Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN STRATEGI PELAKSANAAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Harga Diri Rendah Kronis

2. Definisi
1) Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
2) Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung (Schult dan Videbeck, 1998).
3) Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
marasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Berbagai faktor menunjang terjadinya terjadinya perubahan dalam konsep-diri
seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima menjelang dewasa awal sering
gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan, atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan,
atau menjadi narapidana, sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di
rumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan
penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan
yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan
petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat.
Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin
meningkat saat dirawat.
Baik faktor perdisposisi maupun presipitasi di atas bila telah memengaruhi
seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak, maka dianggap telah
memengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme
koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi
lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan
untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi
sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga
dapat muncul resiko perilaku kekerasan.

4. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri.
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Selera makan berkurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.
5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang Dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Harga diri rendah kronis Subjektif:
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau berkerja
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi, berhias, makan, atau toileting)
Objektif:
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis
 Tidak menerima pujian
 Menurunkan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapi
 Berkurangnya selera makan
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara lemah

B. Pohon Masalah (gambaran pohon masalah)


Resiko tinggi (Risti) Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif

6. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah Kronis
7. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
 Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan.
c. Membatu klien menetukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien.
d. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
f. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih kemampuan keduanya.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal harian.
 Tindakan keperawatan untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut utuk membantu klien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki.
1) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini setelah mengalami bencana.
2) Bantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan terhadap
kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.
3) Perlihatkan respons yang konduktif dan jadilah pendengar yang aktif.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan pilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
2) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan
bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan
contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan
penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari klien.
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih klien yang akan dilatih.
2) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan klien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.
e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan.
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
1) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilakukan.
2) Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang dapat
dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
4) Menyusun daftar setiap aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien
dan keluarga.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah melaksanakan kegiatan.
6) Yakikan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
oleh klien.
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga.
 Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
a. Melatih keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien harga diri
rendah.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga
diri rendah.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat.
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
 Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri; harga diri rendah kronis.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis.
e. Demostrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah kronis.
f. Bantu klien menyusun rencana kegiatan klien di rumah.

8. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


a. Orientasi
“Assalamualaikum. Selamat pagi mbak A. Saya suster… panggil saja suster…
saya mahasiswa dari Universitas Tanjungpura, saya yang akan bertugas disini
dari jam 08.00-12.00 siang nanti. Apa benar dengan Mbak A? Senangnya di
panggil apa? Apa saya boleh tahu, apa yang menyebabkan mbak A dibawa ke
sini? Apakah mbak A masih mengingatnya. Bagaiamana kalau kita
membicarakan tentang alasan mbak A tidak mau bergaul dengan orang lain dan
terus menyendiri saja? Dimana kita boleh membicarakannya? Bagaimana kalau
di luar saja? Berapa lama? 20 menit saja cukup ya mbak?”
b. Kerja
“Coba Mbak A ceritakan apa yang menyebabkan Mbak A tidak mau bergaul
dengan orang lain? Apa yang menyebabkan Mbak A merasa takut untuk memulai
suatu pembicaraan? Apa yang menyebabkan Mbak A merasa sangat tidak
berguna?” “Bagaimana dengan kemampuan lain seperti menyanyi? (Jika klien
mengangguk). Nah apa saja coba ceritakan ke suster. Bagus apalagi? Saya buat
daftarnya ya. Apalagi kegiatan lain? Bersih-bersih halaman misalnya atau
mengaji? Wah bagus sekali ada 3 kemampuan yang dimiliki Mbak A.”
“Nah dari ketiga kemampuan ini yang mana yang masih bisa di lakukan di rumah
sakit. Nah bagus, sepertinya ketiganya bisa Mbak A lakukan di rumah sakit.
Sekarang kita coba latih kemampuan Mbak A membaca Al-Quran. Apa mbak
pernah mengaji saat di rumah sakit ini. Bagus sekali. Biasanya Al-Qurannya
dapat dari mana mbak? Baiklah sekarang suster pinjamkan Al-Quran dan coba
Mbak A pilih ayat mana yang akan dibaca. Bagus sekali bacaan Mbak A,
pembacaan hurufnya juga tepat. Sekarang coba dilanjutkan ke ayat berikutnya.
Nah sekarang kita sudah selesai membaca Al-Quran. Kita tutup ya Al-
Qurannya.”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan Mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan mengaji
tadi?”
“Ternyata masih banyak kemampuan Mbak A yang bisa dilakukan di rumah sakit
ini yang sudah Mbak A praktikan dengan baik sekali”.
“Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan ini di dalam jadwal harian Mbak A.
Menurut Mbak A jam berapa mau dimasukkan?
“Bagus sekali, berarti jam 05.30 setekah solat subuh dan 18.30 setelah solat
magrib ya.”
“Baiklah bagaiaman kalau 2 jam lagi saya datang dan kita melatih kemampuan
Mbak A yang kedua yaitu bersih-bersih halaman. Tempat bertemunya disini saja
ya Mbak A.”

9. Latihan Fase Orientasi, Kerja, dan Terminasi pada Setiap SP


Latihan 1. Mengkaji klien dengan harga diri rendah kronis.
a. Membina hubungan saling percaya
Orientasi:
“Assalamualaikum, perkenalkan saya suster… dari universitas ... apakah kita
bisa berkenalan? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit,
Dimana?”
Kerja:
“Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Adakah yang bapak/ibu pikirkan?
Bagaimana kalau bapak/ibu menceritakannya pada saya? Saya siap
mendengarnya!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang tadi? Baiklah kita ketemu
lagi minggu depan untuk berbincang-bincang tentang kemampuan dan aspek
positif yang masih dimiliki bapak/ibu? Bagaimana kalau jam 10.00 pagi di rumah
bapak/ibu?”
Setelah hubungan saling percaya terbina, tindakan yang dilakukan perawat
selanjutnya adalah mengkaji adanya masalah gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis. Berikut contohnya:

Orientasi:
“Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Sesuai dengan janji kita minggu yang
lalu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 20 menit, karena ada
beberapa hal yang akan ita diskusikan?”
Kerja:
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah menghadapi gempa dan tsunami? Apa
harapan bapak/ibu setelah mengalaminya? Bagaimana bapak/ibu dapat
mencapai keinginan atau harapan tersebut dengan adanya tsunami? Adakah
keinginan dan harapan bapak/ibu yang belum tercapai? Sejauh ini apa yang
bapak/ibu rasakan jika harapan atau keinginan tersebut tidak tercapai?”
Bagaimana pandangan orang lain dalam menilai bapak/ibu? Menurut bapak/ibu
apa kelebihan yang dimiliki dan bagaimana dengan kekurangan atau kelemahan
yang bapak/ibu rasakan?”
Terminasi:
“Baiklah kita sudah bicara tentang apa yang bapak/ibu rasakan, bagaimana
kalau minggu depan kita ketemu lagi untuk membicarakan beberapa kemampuan
positif atau kegiatan lain yang masih dapat dilakukan bapak/ibu?”

Latihan 2. Mendiskusikan kemampuaan dan aspek positif yamg masih dimiliki


klien.
Orientasi:
“Assalamualaikum, bagaimana kabar bapak/ibu hari ini? Bapak/ibu saya lihat
sudah lebih segar? Bagaimana kalau kita hari ini bercakap-cakap tentang
kegiatan yang bapak/ibu lakukan sehari-hari? Dimana? Bagaimana kalau 15
menit?”
Kerja:
“Apa saja kegiatan yang dapat bapak/ibu lakukan sehari-hari? Menurut
bapak/ibu kegiatan apa yang sebenarnya ingin bapak/ibu lakukan tetapi belum
dapat dilakukan saat ini? Dapatkan bapak/ibu menyebutkannya? Bagaimana
dengan kegiatan memasak atau merapikan rumah? Baik sekali pak/bu sudah
dapat menyebutkan kegiatan sehari-hari yang sebenarnya dapat bapak/ibu
lakukan.”
“Bagaimana tanggapan keluarga saat bapak/ibu melakukan kegiatan tersebut?
Bentuk dukungan apa yang bapak/ibu harapkan? Bagaimana perasaan bapak/ibu
dengan adanya dukungan dari keluarga? Ya, ternyata bapak/ibu harus bersyukur
keluarga sangat mendukung bapak atau ibu!”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang kegiatan
yang bapak/ibu masih dapat lakukan? Baiklah kita akan ketemu lagi minggu
depan untuk membicarakan tentang beberapa kegiatan lainnya yang dapat
dilakukan bapak/ibu pada waktu yang akan datang. Bagaimana kalau bertemu
jam 10.00 pagi?”
b. Membantu klien agar mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Perawat dapat melakukan tindakan sebagai berikut.
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
setelah mengalami bencana.
 Bantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien.
 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
Latihan 3. Membantu klien agar mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
Orientasi:
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini? Saya lihat bapak/ibu
hari ini sudah lebih segar. Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang
tentang kegiatan atau kemampuan positif pada bapak/ibu, yang sudah kita
bicarakan pada minggu yang lalu? Bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja:
“Bagaimana kegiatan bapak/ibu setiap hari mulai dari bangun pagi hingga
malam? Coba ceritakan apa saja yang dilakukan? Bagaimana persaannya
setalah bapak/ibu melakukan kegiatan tersebut? Baik sekali apa yang sudah
bapak/ibu lakukan! Menurut pendapat bapak/ibu apakah kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan kemampuan baik pada bapak/ibu? Apakah kemampuan
tersebut dimilki oleh semua orang? Adakah sebenarnya kegiatan yang masih
ingin bapak/ibu lakukan selain yang sudah dibicarakan tadi?”
“Baiklah dari beberapa kegiatan tersebut manakah yang dirasakan lebih
nyaman bagi bapak/ibu untuk mengerjakannya? Menurut pendapat bapak/ibu
adakah bantuan yang diharapkan dari keluarga? Dapatkah bapak/ibu
menceritakan adanya faktor pendukung atau mungkin penghambat dalam
melakukan kegiatan tersebut?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya? Ternyata banyak kegiatan yang dapat dilakukan
bapak/ibu. Bagaimana kalau kita bertemu kembali minggu depan untuk
membicarakan bagaimana bapak/ibu dapat memilih beberapa kegiatan yang
sudah bapak/ibu kemukakan tadi?”
c. Membantu klien agar mampu memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
 Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari
 Bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri,
mana aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas apa
saja yang memerlukan bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
klien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien.
Lakukan penyusunan jadwal bersama klien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari klien.

Latihan 4. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan yang
sesuai dengan kemampuan.
Orientasi:
“Assalamualaikum, bagaiamana perasaannya hari ini? Bapak/ibu terlihat lebih
segar, bagaimana kalau kita lanjutkan perbincangan kita tentang kegiatan
sehari-hari yang dapat bapak/ibu lakukan? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Bagaimana kalau 20 menit, bersedia?”
Kerja:
“Bagaiamana kalau bapak/inu kembali menyebutkan apa saja kegiatan yang
bapak/ibu lakukan? Bagaimana kalau dari 10 kegiatan tersebut bapak/ibu
tetapkan yang akan bapak/ibu lakukan dahulu? Bagaimana jika 5 kegiatan yang
ini dulu? Merapikan tempat tidur, saya lihat sudah mulai bapak/ibu lakukan
sendiri atau mungkin kegiatan lain yang ingin bapak/ibu yang ingin dipilih
Bapak/Ibu? Manakah kegiatan yang perlu dibantu keluaarga? Baik sekali apa
yang sudah Bapak/Ibu tetapkan sebagai kegiatan yang akan dilakukan!”
Terminasi:
“Baiklah kita akan lanjut bincang-bincang ini pada minggu depan dengan mulai
melatih 5 kegiatan tadi, bagaiman pak/bu, setuju? Bagaimana kalau waktunya 25
menit karena nanti kita akan latihan?”
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
 Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (telah dipilih
klien sebelumnya) yang akan dilatihkan.
 Bersama klien dan keluarga mendemontrasikan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan klien.
 Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang diperlihatkan
klien.

Latihan 5. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan
Orientasi:
“Selamat pagi pak/bu? Bagaimana keadaannya pagi ini? Bagaiman kalau hari
ini kita latihan kegiatan yang sudah Bapak/Ibu tetapkan minggu lalu?
Bagaimana kalau kita berlatih di ruang makan atau di dapur?”
Kerja;
“Menurut bapak/ibu, kita akan melakukan latihan yang mana dulu dari 5
kegiatan ini bagaiamana kalau 2 kegiatan terlebih dahulu? Bagaimana kalau
bapak/ibu menyebutkan 1 kegiatan beserta langkah-langkahnya, dan begitu
selanjutnya. Bagaimana kalau bapak/ibu yang menyebutkannya dan saya bantu
mencatat. Baik! Ternyata cukup banyak langkah-langkah kegiatan yang
bapak/ibu masih ingat.
“Coba bagaiamana kalau bapak/ibu demonstrasikan kegiatan pertama ini!
Bagus, sudah baik apa yang bapak/ibu lakukan! Baiklah bagaimana kalau
dicoba latihan kegiatan kedua setelah bapak/ibu istirahat dulu.”

Terminasi:
“Bagaimana pak/bu perasaannya setelah melakukan kegiatan tadi? Baiklah
pak/bu bagaimana kalau kita ketemu rabu depan, jam 10.00 pagi? Kita lanjutkan
percakapan tentang rencana kegiatan dan latihan kegiatan lainnya.”
e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan
hal berikut
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
 Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivtas.
 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga.
 Berikan kesempatan menungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan.
 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.

Latihan 6. Membantu klien merencanakan kegiatan yang sudah dilatihkan


Orientasi:
“Selamat pagi pak/bu? Bagaiamana keadaannya pagi ini? Bapak/ibu hari ini
terlihat segar. Bagaimana kalau hari ini kita melanjutkan diskusi kemarin
tentang jadwal rencana kegiatan yang sudah bapak/ibu latihkan? Bersediakah
bapak/ibu jika kita melakukaknnya selama 20 menit? Bapak/ibu ingin kita
berdiskusi dimana?”
Kerja:
“Bagaimana kalau bapak/ibu menyebutkan dan saya bantu mencatat, Baik!
Ternyata cukup banyak aktivitas yang bapak/ibu lakukan! Bagaimana kalau
kegiatan ini bapak/ibu lakukan dengan melengkapinya seperti ini (memberi
contoh/mendemonstrasikannya). Baiklah pak/bu sudah ada daftar aktivitas yang
bapak/ibu dapat lakukan. Sepertinya bapak/ibu terlihat bersemangat ingin
segera memulainya.
Bagaimana kalau kita mendiskusikan daftar kegiatan ini dengan keluarga?
Baiklah kelihatannya bapak/ibu sudah siap untuk melaksanakannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak/ibu dengan tersusunnya beberapa kegiatan ini?
Baiklah kita akan bertemu lagi minggu depan untuk melanjutkan pembicaraan
kita tentang beberapa kegiatan lainnya yang dapat dilakukan bapak/ibu pada
waktu yang akan datang. Bersediakah pak/bu? Bagaimana kalau bertemu jam
10.00 pagi?”

10. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah, dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Fitria, Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai