung. Sejalan dengan hal tersebut Purwono (2003) menyatakan dengan
meningkatnya serapan P pada tanaman, maka pertumbuhan tanaman menjadi baik,
sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal.
Sebagaimana pendapat dari (Lingga dan Marsono, 2001) bahwa
peningkatan hasil jagung dapat dilakukan dengan pemupukan, agar kebutuhan
unsur haranya tercukupi. Pupuk organik cair lengkap mengandung unsur hara
makro dan mikro serta bahan organik. Kelebihan dari pupuk organik cair
diantaranya ialah kadar haranya tepat untuk kebutuhan tanaman, penggunaannya
lebih efektif dan efesien seperti halnya pupuk kimia, serta kemampuannya setara
dengan pupuk organik murni.
Pupuk organik cair berbahan baku sabut kelapa yang menghasilkan
kompos cair yang konsentrasinya masih tinggi sehingga dalam pengaplikasiannya
sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu kompos cair 1 bagian dicampur air
3-4 bagian. Pemakaiannya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke
media tanaman (Alwi, 2012).
Selain peran dari dosis pupuk cair tersebut, juga adanya pemanfaatan
mikoriza indigen sebagai pemacu dalam proses penyerapan unsur hara yang akan
dimanfaatkan oleh tanaman dan mengurangi serangan patogen sebagaimana
dijelaskan oleh (Sasali, 2004) bahwa mikoriza berperan dalam meningkatkan
9
Palungkun R., dan A. Budiarti, 2000. Sweet Corn and Baby Corn. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Purwono, E., 2003. Pengaruh Herbisida Metribuzin dan Pupuk P Terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Tanaman Tomat. Thesis. Universitas Padjajaran
Bandung, Bandung.
Purwono dan Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Purwono dan Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Puspitasari, D., K.I. Purwani, A. Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular
Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenous pada Lahan Jagung di Desa Torjun,
Sampang Madura. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol I.
Rukmana, R., 1993. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Sasali. 2004. Vesicullar- Arbuscullar Mycorrhiza Management In Trofical
Agrosistem, Dentsche GTZ GMBH, Eschbrorn. Germany.
Subandi. 2008. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan. Iptek Tanaman
Pangan 2(1):12-25.
Suprapto dan Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN