Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). ASN
diangkat oleh petugas pembina kepegawaian, diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan pasal (10) UU No.5 tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, Pegawai ASN berfungsi sebagai :1) Pelaksana
kebijakan publik; 2) Pelayan publik; dan 3) Perekat dan pemersatu
bangsa. Fungsi-fungsi ASN ini harus dilakukan dengan penuh
tanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Dalam menjalankan fungsinya, seorang ASN harus selalu memegang
teguh dan mengamalkan nilai-nilai dasar ANEKA yang meliputi
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti
korupsi. ASN juga mempunyai kedudukan peran yaitu : 1) Manajemen
ASN; 2) Whole of government; 3) Pelayanan Publik.
Untuk dapat membentuk sosok ASN yang mampu mengerti
tugas pokok dan fungsi sesuai kode etik, nilai dasar, dan kode perilaku
ASN yang diaktualisasikan kedalam tindakan sehari hari maka perlu
dilaksanakan pembinaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan
(diklat). Dasar penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS adalah
mengacu pada UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
dan PP No. 11 tahun 2017 tentang manajemen ASN.
Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara
(LAN), nomor 12 tahun 2018 tentang pedoman penyelenggaraan
diklat latsar CPNS golongan III, pelaksaan diklat menggunakan sistem
baru yaitu memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal.

1
Pembelajaran klasikal bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai dasar
ASN, yakni ANEKA, sedangkan pembelajaran non klasikal
dilaksanakan di tempat kerja dengan tujuan agar peserta mampu
menginternalisasi, mengaktualisasi, dan membuat jadi kebiasaan
(habituasi).
Pada saat pembelajaran on class (clasical), disamping
diberikan materi dan diskusi tentang ANEKA, peserta pelatihan dasar
CPNS juga diminta untuk membuat rancangan aktualisasi dengan
mengangkat masalah (issu) yang berasal dari tempat kerja dan sesuai
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing -masing peserta. Rancangan
kegiatan kemudian dipaparkan didepan coach, mentor dan penguji.
Rancangan kegaiatan selanjutnya akan diaktualisasikan dan
dilaporkan dalam bentuk laporan aktualisasi. Hasil laporan aktualisasi
akan di ujikan kembali didepan coach, mentor dan penguji agar semua
aktualisasi yang telah diterapkan dalam proses diklat prajab ini
menjadi habitatuasi yang baik bagi peserta dalam menjalankan tugas
di tempat bekerja. Selain itu, dengan menerapkan nilai – nilai dasar
ANEKA, peserta dapat menjadi pelayan masyarakat yang lebih baik.
Penulis akan melakukan aktualisasi pada unit kerjanya yaitu
Puskesmas Miroto. Puskesmas Miroto adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab
menyelenggaraan pembangunan kesehatan di kota Semarang. Di
Puskesmas Miroto masih terdapat beberapa masalah diantaranya
belum optimalnya kegaiatan Posbindu PTM karena masih rendahnya
kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya preventif,
promotif Penyakit Tidak Menular. Selanjutnya masalah juga
didapatkan dari pelayanan lansia, hal ini dapat dilihat dari masih jadi
satunya antara pelayanan poli umum dengan lansia. Masalah
selanjutnya yaitu masih rendahnya capaian Pengelolaan Penyakit
Tidak Menular (Hipertensi dan DM ) di wilayah Puskemas Miroto,
belum optimalnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di

2
Puskesmas Miroto, serta masih rendahnya kesadaran masyarakat
untuk konseling gizi mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM).
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah besar di
masyarakat Indonesia sebab Penyakit Tidak Menular (PTM)
berdampak pada meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan disabilitas
di kalangan masyarakat. Berdasarkan data Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) mengalami
kenaikan signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013,
terutama prevalensi hipertensi yang mengalami kenaikan dari 25,8%
(Riskesdas 2013) menjadi 34,1 % (Riskesdas 2018) dan prevalensi
Diabtes Melitus naik dari 6,9% (Riskesdas 2013) menjadi 8,5%
(Riskesdas 2018). Sementara menurut Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Semarang tahun 2018, terdapat dua Penyakit Tidak
Menular yang paling banyak diderita oleh masyarakat Kota Semarang
yaitu Hipertensi (178.000 kasus) dan Diabetes Mellitus (60.516
kasus).
Data di Puskesmas Miroto menunjukkan bahwa Hipertensi
dan Diabetes Mellitus selalu masuk ke dalam daftar 10 besar penyakit
Puskesmas Miroto dan menjadi dua penyakit tidak menular terbanyak
sejak bulan Januari sampai September 2019. Data dari bulan Maret –
September didapati bahwa penderita hipertensi pada kelompok usia
15 tahun keatas mencapai 2455 kasus dan diabetes mellitus
mencapai 575 kasus. Pada bulan September 2019, terdapat 1 kasus
kematian ibu di Puskesmas Miroto akibat komplikasi hipertensi pada
ibu hamil. Hal ini membuat penulis memberi perhatian lebih pada
pengelolaan penyakit tidak menular secara komprehensif yang
melibatkan masyarakat dari upaya promotif, preventif dan kuratif.
Prinsip pengelolaan penyakit tidak menular dilakukan dengan
mengutamakan upaya preventif, promotif melalui berbagai kegiatan
edukasi pola hidup sehat dan pemeriksaan rutin, salah satunya
dengan kegiatan POSBINDU PTM. Kegiatan POSBINDU PTM

3
dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat itu sendiri. Kegiatan
POSBINDU PTM terdiri dari pencatatan, penimbangan BB/TB,
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboatorium, minimal
pemeriksaan gula darah. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya
promotif, preventif dari Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas
Miroto yang bekerjasama dengan masyarakat (kader, RT/RW,
kelurahan, kecamatan maupun institusi lain di wilayah kerja
Puskesmas Miroto).

B. Identifikasi Isu

Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi


beberapa isu yang ditemukan penulis dalam melaksanakan tugas
sebagai Dokter Umum di instansi tempat kerja, yaitu di UPTD
Puskesmas Miroto. Isu-isu ini bersumber dari prinsip-prinsip
kedudukan dan Peran Aparatur Sipil Negara dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yaitu Whole of Government (WOG), Pelayanan
Publik, dan Manajemen ASN.
Tabel 1.1 Identifikasi isu
Kondisi yang Kondisi yang
No Identifikasi
terjadi diharapkan

1 Kurang optimalnya Masih rendahnya Meningkatnya peran


kegiatan Posbindu kesadaran serta masyarakat
PTM dalam upaya masyarakat untuk untuk melakukan
pengelolaan Penyakit berperan aktif dalam upaya preventif,
Tidak Menular upaya preventif, promotif
Sumber isu : promotif Penyakit PenyakitTidak
Whole of Tidak Menular Menular
Government
2 Belum optimalnya Pelayanan lansia Terpisahnya
pelayanan kesehatan masih menjadi satu pelayanan poli lansia
pada lansia dengan poli umum dengan poli umum
Sumber isu :

4
Pelayanan Publik
3 Rendahnya capaian Capaian hipertensi Meningkatnya
pengelolaan Penyakit dan masih kurang capaian hipertensi
Tidak Menular dari target (46%) sesuai target (100%)
(Hipertens) di
Puskesmas Miroto
Sumber isu :
Pelayanan Publik
4 Belum optimalnya Belum terbentuknya Terbentuknya tim
upaya pencegahan tim Pencegahan dan Pencegahan dan
dan pengendalian Pengendalian Infeksi Pengendalian Infeksi
infeksi (PPI) di di Puskesmas Miroto di Puskesmas Miroto
Puskesmas Miroto
Sumber isu :
Pelayana Publik
5 Rendahnya kesadaran Pasien atau Pasien atau
masyarakat untuk masyarakat masyarakat bersedia
konseling gizi penderita PTM melakukan konseling
mengenai Penyakit kurang bersedia gizi pengelolaan
Tidak Menular melakukan konseling PTM
Sumber isu : gizi pengelolaan PTM
Pelayanan Publik

Berdasarkan uraian isu diatas, perlu dilakukan analisa untuk


memahami isu tersebut, maka diperlukan alat bantu penetapan
problematik isu dengan teknik A-P-K-L (aktual, problematic,
kekhalayakan, layak). Melalui teknik A-P-K-L tersebut akan muncul suatu
isu yang memenuhi kriteria aktual, problematik, kekhalayakan, dan
layak/kelayakan. Kemudian, setelah diperoleh hasil dari APKL, maka
akan dianalisis ke tahap selanjutnya yaitu USG. Tahap A-P-K-L terdiri
dari :
1. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan dalam masyarakat.

5
2. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komprehensif.
3. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak.
4. Layak artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Table 1.2 Analisis isu dengan APKL

Isu Aktual Problematik Khalayak Layak KET


NO
Kurang optimalnya
kegiatan Posbindu
PTM dalam upaya
1 + + + MS
pengelolaan +
Penyakit Tidak
Menular

Belum optimalnya
pelayanan
2 - - + TMS
kesehatan pada +
lansia

Rendahnya capaian
pengelolaan

3 Penyakit Tidak + - + TMS


+
Menular (Hipertensi)
di Puskesmas Miroto

Belum optimalnya
upaya pencegahan

4 dan pengendalian + + + MS
+
infeksi (PPI) di
Puskesmas Miroto

6
Rendahnya
kesadaran
masyarakat untuk
5 + + + MS
konseling gizi +
mengenai Penyakit
Tidak Menular

Keterangan: MS : Memenuhi Syarat,


TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Dari analisis tersebut, diambil 3 isu yang memenuhi syarat yaitu:

a. Kurang optimalnya kegiatan Posbindu PTM dalam upaya pengelolaan


Penyakit Tidak Menular
b. Belum optimalnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di
Puskesmas Miroto
c. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk konseling gizi mengenai
Penyakit Tidak Menular.

Beberapa isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan menggunakan


metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk mengetahui kualitas
isu. Analisis USG tersebut meliputi Urgency yaitu seberapa mendesak
suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti, Seriousness yaitu
seberapa serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan dan Growth didefinisikan sebagai seberapa besar
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani dengan segera.

Tabel 1.3 Analisis isu dengan metode USG


No Isu U S G Jumlah Prioritas
Kurang optimalnya kegiatan
Posbindu PTM dalam upaya
1 pengelolaan Penyakit Tidak 5 5 5 15 I

Menular

7
Belum optimalnya upaya
pencegahan dan
2 pengendalian infeksi (PPI) di 4 5 3 12 II

Puskesmas Miroto

Rendahnya kesadaran
masyarakat untuk konseling
3 gizi mengenai Penyakit Tidak 4 4 3 11 III

Menular

Keterangan:
U = Urgency
S = Seriousness
G = Growth
Skala Likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil,
1 = sangat kecil)

Berdasarkan hasil penilaian prioritas masalah menggunakan


metode USG, skor tertinggi diperoleh isu “Kurang Optimalnya
Kegiatan Posbindu PTM Dalam Upaya Pengelolaan Penyakit Tidak
Menular”. Masalah ini merupakan masalah prioritas yang akan
dibahas dalam laporan aktualisasi, degan terpilihnya isu yang menjadi
prioritas penyelesaian maka judul laporan aktualisasi ini diberi judul
“Optimalisasi Kegiatan Posbindu PTM di wilayah UPTD Puskesmas
Miroto”.

C. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan


Berdasarkan isu yang menjadi prioritas, apabila isu tersebut
tidak diselesaikan makan akan memberi dampak:
1. Kurang terdeteksinya peningkatan jumlah kasus penyakit tidak
menular di UPTD Puskesmas Miroto
2. Rendahya peran masyarakat untuk ikut menjaga kesehatan dan
mencegah dari terjadinya penyakit tidak menular

8
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Penyakit Tidak
Menular dan program Posbindu PTM
4. Meningkatnya angka kecacatan karana komplikasi penyakit
tidak menular
5. Meningkatnya angka kematian akibat penyakit tidak menular
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran identifikasi isu dan penetapan isu


diatas, rumusan masalah dalam laporan aktualisasi ini adalah
a. Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA dalam
pelaksanaan tugas/kegiatan di Puskesmas Miroto ?
b. Bagaimana upaya mengoptimalisasi kegiatan POSBINDU PTM di
Puskesmas Miroto?

E. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dari dilaksanakannya aktualisasi
ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menginternalisasi Nilai Dasar ASN Akuntabilitas,


Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi dalam
rangka optimalisasi kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas Miroto
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya promotif dan
preventif penyakit tidak menular melalui POSBINDU PTM
c. Menambah pengetahuan para kader mengenai cara pencegahan
dan pengelolaan PTM
d. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam pengelolaan PTM
F. Manfaat
1. Manfaat
a. Bagi peserta latsar
1) Dapat menerapkan nilai-nilai dasar ASN pada saat
menjalankan tugas di Puskesmas Miroto

9
2) Dapat merubah pola pikir sehingga menjadi individu yang
lebih professional, berkomitmen, beretika dan
berintegritas.
3) Sebagai tempat belajar mengembang tugas dan tanggung
jawab sebagai abdi masyarakat
b. Manfaat bagi unit kerja
1) Terwujudnya visi, misi unit kerja
2) Semakin optimalnya Puskesmas Miroto dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat baik di Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM)

10
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS
untuk menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan
jasmani dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan
kesamaptaan mental, dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS
harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan


negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam
konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara.
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.

11
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam
diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami
penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:

a. Cinta Tanah Air.


Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu
kita cintai. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-
budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.

b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.


Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap
kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian
antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun
internasional.

12
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.

d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.


Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara.

e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.


Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut
dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian
dari Siskamling dan membantu korban bencana.

2. Analisis Isu Kontemporer


Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,
2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan
masuknya kepentingan global ke dalam negeri dalam aspek
hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain sebagainya.

13
Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan
bernegara (wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara
pandang masyarakat dalam memahami pola kehidupan dan
budaya yang selama ini dipertahankan atau diwariskan secara
turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniatur dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk sikap
ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan
lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan faktor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya, perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa
Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal
juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa
dan bernegara (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal

14
Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS
mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal
yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut
diantaranya; bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya
narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi, proxy war. Isu-isu
diatas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu strategis kontemporer.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Pelatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada
beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan berita gosip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang
dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945
mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat
tentang pembelaan negara. Setiap CPNS sebagai bagian dari
warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama
untuk melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam
UUD Negara RI 1945 tersebut.
Unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta Tanah Air;


b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.

15
B. Nilai-Nilai Dasar ASN
Aparatur Sipil Negara memiliki beberapa Nilai-Nilai Dasar yang
harus dilaksanakan untuk melandasi semua sikap dan perilaku yang
dilakukan oleh seorang ASN. Nilai-Nilai Dasar ASN adalah sebagai
berikut:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya.
Indikator Nilai-Nilai Akuntabilitas :

a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke


bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

16
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. Nasionalisme yang kuat maka setiap ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara.
Indikator Nilai-Nilai Nasionalisme :

a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan YME menjadikan Indonesia sebagai negara
yang tidak membatasi agama dalam ruang privat. Nilai-nilai
ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan
yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi
keadilan dan persaudaraan.

b. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-
nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara
menjalankan fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia


Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki
satu nyawa, satu akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat

17
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang
membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup
bersama.

d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi.
Fungsi pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa
menjadi ajang memperjuangkan asprasi beragam golongan yang
ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan
bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu
golongan atau perorangan.

e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri
bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi
masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukanperbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal
yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut.
Indikator Nilai-Nilai Etika Publik:

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.


b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian

18
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab
pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar
dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Indikator Nilai-Nilai Komitmen Mutu:

a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai
dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja.

19
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas
dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.

c. Inovasi
Inovasi adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter sebagai PNS yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.

5. Anti Korupsi
Pada kebijakan hukum di Indonesia korupsi telah diidentifikasi
sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) sehingga seluruh
PNS harus mengembangkan sikap anti korupsi. Bahkan tidak hanya
korupsi yang identik dengan kerugian keuangan negara, korupsi
waktu, gratifikasi, mengharapkan pamrih dalam bekerja dan
melakukan diskriminasi pelayanan publik harus menjadi perhatian
utama dalam sikap anti korupsi yang perlu dikembangkan.

20
Indikator Nilai-Nilai Etika Publik:

a. Jujur f. Kerja Keras


b. Peduli g. Sederhana
c. Mandiri h. Berani
d. Disiplin i. Adil
e. Tanggung Jawab

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI yang terdiri dari 3 sub
materi, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Whole Of Government (WOG)


WoG adalah model pendekatan integratif fungsional satu atap
yang dewasa ini menjadi opsi alternatif dalam menyelesaikan
masalah-masalah rumit (wicked problems) abad 21. Guncangan
globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di
berbagai sektor kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi
pasar bebas di sektor ekonomi dan lain-lain yang sulit diatasi dengan
cara dan pendekatan biasa (in the box) membuat WoG menjadi
keniscayaan yang tidak terhindarkan. Salah satu bentuk penerapan
WoG disektor pelayanan publik adalah e-government.
E-government adalah salah satu faktor pendorong strategis
(strategic enabler) yang memungkinkan WoG dapat dilaksanakan,
karena peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring
kerja (network) kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter
agensi/instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang
ditopang oleh e-goverment berpotensi menjadi tuas pengungkit
(leverage) bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sosial
dan lingkungan, termasuk didalamnya pelayanan publik.
Berdasarkan hal itu, maka e-government harus dilaksanakan di
berbagai level pelayanan publik.

21
Model pendekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang
meliputi kekurangan dan hambatan (barrier) sehingga menyebabkan
WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti ditengah jalan dan pada
akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-kekurangan WoG
adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu
cocok dengan wicked problems yang akan ditangani, dan hasilnya
sulit diukur. Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat
menjadi dorongan untuk kembali ke cara lama. Hambatan WoG
terutama disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas yang
tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat
tercipta kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang
rendah.
Pada sektor pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang
tidak jelas atau minim ini menjadi faktor kunci timbulnya korupsi di
sektor publik (Samuel Paul,2012:4 dalam Loura Hardjaloka,
2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki
unsur-unsur utama yang menunjang timbulnya korupsi yaitu:
monopoli, diskresi dan akuntabilitas yang 5 tidak jelas. Pemerintah
memiliki monopoli kewenangan atau kekuasaan untuk mengakses
sumber daya alam, sumber daya manusia dan membuat peraturan
perundang-undangan.
Monopoli membuka peluang transaksional bagi perdagangan
akses perijinan dengan imbalan suap atau gratifikasi. Lebih lanjut,
pemerintah memiliki kewenangan atau kekuasaan diskresi yang
dapat dimanfaatkan untuk memberikan akses atau hak istimewa
tertentu kepada pihak yang dapat memberikan imbalan atau suap.
Terakhir, unsur lemah atau tidak jelasnya akuntabilitas akan menjadi
faktor yang memungkinkan terjadinya korupsi.
Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam
rumusan berikut (Loura Hardjaloka, 2014: 436):

22
KORUPSI = MONOPOLI + DISKRESI – AKUNTABILITAS

2. Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)


Manajemen ASN (Aparatur Sipil Negara) adalah pengelolaan
ASN (Aparatur Sipil Negara) untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penyelenggaraan manajemen ASN dilakukan berdasarkan
asas:
a. kepastian hukum; h. efektif dan efisien;
b. profesionalitas; i. keterbukaan;
c. proporsionalitas; j. non-diskriminasi;
d. keterpaduan; k. persatuan dan kesatuan;
e. delegasi; l. keadilan dan kesetaraan; dan
f. netralitas; m. kesejahteraan.
g. akuntabilitas;
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip:

a. nilai dasar;
b. kode etik;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
meliputi:

a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila;

23
b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif;
g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program Pemerintah;
j. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
n. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

3. Pelayanan Publik
Berdasarkan UU No. 25 tahun 2009, Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas jasa,
barang, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara nomor 81 tahun 1993, kinerja organisasi publik dalam
memberikan pelayanan publik dapat dilihat indikatornya sebagai
berikut :

24
a. Kesederhanaan,
Prosedur yang harus didesign sedemikian rupa, sehingga
penyelenggara layanan publik menjadi mudah, lancar, cepat, tidak
berbelit belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara,


Khususnya mengenai biaya layanan, cara pembayaran,
jadwal waktu, pejabat yang berwenang dan tanggung jawab
pemberi layanan publik.

c. Keamanan,
Usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pelanggan
dari bahaya, resiko dan keragu raguan. Proses dan hasil
pelayanan publik dapat memberikan keamanan dan kenyamanan
serta memberikan kepastian hukum.

d. Keterbukaan,
Pelanggan dapat mengetahui seluruh informasi yang
mereka butuhkan secara mudah dan jelas yang meliputi informasi
tata cara persyaratan, waktu penyelesaian, biaya dan lain-lain.

e. Efesien,
Persyaratan layanan publik hanya dibatasi pada hal-hal
yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan,
dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan
dan produk layanan publik yang diberikan. Disamping itu juga
harus dicegah adanya pengulangan yang tidak perlu, terutama
tentang persyaratan administratif.

f. Ekonomis,
Pengenaan biaya pelayanan ditetapkan secara wajar,
dengan memperhatikan nilai barang dan jasa dan dengan
kemampuan pelanggan untuk membayar.

25
g. Keadilan,
Keadilan yang merata meliputi cakupan dan jangkauan
layanan publik harus diusahakan seluas mungkin dengan
distribusi yang diperlakukan secara adil.

h. Ketepatan waktu,
Pelaksanaan layanan publik dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
D. Landasan Teori Kegiatan
1. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM), dikenal juga sebagai penyakit
kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Perkembangan penyakit
tidak menular umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang
panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular
di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler,
kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan cedera.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18
tahun keatas meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% dan Diabetes
Mellitus naik dari 6,9% (Riskesdas 2013) menjadi 8,5% (Riskesdas
2018).
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi
ancaman yang serius dalam pembangunan, karena mengancam
pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu dikembangkan model
pengendalian PTM berbasis masyarakat melalui Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam
upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan
berkesinambungan. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya
dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di
masyarakat dapat ditekan

26
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM
yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti
secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan
dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan
tindak kekerasan.
2. Pelaksanaan POSBINDU PTM
 Sasaran = a. Setiap warga negara berusia 15 tahun keatas di
suatu desa / kelurahan / institusi. b. Sasaran pemeriksaan gula
darah adalah setiap warga negara berusia 40 tahun ke atas atau
kurang dari 40 tahun yang memiliki faktor risiko obesitas dan
atau hipertensi.
 Waktu = Penyelenggaraan Posbindu PTM dapat
diselenggarakan dalam sebulan sekali. Hari dan waktu yang
dipilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat saja disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
 Tempat = Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi
yang mudah dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu PTM
dapat dilaksanakan di salah satu rumah warga, balai
desa/kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu ruang
perkantoran/klinik perusahaan, ruangan khusus di sekolah,
salah satu ruangan di dalam lingkungan tempat ibadah, atau
tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara
swadaya.

27
 Kegiatan POSBINDU = Pengukuran tekanan darah, pengukuran
gula darah, pengukuran indeks massa tubuh, wawancara
perilaku berisiko dan edukasi perilaku gaya hidup sehat
 Pelaksanaan Kegiatan Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5
tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja, namun dalam
situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama.

Gambar 2.1 Alur 5 meja pelaksanaan Posbindu PTM

28
BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi

1. Sejarah Organisasi
UPTD Puskesmas Miroto merupakan salah satu Puskesmas
non perawatan yang menempati lokasi di Jalan Taman Seteran Barat
No. 3 RT4/RW5 Kecamatan Semarang Tengah dengan luas tanah
900m² dan luas bangunan 400m² dengan luas wilayah kerja 276,472
Ha.
Batas wilayah adminstratif UPTD Puskesmas Miroto :
Sebelah Utara : Jl. Petempen dan Jl. Mataram
Sebelah Selatan : Jl. Pandanaran dan Jl. A. Yani
Sebelah Barat : Jl. Pemuda
Sebelah Timur : Jl. MT. Haryono
Ketinggian UPTD Puskesmas Miroto 3,49 m diatas permukaan laut.

2. Visi dan Misi Organisasi


a. Visi
Menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang
hebat, menuju masyarakat Kecamatan Semarang Tengah yang
sejahtera

b. Misi
1) Meningkatkan tata kelola manajemen dan sistem informasi
kesehatan berbasis teknologi tepat guna.
2) Memberikan kualitas pelayanan yang prima, merata, dan
terjangkau bagi masyarakat.
3) Memberdayakan individu, keluarga, kelompok masyarakat
untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat

29
3. Tata Nilai Organisasi
Tata nilai yang menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas di
UPTD Puskesmas Miroto adalah SIAP, yang mengandung makna :

a. STANDAR
Melaksanakan pekerjaan sesuai SOP yang berlaku

b. INOVATIF
Berusaha untuk selalu berkembang dan menjadi lebih baik

c. AKUNTABILITAS
Hasil pekerjaan yang dapat dipertanggung jawabkan

d. PROFESIONAL
Melaksanakan pekerjaan sesuai kompetensi

4. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Unit Kerja


a. Tugas Pokok Unit Kerja
Puskesmas mempunyai kewajiban melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.

b. Fungsi Unit Kerja


Puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya


2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

30
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Miroto

KEPALA PUSKESMAS

Dien Hasana, SKM Ka. Sub. Bag Tata Usaha


Sugiyatun

Pelayanan & Perencanaan Keuangan Administrasi / Umum

Eka Sari Puji Astuti, SKM Asih Saptaningtyas, A.Md. Ak Anita Dewi Pujiastuti, A.Md

Penanggungjawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium Penanggung Jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Penanggung Jawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan
dr. Ekoretno Budiadi Purmina Suryani, Amd. Keb
Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BP Umum Eka Sari Puji Astuti, SKM


Gizi KESLING
dr. Ekoretno Budiadi
Iftiyani, S. Gz Eka Sari Puji Astuti, SKM
Jejaring
dr. Syifa Dian Firmanita
Eka Sari Puji Astuti, SKM
P2P
Farmasi Promkes
Sri Puji Lestari, Amd. Kep
Herlina Pratiwi, A. Md. Farm Nur Fatimah, SKM
Edo Seyabudi, Amd. Kep Apotik Bidan/ Klinik Pusling/
Andre Denny Prasetyo, A.Md. Farm
KIA / KB Dokter pustu
PERKESMAS
Laboratorium
dr. Fresadita Nora Khotima
Tri Utami, Amd. Kep
Asih Saptaningtyas, A.Md. Ak
Purmina Suryani, Amd. Keb
Dwi Astuti, Skep
Silviyana Dewi, A. Md. Ak
Witik Retnaningsih, Amd. Keb

BP. TINGGI Nur Aisyiyah Novitasari, Amd. Keb

drg. Christina Eny Rahayu

Setyorini, A.Md

31
5. Wilayah Kerja
Puskesmas Miroto melayani 6 wilayah kelurahan, yaitu :

 Kelurahan Miroto
 Kelurahan Pekunden
 Kelurahan Jagalan
 Kelurahan Gabahan
 Kelurahan Brumbungan
 Kelurahan Karang Kidul

Gambar 3.2 Peta Wilayah Puskesmas Miroto

B. Tugas Jabatan Peserta Diklat


Jabatan peserta diklat adalah sebagai calon dokter.
Berdasarkan SKP Tahunan yang telah ditetapkan ada beberapa tugas
pokok dan fungsinya antara lain adalah:

1. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang kesehatan dan


memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
2. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama
3. Melakukan tindakan khusus oleh dokter umum tingkat
sederhana
4. Melakukan tindakan darurat medik / P3K tingkat sederhana
5. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu
6. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
7. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak

32
8. Melakukan pelayanan KB
9. Melakukan pelayanan imunisasi
10. Melakukan penyuluhan medik
11. Membuat catatan medik pasien rawat jalan
12. Melayani atau menerima konsultasi dari luar
13. Menguji kesehatan individu
14. Membantu dlm kegiatan kesehatan

C. Role Model

Gambar 3. 3 dr. Soeko Marsetiyo


Dokter Soeko Marsetiyo adalah seorang dokter umum yang
bersedia mengabdikan diri selama hidupya di pedalaman Papua. Sejak
muda sampai usia nya yang ke 53 tahun dr. Soeko masih aktif melayani
masyarakat disalah satu rumah sakit di Wamena hingga beliau
meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Wamena 23 September
2019 lalu.
Dokter Soeko Marsetiyo merupakan dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Awal mula beliau
bertugas di Papua karena dr. Soeko harus mengikuti kegiatan masa
bakti PTT setelah lulus dari Fakultas Kedokteran selama 2 tahun.
Setelah masa bakti PTT selesai, dokter Soeko memilih untuk terus
bertugas di Papua dengan alasan ingin berbuat sesuatu untuk
masyarakat yang terpencil di Papua. Banyak sanak keluarga dan teman

33
sejawat yang membujuk dr.Soeko untuk pulang ke kota karena beliau
telah terlalu lama bertugas di pedalaman, namun beliau selalu berkata
“Kalau di Semarang (kota) itu sudah banyak dokter, kalau disana tidak
ada gunanya,sudah banyak orang pintar. Kalau disini (Papua),mereka
masih butuh dokter seperti saya”
Selama 15 tahun bertugas di Papua, dokter Soeko sudah sering
berpindah pindah tempat, dan yang terakhir di Tolikara. Namun meski
bertugas di Tolikara, beliau tidak jarang melakukan pemeriksaan ke
Wamena hingga beliau menjadi salah satu korban demo anarkis
Wamena. Sepanjang pengabdiannya sebagai dokter di wilayah
terpencil, dr.Soeko lebih sering bertugas di Puskesmas di daerah
terpencil di Tolikara sehingga beliau memang terkenal dekat dan sangat
disayangi masyarakat. Penulis berharap dapat mencontoh dan
meneladani beliau dalam bekerja sebagai pelayan masyarakat di
Puskesmas Miroto Kota Semarang

34

Anda mungkin juga menyukai