Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

NUTRISI PATOLOGIS DARI SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLIK


ENDOKRIN (THYPOID)

Guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak


Dosen pembimbing Rizeki Dwi Fibriansari,S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun Oleh:
1. Chrisinta Yuli Rahmawati (172303101003)
2. Putri Ayu Rokhomat (172303101030)
3. Aprilia Tri Wulandari (172303101040)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,berkat limpah rahmat
dan petunjuk-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai
Keperawatan Anak pada penyakit “Demam Thypoid” yang kami susun dari berbagai
sumber.
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami lebih jauh
tentang. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Patologis Dari Sistem Pencernaan Dan Metabolik Endokrin (Thypoid)”. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharap kan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar buku ini
lebih sempurna dan dapat meningkatkan pembangunan bagi para pembaca.
Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi para
pembaca dan kita semua.

Lumajang, 22-02-2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi ........................................................................................................
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ....................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi .................................................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinik .......................................................................................
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
2.1.7 Penatalaksaan ..............................................................................................
2.1.8 Komplikasi ..................................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ..........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................................................
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif
(pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat berfungsi
sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat untuk penelitian. Untuk itu
kami mengakat masalah ini yang bnyak terjadi pada anak yaitu demam typoid.
Dan untuk demam typoid itu sendiri adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella
(Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah
besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pecernaan. Dan ada beberapa macam typoid itu sendiri antara lain: Keadaan karier,
Demam tifoid dengan komplikasi, Demam tifoid akut non komplikasi. Dan memiliki
tanda khas yakni tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu
minggu disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada
yang sampai mengalami gangguan kesadaran.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab dari demam typoid itu sendiri?
2. Bagaimanakah tanda khas yang ada pada demam typoid itu sendiri?
3. Bagaimana cara terapinya untuk demam typoid itu sendiri?
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui penyebab dari demam typoid.
2. Untuk mengetahui tanda khas dari demam typoid.
3. Untuk mengetahui terapi pengobatan untuk demam typoid.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PENYAKIT


2.1.1 Definisi
Penyakit Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya
mengenai saluran pecernaan. Pertimbangkan demam tofoid pada anak yang demam
dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan
sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila telah berlangsung selama 7 hari atau
lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (Sodikin, 2011) .
Penyakit Demam Tifoid (typhus abdominalis) merupakan penyakit infeksi
akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya terdapat
pada manusia (Marni, 2016).
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa merupakan
mikroorganisme patogen yang berada di jaringan limfatik usus halus, hati, limpa,
dan aliran darah yang terinfeksi kuman ini berupa gram negatif yang akan nyaman
hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman ini akan mati pada suhu 70ºC dan dengan
pemberian antiseptik. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada
juga yang memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang
yaitu 60 hari. kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
2. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatik yang terdiri
atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namun memiliki susunan
antigen yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antigen O (somatik) dan antigen H
(flagela). Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan
sifat biokimia. Mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang terjadi
pada saluran pencernaan, basil diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu
masukke dalam peredaran darah sampai di organ-organ lain, terutama hatidan
limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa
sehinga organ-organ tersebut akan membesar disertai dan menyebar ke seluruh
tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri ; tukak tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus.(Sodikin,2011)

2.1.3 Klasifikasi
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis:
1. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoidakut dikarakteristikkan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis. Fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada
anak-anak). Sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa
terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25%penyakit
menunjukkan adanya rose spot pada dada, abdomen dn punggung.
2. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, usus dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi di feses.

2.1.4 Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk ke saluran pencernaan, khususnya usus
halus berama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman ini masuk atau menginvasi
jaringan limfoid mesenterika. Di sini akan terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman
yang berada pada jaringan imfoid tersebut masuk ke peredaran darah menuju limpa.
Di sini biasanya pasien merasakan nyeri. Kuman tersebut akankeluar dari hati dan
limpa. Kemudian, kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan endotoksin yang
dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan berkembang biak di sini.
Kuman Salmonella typhosa dan endotoksin merangsang sintesis dan pelepasan
pirogen yang akhirnya beredar di darah dan mempengaruhi pusat. (Marni,2016)
Salmonella typhosa

Masuk ke dalam saluran


pencernaan (usus halus)
Nekrosis

Menginvasi jaringan
limfoid
Peradangan

Masuk peredaran darah

Pasien merasa
Hati Limpa nyeri

keluar

Kembali ke usus halus


Pelepasan endotoksin
(berkembang biak)
Reinfeksi

usus halus
Kuman dan endotoksin

Merangsang sintesis Pelepasan pirogen

Mempengaruhi pusat Demam


Beredar dalam darah termoregulator

Perdarahan
Menyebar ke seluruh tubuh Tukak mukosa

Perforasi
2.1.5 Manifestasi Klinis
Tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu minggu
disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada yang
sampai mengalami gangguan kesadaran. Demam tinggi biasanya dimulai sore hari
sampai dengan malam hari. Kemudian, menurun pada pagi hari. Demam ini terjadi
kurang lebih selama 7 hari. Pada anak yang mengalami demam tinggi dapat terjadi
kejang. Gangguan pencernaan yang terjadi pada pasien demam thypoid yaitu mual,
muntah, nyeri ulu hati, perut kembung, anoreksia, lidah typoid (kotor, bagian
nelakang tampak putih pucat dan tebal, serta bagian unujung dan tepi kemerahan).
Selain itu juga dapat menyebabkan diare dan konstipasi. Gangguan kesadaran juga
dapat terjadi pada pasien demam typoid yaitu apatis, dan somnolen. Pada minggu
kedua, dapat terjadi hepatomegali, splenomegali, dan terdapat roseola. Roseola
merupakan bintik kecil kemerahan yang hilang dengan penekanan. Roseola ini
terdapat pada daerah perut, dada, dan kadang bokong.
Pemeriksaan fisik menujukan peningkatan suhu tubuh,lidah typoid,
hepatomegali, splenomegali, dan terdapat reseola (tidak semua pasien ada).
Pembahasan limpa terjadi pada akhir minggu pertama, tidak progresif dengan
konsistensi yang lebih lunak. Pada anak berusia di bawah 2 tahun, tanda dan gejala
yang terjadi yaitu demam tinggi mendadak, disertai muntah, kejang, dan tanda
rangsangan meninggal. (Marni,2016)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan laukosit atau
leukositosis (20.000-25000/mm3). Laju endap darah meningkat dan terdapat
gambaran leukosit normokromik. Selain itu, juga dapat ditemukan keukopenia
dengan limfositosis relatif. Untuk memastikan diagnosa demam typoid, perlu
dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan serologis. Pemeriksaan
bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses, urin, sumsum tulang ataupun
duodenum. Pada pasien demam typoid, biasanya dilakukan pemeriksaan darah
pada minggu pertama, sedangkan pemeriksaan feses dilakukan pada minggu kedua,
dan pemeriksaan dilakukan pada minggu ketiga. Padaa pemeriksaan serologis,
yang digunakan yaitu tes widal, dengan sadar reaksi aglutinasi antara agtigen
salmonella typhosa dan antibodi pada serum pasien. Tes widal dilakukan beberapa
kali, karena jika hanya dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum
bisa dijadikan standar untuk menentukan diagnosis demam typoid.

2.1.7 Penatalaksaan
Penatalaksaaan demam typoid dilakukan dengan terapi suportif, simptomatis, dan
pemberian antibiotik jika sudahditanggakkan diasnotik.
1. Terapi Suportif Demam Typoid:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
b. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
d. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien.
2. Terapi Simptomatik Demam Typoid:
a. Antipiretik, misalnya Parasetamol 3-4x500 mg (dewasa), 10 mg/kgBB/x
(maksimal hingga 6x/hari)
b. Mengurangi simtomatis gastrointestinal, misalnya antiemetik (Domperidon
3x10 mg atau Ondansetron 2x4 mg atau Metoclopramide 3x5 mg)
3. Terapi Definitif Demam Typoid (Antibiotik):

a. Lini pertama: Kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk


penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-sulfametoxazole
(kotrimoksazol).
b. Lini kedua: Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak),
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang).
2.1.8 Komplikasi
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akaan menyababkan komplikasi di
usus halus, di antaranya pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang
mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenik. Komplikasi dapat
menyebar di usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada
meningen, dan miokarditis.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1.1 Pengkajian keperawatan (Sodikin,2011)
1. Identitas
Nama klien dan yang bertangung jawab, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
dan lain-lain
2. Identifikasi
Penyakit ini sering di temukan pada anak usia di atas 1 tahun
3. Keluhan utama
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
kurang bersemangat, serta nafsumakan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
4. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhunya tidak tinggi sekal. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berasur-angsur baik setiap hari,biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari. Pada minggukedua, pasien terus berada dalam keadaan
demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kemali pada akhir
minggu ketiga
5. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seerapa dalam, yaitu apatis
sampai sopnoler, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisa (kecuali bila penyakitnya
berat dan terlambat mendapat pengobatan). Selain gejala-gejala tersebut mungkin
dapat ditemukan reseola ( bintik-bintik kemerahan karena emoboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat di temukan pada minggu pertama demam) kadang di
temukan juga radikardi dan eptistaksis pada anak yang lebih besar
6. Pemeriksaan fisik
a. Mulut
terdapat nafas yang berbau tidak sedapa, bibir kering, dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), sementara ujung
dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang di sertai tremor.
b. Abdomen
Dapat di penuhi keadaan perut kembung (meteorimus) bisa terjadi konstipasi,
diare, atau normal.
c. Hati dan linfe
Adanya pembesaran pada hati dan linfe di sertai nyeri pada saat di rabah
7. Pemeriksaan laboraturium
a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leokopenia, linfositosis relatif,
dan aneosinofiliapada permukaan saki.
b. Kultur darah (biakan, empedu, dan widal )
c. Biarkan empedu basil salmonella typhosadapat di temukan dalam darah pasien
pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering di temukan dalam urin
atau feses.
d. Pemeriksaan widal pemeriksaan yang di perlukan adalah titer zat anti terhadap
antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebeih merupakan kenaikan yang
progresif.

2.2.2 Diagnosa Keperawataan: (Marni,2016)


1) Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
2) Gangguan suhu tubuh
3) Gangguan rasa aman nyaman
2.2.3 Dan Intrervensi Keperawatan Yang Mungkin Sering Muncul :
NO DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWAT HASIL
AN
1. Kebutuhan Setelah 1. Berikan makana n
dilakukan yang mengandung
nutrisi atau
tindakan cukup cairan,
cairan dan keperawatan rendah serat, tinggi
selama 1 x 24 protein, dan
elektrolit kurang
jam, mencegah
dari kebutuhan diharapakan permukaan usus
klien mampu : 2. Jika kesadaran
tubuh
 Anak masih baik, berikan
mengkonsu makanan lunak
msi nutrisi dengan lauk paut
yang yang di cincang
adekuat (hati dan daging),
(uraikan dan sayuran labu
jumlah nya) siam atau wortel
Anak yang di masak
lunak sekali. Boleh
menunjukan juga di berikan tahu,
penambahan telur setengah
matang atau matang
berat badan yang di rebus. Susu
yang tepat di berikan 2x1 gelas
atau lebih, jika
makanan tidak habis
berikan susu ekstra.
3. Berikan makana
cair per sode jika
kesadarannya sudah
menurun dan
berikan kalori
sesuai dengan
kebutuhannya.
Pemberiannya di
atur tiap tiga jam
termasuk makan
ekstra seperti sari
buah atau bubur
kacang hijau yang
di haluskan. Jika
nkesadarannya
membaik, makan di
alihkan secara
bertahap dari cair ke
lunak.
4. Pasang infus dengan
cairan glukosa dan
NaCl jika kondisi
pasien payah
(memburuk), seperti
menderita delirium.
Jika keadaan sudah
tenang, berikan
makan per sode, di
samping infus
masih di teruskan.
Makan per sode
biasanya merupakan
setengah dari
jumlah kalori,
sementara setengah
nya lagi masih per
infus. Secara ber
tahab dengan
melihat kemajuan
pasien, bentuk
makanan beralih ke
makanan biasa,
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi,
cairan, dan
elektrolit.
5. Observasi intake
dan output, untuk
memantau
pemasukan dan
pengeluaran.
2. ganguan suhu Setelah 1. Anjurkan anak
untuk istirahat
tubuh dilakukan
mutlak (betres total)
tindakan sampai suhu tubuh
turun dan di
keperawatan
teruskan dua
selama 1 x 24 minggu lagi untuk
mencegah
jam diharapkan
komplikasi .
klien suhu tubuh 2. Atur ruangan agar
cukup ventilasi,
anak kembali
agar terjadi
normal penggantian udara.
3. Berikan kompres
dingin dengan air
kran.
4. Anjurkan pasien
untuk banyak
minum (sirup, teh
manis, atau apa
yang di sukai),
untuk mengganti
cairan dan elektrolit
yang hilang akibat
demam.
5. Berikan pakean
tipis, untuk
membantu
penyerapan
keringat.
6. Observasi suhu
tubuh, agar suhu
selalu terpantau.
7. Kolaborasi dengan
medis untuk
pemberian obat
penurunan panas,
agar suhu tetap
dalam batas normal
3. Gangguan rasa Setelah 1. Lakukan perawatan
mulut 2 kali sehari,
aman dan dilakukan
oleskan boraks
nyaman tindakan gliserin (krim)pada
bibir bila kering,
keperawataan
dan beri minum
selama 1 x 24 sering.
2. Apabila di pasanang
jam, klien di
sonde, lakukan
harapkan perawatan mulut
dan sekali-kali
mampu: anak
berikan minum agar
kembali dalam selaput lendir mulut
dan tenggorokan
kondisi aman
tidak kering.
dan nyaman. 3. Sebelum mulai
berjalan, pasien di
minta menggoyang-
goyangkan kaki
terlebih dahulu
sambil tetap tidur,
kemudian berjalan
di sekitar tempat
tidur, kemudian
berjalan di sekitar
tempat tidur sambil
berpeganga. Hal ini
perlu dilakukan
karena jika lama
berbaring, ketika
berjalan mula-mula
akan terasa
kesemutan.

2.2.4 Implementasi Keperawatan:


NO DIAGNOSA JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN
1. Kebutuhan nutrisi 07.00 1. Memantau tanda-tanda vital
Respon:
atau cairan dan
TD:110/80 mmHg,
elektrolit kurang dari S: 38 C,
N: 98 x/ menit
kebutuhan tubuh
RR: 19 x / menit
2. Memberikan makanan yang
mengandung cukup cairan,
rendah serat, tinggi protein, dan
mencegah permukaan usus.
Respon: klien dapat mencerna
makanan dengan baik.
09.00 3. Mengobrevasi intake dan
output, untuk memantau
pemasukan dan pengeluaran.
Respon: intake dan output
cairan seimbang.
2. Gangguan suhu 12.30 1. Menganjurkan anak untuk
istirahat mutlak (betres total)
tubuh
sampai suhu tubuh turun dan di
teruskan dua minggu lagi untuk
mencegah komplikasi
Respon: suhu tubuh klien mulai
turun dan suhu 36C.
2. Memberikan saran berpakaian
tipis, untuk membantu
penyerapan keringat.

3. Gangguan rasa aman 14.00 1. Apabila di pasanang NGT,


lakukan perawatan mulut dan
nyaman
sekali-kali berikan minum agar
selaput lendir mulut dan
tenggorokan tidak kering.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan:
NO DIAGNOSA JAM HASIL PARAF
KEPERAWATAN
1. Kebutuhan nutrisi atau 06.00 S: klien merasakan tidak enak
cairan dan elektrolit makan dan mulut terasa pahit
kurang dari kebutuhan O : klien tampak terlihat lemas,
tubuh klien tidak nafsu makan.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi 123

2. Gangguan suhu tubuh 08.00 S : klien merasakan demam mulai


turun, dan suhu normal.
O: TD:110/80 mmHg,
S: 36 C,
N: 98 x/ menit
RR: 19 x / menit
A: maasalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

3. Gangguan rasa aman 09.00 S: klien merasakan sudah mulai


nyaman nyaman dan sudah mulai bisa
tidur, dan tidak rewel.
O: klien mulai agak ceria dan
tidak rewel lagi
A: masalah teratasi.
P: lanjutkan intervensi
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai
saluran pecernaan. Pertimbangkan demam tofoid pada anak yang demam dan
memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit
kepala (batuk). Demam ini berlangsung selama 7 hari atau lebih.
Macam-macam demam typoid itu sendiri antara lain: Keadaan karier, Demam
tifoid dengan komplikasi, Demam tifoid akut non komplikasi. Dan memiliki tanda
khas yakni tanda khas penyakit ini yaitu yaitu demam tinggi kurang lebih satu
minggu disertai nyeri kepela hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada
yang sampai mengalami gangguan kesadaran.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini dan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin,2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan


Hepatobilier.,Jakarta : Salemba Medika
Marni,2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis., Penerbit: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai