Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan turut
berkontribusi dalam penyusunan makalah penelitian ini

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, 15 Maret 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2


DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Letak Geografis Pecinan Kota Malang ................................................. 5
2.2 Sejarah Pecinan Kota Malang ............................................................. 10
2.3 Perkembangan Daerah Pecinan Kota Malang .................................... 11
2.4 Menelaah Pecinan Kota Malang dari Segi Arsitektur ........................ 11
2.5 Dampak Penggunaan Arsitektur Kolonial Pecinan Pada Citra Kota
Maupun Sektor Perekonomian ........................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 16
3.2 Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan Pecinan Kota Malang dikenal warga sebagai salah satu pusat sentra
perekonomian. Pecinan saat ini terus berkembang menjadi pusat perdagangan yang
menopang perekonomian begitu banyak warga.
Meski begitu, tidak banyak yang tahu, awal pendirian kawasan Pecinan adalah
didasarkan pada konsep politik. Yakni, konsep segregasi atau pemisahan kelompok
berdasarkan ras yang dilakukan pemerintah zaman kolonial Belanda di Kota Malang
beratus tahun lalu.
Kepala Seksi (Kasi) Pemasaran Disbudpar Kota Malang Agung H Buana
menjelaskan, Kampung Pecinan di Kota Malang berkembang saat Belanda
menerapkan politik pembagian strata administrasi kependudukan. “Dimana penduduk
dibagi dengan berbagai golongan rasnya. Yakni Eropa, timur jauh dan Arab India,”
papar Agung kepada Malang Post.
Hal ini bisa dilihat sampai sekarang, karena di kawasan Kampung Pecinan yang
saat ini berada di Kawasan Jalan Pasar Besar, didekatnya pun ada Kampung Arab
yang saat ini berada di Kawasan Jalan Syarif Al-Qodri. Agung melanjutkan,
pembagian wilayah tinggal tersebut dilakukan Pemerintah Belanda agar dapat
melakukan kontrol masyarakat lebih mudah.
Sistem pembagian kawasan berdasarkan ras/etnis di kawasan ini kemudian
menyebabkan terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya Tionghoa, Kolonial, dan
lokal. Lokasi penelitian sendiri berada di Jl. Pasar Besar, Jalan Kopral Usman, Gg.
Kesatria, dan Jl. Sersan Harun. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan
memahami karakteristik arsitektur bangunan perdagangan dan jasa serta permukiman
di kawasan Pasar Besar Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah


3
Dalam penelitian ini terdapat beberapa poin yang menjadi rumusan masalah yang
coba kami simpulkan sebelum melangkah kedalam pembahasan guna memperjelas
tujuan penulisan makalah ini, antara lain;
a. Bagaimanakah proses terbentuknya daerah Pecinan kota Malang?
b. Mengapa daerah ini menjadi dikenal secara luas sebagai daerah Pecinan? Dan
apa saja yang menjadi karakteristik dari segi arsitektural daerah pecinan ?
c. Bagaimana perkembangan daerah pecinan dari segi arsitektural?
d. Apakah daerah pecinan Kota Malang benar-benar masih kental akan suasana
ke-cina-cina an atau sudah terjadi proses modernisasi?
e. Apakah ada dampak-dampak tertentu dalam langkah-langkah
mempertahankan citra arsitektural pecinan terhadap sektor ekonomi dan
perdagangan yang rata-rata menjadi mata pencaharian masyarakat yang
tinggal di daerah ini?

1.3 Tujuan
Dalam melakukan penelitian ini, kami memiliki beberapa tujuan tertentu yang
ingin kami capai dengan pemilihan judul “Mengidentifikasi Daerah Pecinan Kota
Malang dari Segi Arsitektur”, antara lain;
a. Mengetahui sejarah terbentuknya daerah Pecinan Kota Malang yang hampir
sangat jarang yang mengetahui, terutama generasi muda saat ini
b. Menjadi mengerti mengapa pada akhirnya dipilih daerah tersebut sebagai
kawasan tempat tinggal etnis china
c. Mengetahui perkembangan daerah Pecinan Kota Malang dari segi arsitektural,
apakah terjadi proses modernisasi yang cukup kencang atau masih cukup
terjaga keaslian Arsitekturalnya

1.4 Manfaat
Berikut adalah manfaat yang coba kami raih dari penulisan makalah penelitian ini,
antara lain;
a. Menjadi sumber yang cukup valid mengenai informasi daerah Pecinan Kota
Malang
b. Memberikan pengetahuan tentang posisi geografis, sejarah hingga model
arsitektural daerah Pecinan Kota Malang

4
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Definisi Kawasan Pecinan


Kawasan Pecinan adalah kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota yang dari
segi penduduk, bentuk hunian, tatanan sosial serta suasana lingkungannya memiliki ciri
khas karena pertumbuhan bagian kota tersebut berakar secara historis dari masyarakat
berkebudayaan Cina (Nanda Lila, 1998:1).
Sementara, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pe-ci-nan (n) tempat
permukiman orang Cina: pusat-pusat perbelanjaan berdampingan dng rumah-rumah
model.
Maka dari itu dapat kami simpulkan bahwa pecinan adalah sebuah Kawasan yang
khusus ditinggali oleh etnis China yang juga dijadikan sebagai pusat perbelanjaan dan
pusat interaksi sosial dan ditandai dengan karakteristik arsitekturalnya yang bernuansa
china serta bangunan-bangunan yang bernuansa religious sebagai pusatnya, contoh;
Klenteng.

2.2 Karakteristik Kawasan Pecinan


Karakteristik kawasan Pecinan menurut precedent peneliti pada thesis Khilda
Wildana Nur (2010) yang diambil dari hasil kesimpulan Pratiwo (2010) di Jawa dan
Jackson (1975) di Malaysia dan Asia Tenggara adalah sebagai berikut:
1. Memiliki peran dan kedudukan yang cukup penting dalam sebuah kota.
2. Memiliki pola permukiman dan karakter bangunan yang khas.
3. Pemerintah setempat melakukan tindakan penataan dan peremajaan Kawasan
sebagai obyek wisata (urban heritage tourism).
4. Berkonsep jalur pejalan kaki terbuka (open mall, city walk)
5. Terdapat landmark berupa patung, klenteng, pintu gerbang, kuil dan bangunan
arsitektural lainnya.
6. Ukuran luasan kawasan (district) tidak menjadi tolak ukur pembentukan dan
perkembangan kawasan pecinan.
7. Eksistensinya sangat dipengaruhi dari ekspansi eksternal dan proses pergolakan
internal kota setempat, misalnya per-kolonialisme, intervensi negara lain,
kebijakan pemerintahan atau kerajaan, dan lain sebagainya.

5
2.3 Ciri Bangunan Cina Kuno
Arsitektur Cina mengacu kepada sebuah gaya asitektur yang sangat berpengaruh di
kawasan Asia selama berab adabad lamanya. Prinsip-prinip struktur dari arsitektur cina
telah membekas dan sulit untuk dihapuskan, dan apabila ada yang berubah, mungkin
hanya pada unsur dekoratifnya saja. Sejak jaman Dinasti Tang, Arsitektur Cina telah
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap gaya arsitektur di Korea,Vietnam,
dan Jepang.
2.4 Konstruksi Bangunan China
Usia dari Arsitektur Cina sama tuanya dengan usia Peradaban Cina. Bahwa Etnis
Cina selalu menggunakan sistem konstruksi asli (lokal) yang menjaga dan memegang
teguh prinsipprisip karakteristiknya mulai dari jaman dahulu kala sampai saat ini.
Di berbagai tempat yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina, ditemukan
bangunan-bangunan dengan sistem konstruksi yang sama.
Sistem konstruksi tersebut dapat menjaga dan menguatkan keberadaannya lebih
dari ratusan tahun di daerah yang cukup luas dan tetap membekas sebagai sebuah
arsitektur yang terus berkembang, menjaga dan memelihara prinsip-prinsip
karakteristiknya, meskipun di Cina sendiri sudah terjadi berkali-kali serangan bangsa
asing, baik dalam hal militer, intelektual, maupun spiritual. Hal ini membuktikan
bahwa bangsa Cina memiliki peradaban yang sangat tinggi.
Tekanan dan paksaan untuk pengembangan permukiman melalui Arsitektur
Kontemporer Cina membutuhkan kecepatan konstruksi yang sangat tinggi dan lahan
yang cukup luas, yang berarti bahwa bangunan dengan Arsitektur Cina tidak dapat
dikembangkan di perkotaan besar, dan digantikan dengan bangunan modern. Meskipun
demikian, segala macam ketrampilan seni konstruksi Cina masih digunakan pada
arsitektur vernakular di daerah yang cukup luas di Cina.

2.5 Bentuk Aplikasi Budaya Cina


Tekanan dan paksaan untuk pengembangan permukiman melalui Arsitektur
Kontemporer Cina membutuhkan kecepatan konstruksi yang sangat tinggi dan lahan
yang cukup luas, yang berarti bahwa bangunan dengan Arsitektur Cina tidak dapat
dikembangkan di perkotaan besar, dan digantikan dengan bangunan modern. Meskipun
demikian, segala macam ketrampilan seni konstruksi Cina masih digunakan pada
arsitektur vernakular di daerah yang cukup luas di Cina.

6
2.6 Bentuk Aplikasi Budaya Cina
 Pada gaya bangunannya yang menonjolkan budaya Cina yakni dalam bentuk
atap lengkung, yang dalam arsitektur Cina disebut atap pelana sejajar gavel.
 Bentuk atap yang ditemui di Kawasan Pecinan hamper sama dengan bentuk atap
yang ditemukan di daerah Cina Selatan.
2.7 Fungsi dan Jenis Bangunan Cina
Secara garis besar bangunan Cina dapat dibedakan fungsi dan jenis bangunannya:
 Fungsi umum dan pribadi, jenis bangunannya (Rumah ibadah= klenteng dan
vihara rumah abu,rumah perkumpulan);
 Bangunan hunian dan usaha, jenis bangunannya (perdagangan dan jasa,
ruko/hunian campuran, hunian, lain-lain [gudang dan gerbang], hiburan, dan olah
raga) (Lilananda 1998: 36)
 Bagian atap bangunan Cina, umumnya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan
agak besar pada bagian ujung atapnya yang disebabkan oleh struktur kayu dan
juga pada pembentukan atap.
 Selain bentuk atapnya juga, ada unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau
lukisan binatang atau bunga pada bumbungannya sebagai komponen bangunan
yang memberikan ciri khas menjadi suatu gaya atau langgam tersendiri.
2.8 Bentuk Atap Bangunan Bergaya Cina
Terdapat empat macam bentuk atap bangunan bergaya Cina, yaitu
(Widayati 2003:48):
Atap pelana dengan struktur penopang atap gantung (pelana di luar gavel) atau
overhanging gable roof.
2. Atap perisai (membuat sudut) atau hip roof; Atap piramid atau pyramidal roof.
3. Atap pelana dengan dinding sopi-sopi (pelana sejajar gavel) atau flush gable roof.
4. Gabungan atap pelana dan perisai atau gable and hip roofs.

Anda mungkin juga menyukai