Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Kepala Sekolah/Pemimpin, Fungsi Kepemimpinan, dan Otoritas dalam Lembaga
Pendidikan”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
manajemen pendidikan yang diampu oleh ibu Astuti Wijayanti, M.Pd.Si.
Makalah ini berisi mengenai pengertian kepala sekolah, fungsi kepemimpinan,
peranan kepala sekolah, dan otoritas dalam lembaga pendidikan. Mungkin dalam pembuatan
makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka
kami mengharapkan kritikan dan saran guna memperbaiki pembuatan makalah di hari yang
akan datang.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 September 2019

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepala Sekolah........................................................................................ 2
B. Peranan Kepala Sekolah dalam Lembaga Pendidikan ................................................ 4
C. Fungsi Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan .................................................. 7
D. Otoritas dalam Lembaga Pendidikan ......................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan lembaga pendidikan.
Kepala sekolah berasal dari dua kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala diartikan sebagai
ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah adalah
sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1988 hal.
420 dan 796. Diakses pada tanggal 11 september 2019 pukul 19:30).
Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana kepala sekolah merupakan tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.
(Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah...,hal.81. Diakses pada tanggal 11
september 2019 pukul 19:47 wib).
Dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah, diperlukan seorang
pemimpin. Pemimpin dalam lembaga sekolah biasa disebut dengan kepala sekolah.. Kepala
sekolah memiliki posisi dan peranan penting. Keberhasilan suatu sekolah dapat ditentukan
dari kepemimpinan kepala sekolahnya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
haruslah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat membangun anggotanya menuju ke
arah yang lebih baik lagi.
Oleh karena itu, diperlukannya pengetahuan mengenai peranan kepala sekolah atau
pemimpin dalam lembaga pendidikan, dan bagaimana otoritas dalam lembaga pendidikan
agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan jabatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kepala sekolah?
2. Bagaimana peranan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan?
3. Bagaimanakah fungsi kepemimpinan dalam lembaga pendidikan?
4. Bagaimanakah otoritas dalam lembaga pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepala sekolah.
2. Untuk mengetahui peranan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan.
3. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam lembaga pendidikan.
4. Untuk mengetahui otoritas dalam lembaga pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan lembaga pendidikan.
Kepala sekolah berasal dari dua kata “kepala dan sekolah”. Kata kepala diartikan sebagai
ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah adalah
sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Perum Balai Pustaka, 1988 hal.
420 dan 796. Diakses pada tanggal 11 september 2019 pukul 19:30).
Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana kepala sekolah merupakan tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.
(Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah...,hal.81. Diakses pada tanggal 11
september 2019 pukul 19:47 wib). Berikut ini adalah pengertian kepala sekolah menurut
beberapa ahli.
1. Menurut M. Daryanto
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan-kegiatan sekolah, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang
dipimpinnya dengan dasar pancasila yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan.
c. Mempertinggi budi pekerti.
d. Memperkuat kepribadian.
e. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
2. Menurut Mulyasa
Kepala madrasah adalah motor penggerak dan penentuan kebijakan madrasah, yang
akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan dalam pendidikan pada umumnya dapat
direalisasikan.
Dari pendapat Mulyasa dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan
tertinggi dalam lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelancaran jalannya sekolah demi terwujudnya tujuan sekolah
tersebut. Seorang kepala sekolah hendaknya dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa

2
segala sesuatunya telah berjalan dengan baik, termasuk perencanaan dan implementasi
kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber daya guru, rekruitmen sumber daya
peserta didik, kerjasama sekolah dengan orang tua, serta lulusan yang berkualitas.
Kepala sekolah sebagai unsur vital bagi efektivitas dalam lembaga pendidikan
menentukan tinggi rendahnya kuwalitas lembaga tersebut, kepala sekolah diibaratkan
sebagai panglima pendidikan yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan
pengajaran dan pendidikan didalamnya, oleh karena itu suksesnya sebuah madrasah
tergantung pada sejauh mana pelaksanaan misi yang dibebankan diatas pundaknya,
kepribadian, dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsur-unsur yang ada didalamnya.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 6
Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah, pengertian dari kepala sekolah
adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan pendidikan yang
meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar
(SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah
menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di
Luar Negeri.
Menjadi pemimpin sekolah(kepala sekolah), diperlukan sifat-sifat atau sikap yang
menunjukan jiwa kepemimpinan. Berikut adalah sikap yang seharusnya dimiliki kepala
sekolah.
1. Visioner
Kepala sekolah yang visioner adalah kepala sekolah yang memiliki:
a. Cita-cita, kemauan atau keinginan tertentu yang ideal untuk diwujudkan.
b. Standar kerja atau keadaan sekolah yang diidealkan. Dia sangat peka terhadap
situasi atau keadaan yang tidak sesuai dengan yang dia idealkan dan segera
mengubahnya.
2. Meyakini sekolah sebagai wahana belajar
Mengelola sikap dan perilaku guru dan pegawai agar dapat dijadikan teladan bagi
siswa, dan mengelola lingkungan sekolah agar memiliki nilai edukatif dan menjadi
sumber belajar bagi civitas akademika.
3. Berorientasi pada kepuasan kerja
4. Menghargai SDM
5. Pro-aktif

3
6. Berkomunikasi efektif
7. Berani mengambil risiko.
B. Peranan Kepala Sekolah dalam Lembaga Pendidikan
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang,
sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang
apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi. Hakikatnya peran juga dapat dirumuskan
sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.
Kepribadian seseorang `juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran
yang dimainkan hakikatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau diperankan
pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama.
Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal,
yaitu:
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai
perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
3. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara
anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam
kehidupan bermasyarakat itu muncullah apa yang dinamakan peran (role). Peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang
pengertian peran.

4
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap
atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap
seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal di atas dapat
diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan kepala sekolah maka peran merupakan
serangkaian sikap dan perilaku yang seorang kepala sekolah sebagai bagian dari tanggung
jawab dalam kepemimpinaannya.
Berikut ini adalah peran kepala sekolah dalam lembaga pendidikan:
1. Kepala Sekolah Sebagai Edukator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan pelaksanaan serta pengembang utama
kurikulum di sekolah. Kepala sekolah menunjukkan komitmen tinggi dan focus
terhadap pengembangan kurikulum serta kegiatan belajar-mengajar disekolahnya,
tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki guru-
gurunya sekaligus akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar
para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensi mereka, sehingga
kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha para
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Maka peran seorang kepala
sekolah sebagai manajer tentu adalah mengelola tenaga kependidikan yang ada
dimadrasah yang dipimpinnya. Dalam hal ini, kepala sekolah dapat memfasilitasi
dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat
melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan disekolah (misalnya MGMP, in
house training, diskusi profesional, dan sebagainya) maupun diluar sekolah
(misalnya dengan memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan atau
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain).
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Sebagai administrator
sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan

5
fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah
yang dipimpinnya, seperti membuat rencana atau program tahunan, menyusun
organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan
melaksanakan pengelolaan kepegawaian
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan disekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya
adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah
bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu,
salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika supervisi dilaksanakan
oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah
pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaaannya. Peranan supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawasan dan
pemantauan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan
proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah menyeluruh
5. Kepala Sekolah Sebagai Leader (pemimpin)
Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh
sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi
seorang manajer yang aktif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan
(followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan
pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata
lain, pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan. Kepala sekolah
sebagai seorang pemimpin harus mampu :
a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri para guru, staf dab siswa dalam melaksanakan tugas masing-
masing.
b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa
serta memberikan dorongan memacu dan berdiri didepan demi kemajuan
dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

6
6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah
sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan.
7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Kepala sekolah sebagai motivator dengan strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai
tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara
efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar lewat pengembangan sumber
belajar.
C. Fungsi Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi manusia baik individu maupun
kelompok untuk mencapai tujuan bersama(Alben Ambarita, 2015). Kepemimpinan adalah
unsur yang sangat berpengaruh dalam kepentingan individu maupun kelompok.
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga orang lain itu mengikuti dan bersedia melaksanakan perintahnya(pemimpinnya).
Menurut Gorton, kepemimpinan pendidikan adalah kegiatan dalam mengorganisasikan
sumber-sumber fisik untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan secara efektif dan
efisien. Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan membimbing, mengarahkan,
mempengaruhi guru, karyawan dan siswa dalam lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan sekolah atau tujuan bersama.
Pemimpin adalah seseorang yang berperan mempengaruhi, mengarahkan,
membimbing orang lain untuk mencapai tujuan bersama(Alben Ambarita, 2015). Ada
beberapa istilah dalam menyebut pemimpin, seperti raja, ratu, kepala, ketua, direktur,
manajer, dan lainnya. Menurut Alben Ambarita(2015) terdapat tiga unsur dalam pemimpin
sekolah, yaitu:
1. Penyelenggara sekolah, yang terdiri dari pejabat dinas/departemen pemerintah,
pengurus yayasan/lembaga yang menyelenggarakan(penyelenggara), pendidikan

7
2. Kepala sekolah, yaitu guru atau seseorang yang dipercaya oleh penyelenggara
sekolah(dinas pendidikan mengendalikan pengelolaan sekolah)
3. Komite sekolah, yaitu lembaga mandiri di luar sstruktur sekolah yang berperan sebagai
mitra yang mendukung dan mendampingi pengelolaan sekolah.
Yayasan, dinas, atau lembaga penyelenggara yang berstatus sebagai pemilik
visi/kepentingan, asset, dan penanggung kerugian dan penanggung jawab kegiatan usaha di
hadapan hukum. Kedudukan kepala sekolah adalah sebagai direktur pelaksana sebuah
sekolah. Kepala sekolah berkedudukan sebagai wakil atau orang yang dipercayai oleh
pemilik sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab kepada yayasan, dinas, atau lembaga
penyelenggara.
Menurut Stephen R.Coney, karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada tiga
prinsip, yaitu: seseorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan, dan
membawa energi yang positif. Menurut Stogdill, seorang pemimpin yang baik, haruslah
memiliki sepuluh karakter sebagai berikut:
1. Memiliki rasa tanggung jawab
2. Mementingkan penyelesaian tugas
3. Memiliki semangat yang baik
4. Kemauannya keras
5. Berani mengambil risiko
6. Memiliki kepercayaan diri
7. Memiliki ide-ide yang sesuai orisinalitas
8. Kapasitas untuk menangani tekanan dengan baik
9. Kapasitas untuk mempengaruhi yang baik
10. Kapasitas untuk mengelola organisasi untuk mencapai tujuan.
Ada beberapa tipe-tipe kepemimpinan, antara lain yaitu:
1. Tipe otokratik atau otoriter; seseorang yang sombong, mencampuradukkan antara
kepentingan pribadi dengan organisasi. Ia juga akan menggunakan segala cara agar
tujuannya segera tercapai. Dalam menjalankan tugasnya, seorang yang otoriter akan
menuntut ketaatan penuh dari bawahan, bersikap kaku dalam menegakkan disiplin,
tidak ada kesempatan untuk berargumen, bernada keras dalam memerintah(instruksi),
cenderung selalumemberikan hukuman, dan selalu berprinsip pemimpin harus menang
dan bawahanlah yang harus kalah.

8
2. Tipe paternalistik; biasanya terdapat di lingkungan masyarakat desa yang masih bersifat
tradisional atau agraris. Memiliki gaya kepemimpinan yang kebapakan, melindungi,
tetapi juga menggurui. Selalu mengutamakan kepentingan bersama dan mmeperlakukan
setiap anggotanya dengan sama atau adil.
3. Tipe karismatik; pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun mereka
tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa ia mengaguminya.
4. Tipe laissez faire; memiliki pandangan bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan
lancar dengan sendirinya karena para anggotanya terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi. Seseorang dengan tipe ini
akan memiliki peranan pasif yang membiarkan organisasi berjalan apa adanya sesuai
tempo dan iramanya tanpa banyak mencampuri.
5. Tipe demokratik; adalah tipe yang ideal dan didambakan oleh banyak orang. Seseorang
dengan tipe ini biasanya memandang peran dan tugasnya selaku koordinator dan
integrator yang mempunyai tugas mengkoordinasikan seluruh anggota organisasi dan
menyatukan atau menggabungkan seluruh komponen organisasi. Menggunakan
pendekatan yang menyeluruh segala unsur membentuk satu kesatuan yang padu. Ia
mampu mendorong bawahannya untuk berkreasi dan berinovasi, serta menghargai dan
mendengarkan segala saran bahkan kritik yang disampaikan oleh bawahannya.
Fungsi kepemimpinan menurut Prof.Dr.Sondang, ada lima fungsi kepemimpinan, yaitu:
1. Pemimpin sebagai penentu arah
2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi
3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif
4. Pemimpin sebagai mediator
5. Pemimpin sebagai integrator.
Sedangkan fungsi kepemimpinan sekolah menurut Aswarni Sudjud,dkk, yaitu sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan kerja dan pembuatan kebijaksanaan sekolah
2. Mengatur tata kerja atau mengorganisasi sekolah mencakup peraturan tugas dang
wewenang, mengatur petufgas pelaksana, menyelenggarakan kegiatan(koordinasi)
3. Mensupervisi kegiatan sekolah meliputi mengawasi kelancaran kegiatan, membimbing,
dan meningkatkan kemampuan pelaksana.

9
D. Otoritas dalam Lembaga Pendidikan
Otoritas memiliki arti yang berbeda dengan kekuasaan, meskipun antara otoritas dan
kekuasaan keduanya memiliki arti yang hampir mirip dan saling berhubungan satu sama
lain. Otoritas adalah kemungkinan dimana seseorang akan ditaati atas dasar suatu
kepercayaan akan gelitimasi haknya untuk mempengaruhi. Seseorang yang memiliki
otoritas pasti akan memiliki kekuasaan dan seseorang yang memiliki kekuasaan belum tentu
memiliki otoritas.
Otoritas berarti membuat agar orang lain mematuhi suatu perintah dengan maksud dan
tujuan tertentu. Kekuasaan tidak ada artinya apabila tidak disertai dengan otoritas.
Demikian pula jika dihubungkan dengan lembaga Pendidikan, lembaga Pendidikan tidak
akan dapat menjalankan fungsi jika tidak disertai dengan otoritas, sehingga otoritas itu
sangat penting.
Otoritas bermanfaat untuk membuat semua berada didalam langgam kerja yang
dinamis. Semua orang tunduk dan taat serta tidak bisa bersikap semaunya sendiri. Aturan
yang terapkan akan menjadi acuan bersama. Pemimpin yang menggunakan situasi,
menggunakan otoritas dan bertanggung jawab dan tidak menempakan diri sebagai alat
kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain. Otoritas digunakan untuk membuat semua
system bekerja dengan baik dan mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan bersama. Baik
buruknya otoritas serta akibat yang ditimbulkan tidak di tentukan oleh otoritas itu,
melainkan oleh orang yang mendapatkan atau menggunakan otoritas tersebut.
Otoritas dapat dikatakan sah apabila otoritas tersebut dapat diterima oleh pengikutnya
sebagai sesuatu yang mengikat, sehingga otoritas itu menuntut adanya ketaatan. Otoritas
berhak menuntut ketaatan dan berhak pula memberikan perintah.
Wewenang menurut Hani Handoko adalah tipe khusus dari kekuasaa yang melekat
pada jabatan formal organisasi, yang merupakan hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatau untuk mencapai
tujuan tertentu. Sumber wewenang menurut teori klasik atau teori formal wewenang itu
timbul karena dianugerahkan atau yang di limpahi kepada seseorang. Weber membedakan
tiga macam otoritas formal (legitimate authority) yaitu:
1. Orotitas Karismatik
Dalam tipe ini, orang-orang bersedia untuk menaati atau menuruti sebuah
kepemimpinan tertentu berdasarkan keyakinan mereka akan charisma atau wibawa
yang dimiliki oleh sang pemimpin.

10
2. Otoritas Tradisional
Dalam tipe otoritas yang kedua ini, ketaatan dan kepatuhan orang-orang
didasarkan pada adat kebiasaan yang telah dijalankan dari generasi kegenerasi.
Disini, seorang pemimpin mendapatkan legitimasinya sebagai penjaga atau
penerus tradisi.
3. Otoritas Legal
Otoritas tipe ketiga ini kepatuhan dan kesediaan orang-orang lebih didasarkan
pada aturan-aturan yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip dan cara-cara
rasional. Dasar ketaatan bersumber dari hukum-hukum yang dibentuk secara
tertulis dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional.
Pada saat seseorang memiliki otoritas, misalnya didalam lingkup tertentu yaitu di
sekolah, kepala sekolah memiliki wewenang atau kekuasaan yang mutlak menjadi
miliknya. Baik itu kekuasaan untuk mengatur, mengontrol, atau memutuskan sesuatu.
Otoritas ini harus berada ditangan orang yang tepat, yang mampu menggunakannya secara
bertanggung jawab. Dalam otoritas terdapat ciri-ciri mendasar yang merupakan hak-hak
seorang pemimpin, yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki kekuasaan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
2. Kekuasaan itu merupakan hak dibenarkan secara yuridis normative untuk
dijadikan landasan bertindak.
3. Bertanggung jawab dengan jabatan yang disandangnya.
4. Pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan atau meninggalkan suatu
tindakan.
5. Berhak melimpahkan wewenangnya kepada bawahannya.
6. Dibatasi oleh jabatannya menurut waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Dalam lembaga Pendidikan, persoalaan otoritas dan pelimpahan otoritas sangat
penting karena tugas dan tanggung jawab lembaga pimpinan lembaga pendidikan sangat
besar, bukan hanya menyangkut hubungan internal organisasi, tetapi juga menyangkut
hubungan eksternal organisasi. Oleh karena itu terjadi pendelegasian wewenang antar
pejabat yang awalnya didasarkan pada fungsi manajemen yaitu staffing, penempatan
karyawan, pemberian tugas dan tanggung jawab, serta wewenang yang berbeda-beda.
Pelimpahan wewenang tejadi antar pejabat karena beban tugas dan variasi kegiatan yang
sangat banyak. Misalnya wakil Dekan 1 tidak mungkin mengurus semua kegiatan akademik
hingga masalah pembuatan jadwal kuliah, pembagian kelas, dan pengaturan waktunya.

11
Wakil Dekan 1 akan melimpahkan wewenangnya kepada pejabat structural lainnya hingga
kepada staf-staf yang akan menangani hal-hal praktis tersebut.
Menurut Donald A. Laird dan Elanor, sebagaimana dikemukakan oleh Ike Kusydah,
pelimpahan wewenang dilaksanakan karena kondisi-kondisi berikut:
1. Delegate when leader and followers are mentally ready (apabila pimpinan dan
bawahan siap secara mental).
2. Delegate when a new worker is added to the team (apabila ada tambahan pegawai
baru).
3. Delegate when a subordinate leave (apabila ada bawahan yang berhenti).
4. Delegate when the enterprise or department is new (apabila organisasi atau satuan
organisasi baru).
5. Delegate when given new duty (apabila memberikan kewajiban-kewajiban baru).
6. Delegate when special events come up (apabila timbul peristiwa-peristiwa baru).
7. Delegate when promoted (apabila ada kenaikan pangkat).
8. Delegate when retirement approach (apabila pengunduran diri telah dekat).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan
pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa
(TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah
atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa
(SMALB), atau Sekolah Indonesia di Luar Negeri.
2. Kepala sekolah memiliki peranan sebagai edukator (pendidik), sebagai manajer, sebagai
administrator, sebagai supervisor, sebagai leader (pemimpin), sebagai innovator,
sebagai motivator.
3. Fungsi dari kepemimpinan adalah sebagai penentu arah, wakil dan juru bicara
organisasi, komunikator yang efektif, mediator, dan integrator.
4. Otoritas adalah kemungkinan dimana seseorang akan ditaati atas dasar suatu
kepercayaan akan gelitimasi haknya untuk mempengaruhi. Otoritas hamper mirip
dengan kekuasaan.
5. Dalam lembaga pendidikan, persoalaan otoritas dan pelimpahan otoritas sangat penting
karena tugas dan tanggung jawab lembaga pimpinan lembaga pendidikan sangat besar,
bukan hanya menyangkut hubungan internal organisasi, tetapi juga menyangkut
hubungan eksternal organisasi. Oleh karena itu terjadi pendelegasian wewenang antar
pejabat.
B. Saran
Untuk menjadi pemimpin atau kepala sekolah yang baik, haruslah memiliki jiwa
demokrasi yang tinggi dan tetap berpegang pada peraturan dan tidak menyalah gunakan
wewenang dengan otoritas yang dimiliki. Sebaiknya, kepala sekolah atau pemimpin selalu
mengedepankan kepentingan bersama, dan bukan mementingkan kepentingan pribadi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Aedi Nur.2016.Dasar-Dasar Manajemen Pendidikana.Yogyakarta:Gosyen Publishing.
Ahmadi, Abu, et.al. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 57. Diakses pada
tanggal 11 september 2019, pukul 23:02 wib.
Ambarita,Alben.2015.Kepemimpinan Kepala Sekolah.Yogyakarta:GRAHA ILMU.
Arikunto, Suharsimi,dkk.2017.Manajemen Pendidikan.Sleman:GRAHA CENDEKIA.
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Reneka Cipta, 2010), hal. 80. Diakses pada
tanggal 11 september 2019 pada pukul 20.47 wib.
Dwiwibawa,dkk.2008.Siap Jadi Pemimpin? Latihan Dasar
Kepemimpinan.Yogyakarta:Penerbit KANISIUS.
E. Mulyasa, Menejemen Berbasis Sekolah, (Bandung:Rosdakarya, 2004), hal.126. Diakses
pada tanggal 11 september 2019, pukul 22:17 wib.
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta: Perum Balai Pustaka,
1988 hal. 420 dan 796. Diakses pada tanggal 11 september 2019 pukul 19:30
Kempa, Rudolf.2015.Kepemimpinan KEPALA SEKOLAH.Yogyakarta:Ombak(anggota
IKAPI)
Mulyasa, E., 2013.Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rodaskarya, hlm.
97. Diakses pada tanggal 11 september 2019, pukul 23:14 wib.
Nur Aedi, Pengawsan Pendidikan: Tinjauan Teoritik dan Praktik, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2014, hlm. 258. Diakses pada tanggal 12 september 2019 pukul 08:57 wib.
Pananrangi, Andi Rasyid.2017.Manajemen Pendidikan.Makassar:Media Perkasa.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah...,hal.81. Diakses pada tanggal 11 september
2019 pukul 19:47 wib

14

Anda mungkin juga menyukai