Anda di halaman 1dari 8

ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

“SUMBER HUKUM PEMBANGUNAN”

Kelompok II
Muhammad Ridho (18222010
Mhd Reyzki Ramadhon (1822201098)
Muhammad Yasir
Dios Alferonius
Beye Emaldi
Muhammad Iqbal

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat, rahmat serta karunianya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Makalah ini berisi tentang informasi “sumber hukum pembangunan” atau
yang lebih khususnya membahas tentang sumber hukum itu sendiri.
Kami meyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
baik dari isi yang disajikan hingga informasi yang diperoleh untuk bahan
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dai berbagai pihak yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
senantiasa meredhoi segala bentuk dan jenis usaha yang kita lakukan. Aamiin.

Pekan Baru, Oktober 2019

Kelompok II
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang


mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran, guna menunjang
terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Bidang jasa konstruksi diatur dengan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999, yang diundangkan pada tanggal 7 Mei
1999 dan mulai berlaku satu tahun kemudian, yaitu pada tanggal 7 Mei 2000.
Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bentuk produk pembangun
hukum nasional yang luar biasa karena substansi yang berkenaan dengan segala
aspek jasa konstruksi diatur secara lengkap dan detail, baik dalam UndangUndang
Nomor 18 Tahun 1999 itu sendiri maupun dalam peraturan pemerintah sebagai
peraturan pelaksananya.
Hukum jasa konstruksi merupakan bidang hukum yang berstatus perjanjian
khusus multidimensi. Perjanjian khusus multidimensi diartikan sebagai pedoman
atau dapat juga menjadi payung terhadap berbagai undang-undang yang terkait.
Undang-undang yang terkait dimaksud mulai dari Undang-Undang Lingkungan
Hidup, Pertanahan, Tata Ruang, Pengangkutan Darat, Hak Kekayaan Intelektual,
Ketenagakerjaan, Peransuransian, Kelistrikan, Kesehatan, dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat sampai ke Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Di bawah
Undang-Undang Jasa Konstruksi tersebut berlaku pula berbagai jenis undang
undang yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan berlakunya
Undang-Undang Jasa Konstruksi.
Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan sumber hukum berbagai aspek
kehidupan manusia.3 Jasa Konstruksi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1999 melingkupi tiga layanan jasa konstruksi, yaitu perencanaan
pekerjaan konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan pengawasan pekerjaan
konstruksi. Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa
pelaksanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan/atau tata lingkungan.
Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri atas
jasa pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta pengawasan keyakinan
mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi.
Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara
terintegrasi dapat terdiri atas jasa rancang bangun; perencanaan, pengadaan, dan
pelaksanaan terima jadi atau penyelenggaraan pekerjaan terima jadi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum


Pengertian sumber hukum secara singkat adalah segala hal yang bisa
melahirkan atau menciptakan adanya hukum. Hal-hal yang menjadi sumber bisa
berasal dari beberapa hal, mulai dari perjanjian, kesepakatan, hingga teori-teori
lainnya.
Instrumen hukum menjadi sangat penting dalam penegakkan keadilan di
sebuah negara. Fungsi hukum juga turut mengatur dan mengontrol tingkah laku
manusia agar tidak melanggar hak-hak orang lain. Dalam sebuah negara, hukum
dapat berupa hukum pidana (negara dengan individu/kelompok), atau hukum
perdata (antar individu/kelompok). Tentunya pembuatan hukum juga bersumber
dari sumber hukum tertentu. Misalnya saja hukum di sebuah negara bersumber dari
undang-undang dan peraturan konstitusi lainnya. Di Indonesia, sumber hukum
tertinggi adalah UUD 1945, yang juga diperjelas pada peraturan perundang-
undangan lainnya.
Adanya sumber hukum kemudian melahirkan aturan hukum yang harus
ditaati oleh semua lapisan masyarakat. Maka bisa diartikan bahwa definisi sumber
hukum merupakan segala hal yang bisa menimbulkan atau melahirkan aturan-
aturan yang bersifat memaksa.

2.2 Macam Macam Sumber Hukum


Secara umum ada dua macam-macam sumber hukum, yakni sumber hukum
material dan sumber hukum formal. Berikut merupakan penjelasan lengkapnya :
a. Sumber Hukum Material
Sumber hukum material merupakan semua norma, kaidah, atau aturan yang
menjadi pedoman manusia dalam bertindak. Lebih jelasnya, sumber hukum
material ditentukan berdasaarkan perasaan ataupun keyakinan dari seorang
individu atau kelompok masyarakat. Hukum material bersumber dari
pendapat dari masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Hal
ini kemudian memberikan pengaruh pada proses pembentukan hukum yang
disahkan dan diterapkan dalam sebuah lingkungan masyarakat.
b. Sumber Hukum Formal
Selain itu juga ada sumber hukum formal. Sumber hukum formal
merupakan hasil penerapan dari sumber hukum material. Penerapan ini
dilakukan agar semua objek hukum bisa menaatinya dan hukum bisa
berjalan dengan baik. Sumber hukum formal juga dibagi menjadi beberapa
jenis sumber hukum di antaranya yaitu :
1. Undang Undang
Undang undang atau statue adalah sumber hukum berupa semua aturan
yang mempunyai kekuatan hukum dan mengikat serta dijaga oleh
pemerintah dari suatu negara, dimana undang undang itu dibuat dan
harus dipatuhi oleh warga negara yang bersangkutan. Salah satu contoh
undang undang dalam dunia konstruksi adalah izin mendirikan bangunan
(IMB). Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan
untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi atau
merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk
hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,
keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. IMB
akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan tata
ruang yang telah ditentukan. Selai itu, adanya IMB meunjukkan bahwa
rencana konstruksi bangunan tersebut juga dapat dipertanggung
jawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama. Peraturan dan
perundang undangan yang memuat IMB adalah sebagai berikut :
 Undang undang no 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung
 Undang undang no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
 Peraturan pemerintah no 36 tahun 2005 peraturan pelaksanaan
 Pasal 5 ayat 1 Perda 7 tahun 2009
2. Kebiasaan
Kebiasaan atau custom, adalah sumber hukum yang didapat dari satu
perilaku sama yang dilakukan secara kontinyu atau terus menerus hingga
kemudian menjadi suatu hal yang umum untuk dilakukan. Contoh
sumber hukum kebiasaan adalah hukum adat dan tradisi.

2.3 PEMBANGUNAN
Dalam praktiknya pembangunan yang baik adalah pembangunan yang
dilakukan secara komprehensif. Artinya, pembangunan selain mengejar
pertumbuhan ekonomi, harus memperhatikan pelaksanaan jaminan perlindungan
hak-hak asasi manusia warga negaranya yang telah diatur dalam konstitusi negara
yang bersangkutan, baik hak-hak sipil, maupun hak ekonomi, sosial dan budaya.
Dengan demikian, pembangunan yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh
pemerintah akan mampu menarik lahirnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu konsep yang di dalamnya terdapat
perihal usul tentang perubahan perilaku manusia yang diinginkan, maka dapat
disimpulkan bahwa hakikat Pembangunan adalah bagaimana merubah perilaku
manusia kearah kesadaran dan kepatuhan hukum terhadap nilai-nilai yang hidup
dan diberlakukan dalam masyarakat. Tegasnya membangun perilaku manusia dan
masyarakat harus di dalam konteks kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara
dimana mereka mengerti dan bersedia menjalankan kewajiban hukumnya sebagai
warganegara dan mengerti tentang bagaimana menuntut hak-hak yang dijamin
secara hukum dalam proses hukum itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai