Pada hari ini hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2019 telah dipresentasikan portofolio
oleh:
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping Pendamping
Disusun Oleh:
Dr.Lilia Muspida
Pendamping:
Dr.Maryatul Aini
Dr. Debby
Disusun oleh:
dr.Lilia Muspida
Pendamping :
dr. Maryatul Aini
dr. Debby
Telah diterima sebagai syarat untuk mengikuti program dokter internship periode
November 2018 – November 2019 di RS Bhayangkara Tk III Polda Bengkulu.
Pembimbing, Pembimbing,
DaftarPustaka
1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, DwiPutroWidododanSofwan Ismail. 2006.
KonsensusPenatalaksanaanKejangDemam. BadanPenerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. KejangDemam di
StandarPelayananMedisKesehatanAnak.Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak
2. FKUI. Jakarta.
Hasil Pembelajaran
1. Penegakan diagnosis Kejang Demam Kompleks
2. Tatalaksana Kejang Demam Kompleks
1. Subjektif
Keluhan utama:
Kejang sejak 2 jam SMRS
Riwayat perjalanan penyakit:
2 jam SMRS, Pasien datang dengan keluhan kejang yang dirasakan
tibatiba pada seluruh tubuh, kedua tangan mengepal, kaki kaku, mata
mendelik ke atas. Kejang berlangsung kurang lebih 5 menit. Setelah kejang
pasien sadar, dan menangis. Setelah kurang lebih 30 menit, pasien kejang
kembali dengan gerakan yang sama, berlangsung kurang lebih 10 menit.
Setelah kejang, pasien sadar dan menangis.
1 hari SMRS, ibu pasien mengatakan anaknya mengalami demam
yang tinggi. Demam dirasakan pada sore dan malam hari. BAK dan BAK
normal.
Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat kejang disangkal
Riwayat penyakit di keluarga:
Tidak ada keluarga yang punya penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.
Riwayat Kehamilan :
Pemeriksaan di : Bidan
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 2600 gram dan panjang 49
cm, lahir spontan, langsung menangis kuat, usia kehamilan 39 minggu.
Riwayat Postnatal
Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
Polio 2 hari 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan - - -
Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan -
Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai Depkes
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Bahasa
Motorik halus
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
1. Usia 0-6 bulan : ASI. Frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis dan tampak kehausan, sehari biasanya lebih dari 8 kali
dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
2. Usia 6-8 bulan :bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/papaya
sekali sehari satu potong (sianghari).
3. Usia 8-12 bulan:nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk telur/tempe, diselingi dengan ASI jika
bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.
Kesan : kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat alergi:
Tidak ada
2. Objektif
Keadaan umum: tampak sakit sedang,
Kesadaran: compos mentis.
Tanda vital :
- HR (Nadi) : 165x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- RR (LajuNafas) : 24x/menit
- Suhu : 39,0oC
- Status gizi : cukup
- SpO2 : 98 %
- BB : 14 kg
Status generalis
- Kepala : normocephali, rambut hitam sukar dicabut, distribusi
merata,
- Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-),sclera ikterik
(-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
- Hidung :epistaksis (-/-), discharge (-), septum deviasi (-)
Nafas cuping hidung(-)
- Telinga : discharge (-/-)
- Bibir : sianosis(-),sariawan (-), kering (-)
- Tenggorokan : faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : simetris, pembesarankelenjarlimfe (-)
- Thoraks : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
- Cor : Iktus kordis tidak tampak, Iktus kordis tidak kuat
angkat, Batas jantung kesan tidak membesar, BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
- Abdomen : dinding dada setinggi dinding perut,peristaltik (+)
meningkat, tympani, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kembali cepat.
- Urogenital : dalam batas normal
- Ekstremitas : Superior Inferior
Akralhangat (+/+) (+/+)
Edema (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Ptekie (-/-) (-/-)
A. STATUS NEUROLOGIS
Motorik : Koordinasi baik, kekuatan
ReflekFisiologis : +/+
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
- Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hemoglobin 10,4 12.0 – 14.0 g/dl
Leukosit 9.900 3200-10000
Hitungjenisleukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 0 2-6 %
Segmen 91 50-70 %
Limposit 2 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
Eritrosit 4,1
Hematokrit 31%
Trombosit 187.000 > 150 ribu/mm2
Salmonella typhi H 1/320 Negative
Salmonella typhi O 1/320 Negative
3. Assessment
A. KLASIFIKASI
B. MANIFESTASI KLINIS
C. TATALAKSANA
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena
adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal.
Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan
lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.5
Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti
diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien
harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam
sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.5
Diagnosis
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yaitu ibu
pasien mengatakan pasien kejang sejak 2 jam SMRS. Frekuensi kejang yang
dialami 2 kali. Durasi kejang yang pertama 5 menit. Durasi kejang kedua 10
menit. Setelah kejang pasien sadar dan menangis. Pasien juga mengeluh
demam tinggi sejak 1 hari. Sesak napas. Pasien juga mengeluh sesak
semakin memberat sejak 1 hari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya
peningkatan suhu tubuh 39,0 C dan peningkatan denyut jantung 165x/
menit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan widal typhi H dan O
1/320. Diagnosis ditegakkan dari klasifikasi kejang demam.
Diagnosis kerja : Kejang demam kompleks
Diagnosis Banding : Status Epileptikus
- Plan
Non Operatif
Non Farmakologi
- O 2 l/m
Farmakologi
- IVFD Kaen 1B gtt 12x/m makro
- Propiretik 160 mg Supp
- Inj. Dexamethason 1,5 mg
- Stesolid 10 mg Suppbilakejang
- Inj. Ceftriaxone 1 x 750 mg ST