Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISASI BEBERAPA ION LOGAM

TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN

(THE CHARACTERIZATION OF SEVERAL METAL IONS


TOWARDS THE ENZYME TRYPSIN ACTIVITY)

Eddy Sulistyowati, Das Salirawati, dan Amanatie


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta
e-mail: eddy_sulistyowati@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum enzim tripsin dan
mengetahui pengaruh penambahan ion logam Ag+ (dalam bentuk senyawa AgNO3),
ion logam Cu2+ (dalam bentuk senyawa CuCl2), ion logam K+ (dalam bentuk senyawa
KHPO4), dan ion logam Zn2+ (dalam bentuk senyawa ZnSO4) dalam berbagai
variasi konsentrasi terhadap aktivitas enzim tripsin dengan substrat kasein. Aktivitas
enzim tripsin dengan substrat kasein ditentukan dengan metode Anson pada kondisi
optimum. Analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan
aktivitas enzim tripsin dengan substrat kasein 10 mg/mL pada kondisi optimum pada
pH 8,37°C, waktu inkubasi 20 menit dengan penambahan ion logam (Ag+, Cu2+, Zn2+,
K+) pada berbagai variasi konsentrasi. Berdasarkan hasil penelitian terbukti secara
empiris adanya kecenderungan ion logam Ag+ dan Cu2+ bersifat inhibitor dan ion
logam Zn2+ dan K+ bersifat aktivator terhadap aktivitas enzim tripsin pada substrat
kasein.

Kata kunci: ion logam, kasein, tripsin, aktivator, inhibitor

Abstract
This study was aimed at determining the optimal conditions of the trypsine enzyme
and the effect of metal ion Ag+(in the form of AgNO3), metal ion Cu2+ (in the form
of CuCl2), K+ metal ions (in the form of KHPO4), and ion Metal Zn2+ (in the form
of ZnSO4) in various concentrations towards trypsin enzyme activity using casein
substrate. The activity of trypsin enzyme was determined by Anson method in
optimum conditions. The data were analyzed using qualitative descriptive. The
results show that the activity of trypsin enzyme with substrate casein 10mg/mL
in pH 8.37°C, incubation time of 20 minutes with the additional of ion (Ag+, Cu2+,
Zn2+, K+) at various concentrations. Based on the research results, it was empirically
proven that they were tendency of Ag+ dan Cu2+ to act as inhibitors and metal ions
Zn2+ and K+ to act as activators to trypsine enzyme activity at casein substrat.

Keywords: metal ions, casein, trypsin, activators, inhibitors

107
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

PENDAHULUAN adalah memerlukan kofaktor, yaitu gugus


Enzim merupakan kelompok protein non protein dari enzim yang menentukan
yang bersifat katalis dan mengatur perubahan aktivitas katalitiknya. Kofaktor dapat berupa
senyawa kimia dalam sistem biologis. Enzim koenzim yang tidak terikat kuat dalam enzim
dapat dihasilkan oleh hewan, tumbuhan dan yang biasanya berupa molekul organik, dan
mikroorganisme. Secara katalitik, enzim gugus prostetik yang terikat kuat dalam
menjalankan fungsinya dalam berbagai enzim yang biasanya berupa molekul
reaksi seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, anorganik (ion-ion logam), seperti ion logam
isomerasi, adisi, transfer gugus, dan Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+ (Lehninger, 1997).
kadang-kadang pemutusan rantai karbon Senyawa kofaktor yang berupa ion
(Sumardjo, 2006). Enzim telah banyak logam ada yang berpotensi meningkatkan
digunakan dalam berbagai proses kimiawi, aktivitas kerja suatu enzim yang disebut
baik dalam bidang industri maupun dalam sebagai aktivator enzim, ada pula ion
bidang bioteknologi. Seiring dengan logam yang menghambat aktivitas enzim
peningkatan penggunaan enzim, berbagai disebut inhibitor enzim (Sumardjo, 2006).
eksplorasi penelitian tentang enzim telah Kemampuan logam tertentu untuk berikatan
banyak dilakukan (Falch, 1991). dengan banyak ligan dalam bidang
Enzim tripsin merupakan salah satu koordinasi logam menyebabkan logam
enzim yang termasuk dalam golongan dapat ikut serta dalam pengikatan substrat
enzim proteolitik atau protease serin. Enzim atau koenzim ke enzim dan menimbulkan
ini mengkatalisis reaksi pemecahan protein polarisasi gugus reaktif di tempat aktif. Ion
dengan menghidrolisis ikatan peptidanya logam dapat mendukung efisiensi katalitik
menjadi senyawa-senyawa yang lebih enzim. Ion logam dapat membantu reaksi
sederhana. Tripsin dalam tubuh diproduksi katalitik dengan cara mengikat substrat pada
di dalam pankreas. Situmorang (2014) me- sisi pemotongan. Selain berperan dalam
maparkan aktivitas enzim dipengaruhi oleh pengikatan enzim dengan substrat, beberapa
konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. ion logam juga dapat mengikat enzim secara
Pengaruh aktivator, inhibitor, dan kofaktor langsung untuk menstabilkan konformasi
dalam beberapa keadaan juga merupakan aktifnya atau menginduksi formasi situs
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pengikatan atau situs aktif suatu enzim
enzim. Bailey dan Ollis (1988) menjelaskan (Baehaki, Rinto, & Budiman, 2011).
salah satu karakteristik aktivitas enzim

108
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

Inhibitor adalah senyawa yang aktivitas tripsin maksimal sebesar 25%,


menurunkan kecepatan reaksi enzimatik. sebaliknya keberadaan ion Cu2+, Hg2+ dan
Berdasarkan sifat kinetiknya inhibitor dapat Ag+ menjadi penghambat aktivitas dengan
dibedakan menjadi tiga, yaitu inhibitor substrat benzoil-n-arginin etil ester (BAEE),
kompetitif, nonkompetitif reversible dan benzoil-n-argininamide (BAA), dan asetil-
nonkompetitif irreversible. Sedangkan L-tirosin etil ester (ATEE). Dengan demikian
suatu senyawa, unsur atau ion yang dapat berarti penambahan ion logam dalam
meningkatkan aktivitas kerja suatu enzim bentuk senyawa kimia dapat mempengaruhi
disebut aktivator enzim. Kebanyakan aktivator aktivitas enzim proteolitik.
adalah ion-ion anorganik, terutama ion logam Pada penelitian ini telah ditambahkan
atau kation. Ion-ion logam ini umumnya ion logam Ag+, Cu2+, Zn2+, dan K+ dalam
ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya bentuk senyawa AgNO3, CuCl2, ZnSO4, dan
ion Ca2+ dalam bentuk garam klorida. KHPO4 sebagai kofaktor untuk diketahui
Kation-kation lain yang telah diketahui dapat secara empiris pengaruh ion-ion logam
mengaktifkan enzim adalah Na+, K+, Rb+, Cs+, tersebut terhadap aktivitas enzim tripsin
Mg2+, Zn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Al3+. dengan substrat kasein dalam berbagai
Soda dan Agustini (2013) mengatakan konsentrasi pada kondisi optimum.
bahwa peningkatan aktivitas enzim papain Berdasarkan penelitian ini dapat ditentukan
dapat terjadi, karena ikatan yang terbentuk kondisi optimum aktivitas enzim tripsin
antara enzim dan ion logam K+ atau meliputi pH, suhu, dan waktu inkubasi
antara substrat dan ion logam K+ tidak dan karakterisasi dari ion-ion logam yang
terlalu kuat sehingga tidak menyebabkan ditambahkan termasuk aktivator atau
perubahan konformasi enzim. Penambahan inhibitor terhadap aktivitas enzim tripsin
ion logam dengan konsentrasi optimum dengan substrat kasein.
akan meningkatkan konsentrasi kompleks Zhang, Zhang, Liu, Gao, & Liu (2014)
logam substrat kasein, kemudian membuat menyatakan bahwa sifat aktivator ion Zn2+
kesetimbangan pada daerah yang diinginkan relatif tidak terlalu tinggi meningkatkan
dan mengubah potensial elektrokinetik aktivitas enzim tripsin, dalam artian
enzim, sehingga proses aktivasi dapat terjadi kenaikan aktivitasnya tidak melebihi
dengan optimal. aktivitas optimum enzim tripsin yang
Penelitian Green dan Neurath (1953) tanpa penambahan ion logam (0,00336),
2+
menunjukkan bahwa keberadaan ion Ca , meskipun untuk aktivitas tertinggi menurut
2+ 2+ 2+
Co , Cd , dan Mn dapat meningkatkan hasil penelitian ini (0,0007). Lebih lanjut

109
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

dijelaskan bahwa ion logam Zn2+ hanya pada penentuan aktivitas enzim tripsin,
mampu sedikit mengubah struktur sekunder sedangkan variabel terikatnya adalah
enzim tripsin, sehingga aktivitas enzim aktivitas enzim tripsin pada penambahan
tersebut relatif stabil. ion logam dalam bentuk senyawa dalam
Penelitian ini sangat penting dilakukan, berbagai konsentrasi. Variabel terkendali
karena dapat menjadi dasar acuan bagi dari penelitian ini adalah kondisi optimum
proses industri yang menggunakan enzim dari enzim tripsin meliputi pH, suhu, dan
tripsin tentang kegunaan dan dampak dari waktu inkubasi.
ion-ion logam tersebut terhadap aktivitas Penelitian diawali dengan penentuan
enzim tripsin. Selain itu, dapat menjadi kondisi optimum aktivitas enzim tripsin
bahan pertimbangan cara mengantisipasi dengan substrat kasein yang meliputi pH,
jika seseorang keracunan ion-ion logam suhu, waktu inkubasi. Pada penentuan
tersebut dalam saluran pencernaannya. Hasil pH dengan menggunakan metode Anson,
penelitian ini juga penting sebagai referensi dilakukan dengan menentukan absorbansi
bagi pengembangan penelitian lebih lanjut larutan sampel, larutan kontrol, dan larutan
dengan menggunakan ion-ion logam yang blangko pada panjang gelombang maksimum
lain terhadap aktivitas enzim-enzim yang (650 nm) yang sebelumnya telah ditentukan.
lain yang ada dalam tubuh kita sehingga Adapun variasi pH yang dilakukan berturut-
dengan mengetahui pengaruh keberadaan turut 7; 7,5; 8; 8,5; dan 9 pada tabung reaksi.
ion-ion logam tersebut dapat digunakan Prosedur ini dilakukan sebanyak tiga kali
sebagai dasar dalam mengantisipasi dengan (triplo).
tepat jika ion logam tersebut masuk ke dalam Penentuan suhu dan waktu inkubasi
tubuh. dilakukan dengan prosedur yang sama,
hanya ketika menentukan suhu optimum
METODE berarti pH optimum dan waktu inkubasi
Penelitian ini termasuk jenis eksperimen yang digunakan tetap. Demikian juga ketika
laboratorium dengan subjek penelitian enzim menentukan waktu inkubasi optimum, maka
tripsin, sedangkan objeknya adalah aktivitas dilakukan pada ph dan suhu optimum yang
enzim tripsin pada penambahan beberapa ion telah ditentukan sebelumnya. Terakhir
logam dalam bentuk senyawa kimia dengan dilakukan penentuan aktivitas enzim tripsin
berbagai konsentrasi. Variabel bebas dalam pada kondisi optimum dengan prosedur
penelitian ini adalah konsentrasi ion logam yang sama pula. Penentuan ini dilakukan
dalam bentuk senyawa yang ditambahkan pada pH, suhu, dan waktu inkubasi optimum

110
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

yang telah diperoleh pada prosedur yang meningkatkan aktivitas enzim tripsin
sebelumnya. Langkah selanjutnya dilakukan ataukah inhibitor yang menurunkan aktivitas
penentuan aktivitas enzim tripsin dengan enzim tripsin.
substrat kasein pada kondisi optimum (pH,
suhu, waktu inkubasi) dengan penambahan HASIL DAN PEMBAHASAN
beberapa ion logam dalam bentuk senyawa Penelitian ini bertujuan untuk menge-
menggunakan metode Anson. Prosedur yang tahui secara empiris pengaruh penambahan
dilakukan sama dengan ketika penentuan ion-ion logam Ag+, Cu2+, Zn2+, dan K+
kondisi optimum, hanya pada langkah setelah dalam bentuk senyawa AgNO 3, CuCl2,
enzim tripsin dimasukkan diikuti dengan ZnSO4, dan KHPO4, sebagai kofaktor
penambahan ion logam dengan konsentrasi terhadap aktivitas enzim tripsin dengan
bervariasi pada larutan sampel dan kontrol, substrat kasein dalam berbagai konsentrasi
sedangkan pada larutan blangko ion logam pada kondisi optimum.
ditambahkan setelah memasukkan buffer Adapun langkah-langkah yang akan
fosfat. Pada penelitian ini ion logam yang dilakukan dalam penelitian ini mula-mula
ditambahkan adalah ion Ag+, Cu2+, Zn2+, dan akan ditentukan aktivitas enzim tripsin
+
K dalam bentuk senyawa AgNO3, CuCl2, dengan substrat kasein menggunakan metode
ZnSO4, dan KHPO4 Anson pada kondisi optimum (pH, suhu,
Setelah diperoleh absorbansi aktivitas waktu inkubasi) yang ditentukan. Kemudian
enzim tripsin terhadap substrat kasein dilakukan penentuan aktivitas enzim tripsin
dengan berbagai penambahan ion-ion logam (substrat kasein) dengan penambahan ion-
dalam bentuk senyawa pada berbagai variasi, ion tersebut menggunakan tiga tabung, yaitu
maka akan diperoleh data absorbansi yang tabung T (sampel), tabung B (blangko), dan
kemudian dihitung aktivitasnya. Selanjutnya tabung To (kontrol). Analisis data secara
dilakukan karakterisasi masing-masing deskriptif kualitatif, yaitu dengan membuat
ion logam dengan cara membuat grafik grafik hubungan penambahan ion dalam
hubungan penambahan ion logam tersebut bentuk senyawa terhadap aktivitas enzim
terhadap aktivitas enzim tripsin pada kondisi tripsin pada kondisi optimum dibandingkan
optimum dibandingkan dengan aktivitas dengan aktivitas enzim tripsin tanpa
enzim tripsin tanpa penambahan ion logam penambahan ion dalam bentuk senyawa
pada kondisi optimum. Berdasarkan grafik pada kondisi optimum, kemudian di-
tersebut dapat diketahui pengaruh ion logam deskripsikan pengaruh masing-masing ion
terhadap aktivitas enzim, termasuk aktivator terhadap aktivitas enzim tripsin.

111
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

Penentuan pH optimum dilakukan pada Penentuan konsentrasi substrat (kasein)


suhu 35oC, waktu inkubasi 20 menit, dan optimum dilakukan pada pH optimum
variasi pH yang digunakan adalah 7, 8, dan (pH 8), suhu optimum (37oC), dan waktu
9. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi inkubasi optimum (20 menit). Adapun variasi
larutan sampel dan kontrol, maka aktivitas konsentrasi substrat (kasein) berturut-turut 2
enzim tripsin yang diperoleh pada pH 7, 8, mg/mL; 4 mg/mL; 6 mg/mL; 8 mg/mL; dan
dan 9 berturut-turut sebesar 0,0026; 0,0051; 10 mg/mL. Berdasarkan hasil pengukuran
dan 0,0032 unit aktivitas enzim. Dengan absorbansi larutan sampel dan kontrol, maka
demikian pH optimum berada pada pH 8. aktivitas enzim tripsin yang diperoleh pada
Penentuan suhu optimum dilakukan konsentrasi substrat (kasein) 2 mg/mL; 4
pada pH optimum (pH 8), waktu inkubasi mg/mL; 6 mg/mL; 8 mg/mL; dan 10 mg/
20 menit, dan variasi suhu yang digunakan mL berturut-turut sebesar 0,00085; 0,00150;
31, 33, 35, 37, dan 39oC. Berdasarkan hasil 0,00210; 0,00310; dan 0,00350 unit aktivitas
pengukuran absorbansi larutan sampel dan enzim. Dengan demikian konsentrasi substrat
kontrol, maka aktivitas enzim tripsin yang (kasein) optimum berada pada konsentrasi
diperoleh pada suhu 31, 33, 35, 37, dan 39oC 10 mg/mL.
berturut-turut sebesar 0,00185; 0,00405; Penentuan konsentrasi substrat (kasein)
0,00435; 0,00505; dan 0,00340 unit aktivitas optimum dilakukan pada pH optimum (pH
enzim. Dengan demikian suhu optimum 8), suhu optimum (37oC), waktu inkubasi
berada pada suhu 37oC. optimum (20 menit), dan konsentrasi substrat
Penentuan waktu inkubasi optimum (kasein) optimum 10 mg/mL. Adapun
dilakukan pada pH optimum (pH 8), suhu volum enzim tripsin yang digunakan sebesar
optimum (37oC), dan variasi waktu inkubasi 1,5 mL. Berdasarkan hasil pengukuran
yang digunakan 10 menit, 15 menit, 20 menit, absorbansi larutan sampel dan kontrol secara
25 menit, dan 30 menit. Berdasarkan hasil pentaplo (lima kali pengukuran), maka
pengukuran absorbansi larutan sampel dan aktivitas enzim tripsin yang diperoleh rerata
kontrol, maka aktivitas enzim tripsin yang 0.00336 unit aktivitas enzim.
diperoleh pada waktu inkubasi 10 menit, Prosedur yang dilakukan dalam
15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit menentukan aktivitas enzim tripsin terhadap
berturut-turut sebesar 0,00210; 0,00300; penambahan ion logam Ag+ (dalam bentuk
0,00425; 0,00225; dan 0,00170 unit aktivitas senyawa AgNO3) pada kondisi optimum,
enzim. Dengan demikian waktu inkubasi opti- yaitu pH 8, suhu 37oC, waktu inkubasi 20
mum berada pada waktu inkubasi 20 menit. menit, dan konsentrasi substrat (kasein)

112
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

10 mg/mL sama dengan prosedur yang konsentrasi ion logam Ag+ sebesar 0,002 M
dilakukan pada penentuan aktivitas enzim (0,00085) maupun 0,006 M (0,00075) masih
tripsin. Perbedaannya 0,5 mL larutan buffer berada di bawah aktivitas enzim tripsin
fosfatnya diganti dengan larutan AgNO3 tanpa penambahan ion logam konsentrasi
dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0,002 (0.00336).
M; 0,004 M; 0,006 M; dan 0,008 M. Hasil Berdasarkan penelitian Green dan
pengukuran larutan sampel dan kontrol pada Neurath (1953), keberadaan ion Ag+
konsentrasi tersebut berturut-turut sebesar menjadi penghambat aktivitas dengan
0,00085; 0,00025; 0,00075; dan 0,00010 substrat benzoil-n-arginin etil ester
unit aktivitas enzim. Hasil tersebut dapat (BAEE), benzoil-n-argininamide (BAA),
dilihat pada Gambar 1. dan asetil-L-tirosin etil ester (ATEE).
Pada Gambar 1 tampak bahwa pada Ion logam Ag+ merupakan inhibitor
penambahan ion logam Ag+ terjadi fluktuasi nonkompetitif reversible yang mempunyai
aktivitas enzim tripsin yang semula turun sifat dapat berikatan dengan enzim bebas
kembali naik dan kemudian turun lagi. (E) ataupun kompleks enzim (ES), maka
Namun kenaikan aktivitas enzim tripsin sifat kereversibelannya membuat ion Ag+
yang terjadi, baik pada penambahan dapat mengganggu aktivitas enzim dalam

Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi ion Ag+ (dalam Bentuk


Senyawa AgNO3) dengan Aktivitas Enzim Tripsin

113
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

menghasilkan produk, tetapi dapat pula Dengan prosedur yang sama seperti
membiarkan enzim berikatan bebas dengan yang dilakukan ketika penambahan ion
substrat hingga menghasilkan produk. Hal logam Ag+, hanya berbeda jenis ion logam
ini karena inhibitor nonkompetitif memiliki yang ditambahkan, yaitu ion Cu2+ (dalam
tempat yang berbeda dari sisi aktif enzim, bentuk senyawa CuCl2) dengan variasi
sehingga tidak bersifat memblokir substrat konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006; 0,008; dan
untuk tidak berikatan dengan enzim. 0,01 M. Hasil pengukuran larutan sampel
Reaksi yang terjadi antara substrat dan kontrol pada konsentrasi tersebut
dengan inhibitor nonkompetitif dalam berturut-turut sebesar 0,00138; 0,00118;
bersaing dengan substrat untuk menempati 0,0011; 0,00233; dan 0,0011 unit aktivitas
tempatnya masing-masing dari enzim dapat enzim. Hasil tersebut dapat disajikan pada
dituliskan: Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan bahwa ion
logam Cu2+ bersifat inhibitor terhadap
aktivitas enzim tripsin dengan substrat
kasein. Hal ini sesuai dengan penelitian
Green dan Neurath (1953), keberadaan ion

Gambar 2. Hubungan antara Konsentrasi ion Cu2+ (dalam Bentuk


Senyawa CuCl2) dengan Aktivitas Enzim Tripsin

114
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

Cu2+ menjadi penghambat aktivitas dengan tripsin mengalami kenaikan relatif tinggi.
substrat benzoil-n-arginin etil ester (BAEE), Hal ini kemungkinan besar karena sifat
benzoil-n-argininamide (BAA), dan asetil- inhibitor ion logam Cu2+ yang berikatan
L-tirosin etil ester (ATEE). Demikian juga lemah dengan enzim, sehingga suatu saat
penelitian yang dilakukan oleh Zusfahair, mudah lepas dan digantikan oleh substrat,
Ningsih, dan Habibah (2014) yang berhasil sehingga aktivitas enzim meningkat yang
menunjukkan bahwa ion logam Cu2+ mampu ditunjukkan dengan terbentuknya produk
menurunkan aktivitas enzim papain baik yang besar. Namun kenaikan aktivitas enzim
yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia tripsin yang terjadi, pada penambahan
maupun bangkok. Hal ini menunjukkan ion konsentrasi ion logam Cu2+ sebesar 0,008 M
Cu2+ bertindak sebagai inhibitor bagi enzim (0,00233) masih berada di bawah aktivitas
papain dari daun pepaya kalifornia dan enzim tripsin tanpa penambahan ion logam
bangkok. konsentrasi (0.00336).
Senyawa inhibitor merupakan senyawa Dengan prosedur yang sama seperti
yang dapat mengubah kemampuan yang dilakukan ketika penambahan ion
enzim dalam mengikat substrat sehingga logam Ag+, hanya berbeda jenis ion logam
menyebabkan perubahan daya katalisator yang ditambahkan, yaitu ion logam Zn2+
enzim. Perubahan ini disebabkan oleh ion (dalam bentuk senyawa ZnSO4) dengan
logam Cu2+ berikatan dengan sisi aktif variasi konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006;
enzim atau ion tersebut menggantikan 0,008; dan 0,01 M. Hasil pengukuran
logam yang berada pada sisi aktif, sehingga larutan sampel dan kontrol pada konsentrasi
struktur enzim berubah sedemikian rupa. tersebut berturut-turut sebesar 0,0001;
Perubahan ini mengakibatkan konformasi 0,00025; 0,0007; 0,000225; dan 0,000575
enzim menjadi tidak efektif dalam mengikat unit aktivitas enzim. Hasil tersebut dapat
substrat dan akhirnya membuat aktivitas disajikan dengan grafik yang ditunjukkan
katalitiknya menurun. Ion logam Cu2+ pada Gambar 3.
dalam papain kalifornia memiliki aktivitas Gambar 3 menunjukkan pada penambah-
yang sangat rendah diduga karena ikatan an ion logam Zn2+ sebanyak 0,008 M terjadi
enzim dengan ion tersebut mengakibatkan penurunan aktivitas enzim tripsin. Hal ini
konformasi sisi aktif enzim menjadi sangat disebabkan ion logam yang bertindak sebagai
tidak sesuai untuk berikatan dengan substrat. aktivator ikatannya dengan enzim lemah,
Dilihat dari grafik menunjukkan pada sehingga reaksinya bersifat reversible dan
2+
konsentrasi ion logam Cu aktivitas enzim akan menghasilkan produk yang melimpah,

115
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

Gambar 3. Hubungan antara Konsentrasi ion Zn2+ (dalam Bentuk


Senyawa ZnSO4) dengan Aktivitas Enzim Tripsin

begitu pula sebaliknya. Ion logam Zn2+ dengan residu asam amino dari protease dan
bersifat aktivator terhadap aktivitas enzim bersifat sebagai akseptor elektron, sehingga
tripsin dengan substrat kasein. Kebanyakan mampu berinteraksi dengan basa, yaitu gugus
aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama OH- dari molekul air. Ion logam Zn2+ diduga
ion logam atau kation. Ion-ion logam ini akan mempolarisasi gugus karbonil substrat
umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, kasein dan memfasilitasi deprotonisasi
misalnya ion Zn2+ dalam bentuk garam molekul air, sehingga mempermudah reaksi
klorida atau garam sulfat. Hal ini sesuai hidrolisis.
dengan penelitian Kamelia, Muliawati, Dengan prosedur yang sama seperti
dan Dessy (2005) yang menunjukkan ion yang dilakukan ketika penambahan ion
Zn2+ dapat meningkatkan aktivitas enzim logam Ag+, hanya berbeda jenis ion logam
papain, dengan nilai aktivitas relatif sebesar yang ditambahkan, yaitu ion logam K+
123,200% untuk daun pepaya kalifornia (dalam bentuk senyawa KHPO4) dengan
dan 131,673% untuk daun pepaya bangkok. variasi konsentrasi 0,002 M; 0,004 M; 0,006
Lebih lanjut dinyatakan bahwa peran Zn2+ M; 0,008 M; dan 0,01 M. Hasil pengukuran
dalam mengaktivasi reaksi hidrolisis protein larutan sampel dan kontrol pada konsentrasi
didasarkan pada kemampuannya dalam tersebut berturut-turut sebesar 0,002867;
membentuk ikatan kovalen koordinasi 0,004233; 0,004533; 0,003; dan 0,0047

116
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

unit aktivitas enzim. Hasil tersebut dapat dalam bentuk garam, misalnya ion K+ dalam
disajikan dengan grafik yang ditunjukkan bentuk garam fosfat. Hal ini sesuai dengan
pada Gambar 4. penelitian Soda dan Agustini (2013) yang
Berdasarkan grafik pada Gambar 4 menyatakan bahwa peningkatan aktivitas
menunjukkan pada penambahan ion logam enzim papain dapat terjadi, karena ikatan
K+ sebanyak 0,008 M terjadi penurunan yang terbentuk antara enzim dan ion logam
aktivitas enzim tripsin. Hal ini disebabkan K+ atau antara substrat dan ion logam K+ tidak
ion logam yang bertindak sebagai aktivator terlalu kuat, sehingga tidak menyebabkan
ikatannya dengan enzim lemah, sehingga perubahan konformasi enzim.
reaksinya bersifat reversible dan akan Penambahan ion logam dengan
menghasilkan produk yang melimpah, konsentrasi optimum akan meningkatkan
begitu pula sebaliknya. konsentrasi kompleks logam substrat kasein,
Ion logam K+ bersifat aktivator terhadap kemudian membuat kesetimbangan pada
aktivitas enzim tripsin dengan substrat daerah yang diinginkan dan mengubah
kasein. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion potensial elektrokinetik enzim, sehingga
anorganik, terutama ion logam atau kation. proses aktivasi dapat terjadi dengan
Ion-ion logam ini umumnya ditambahkan optimal. Pada penelitian ini tidak dilakukan

Gambar 4. Hubungan antara Konsentrasi ion K+ (dalam Bentuk


Senyawa KHPO4) dengan Aktivitas Enzim Tripsin

117
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

penambahan ion logam pada konsentrasi Zn2+ dan K+ bersifat aktivator terhadap
optimum, sehingga aktivitas enzim yang aktivitas enzim tripsin pada substrat kasein.
terjadi tidak optimal pula.
Hasil penelitian ini berhasil DAFTAR PUSTAKA
membuktikan secara empiris adanya
Baehaki, A., Rinto, & Budiman, A. (2011).
kecenderungan ion logam Ag+ dan Cu2+ Isolasi dan karakterisasi protease
bersifat inhibitor dan ion logam Zn2+ dan dari bakteri Tanah Rawa Indralaya,
K+ bersifat aktivator terhadap aktivitas Sumatera Selatan. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan, 22(1), 37-42.
enzim tripsin pada substrat kasein. Kenaikan
aktivitas enzim tripsin yang terjadi pada Bailey, J. E., & Ollis, D. F. (1988).
Biochemical engineering fundamental
penambahan keempat ion logam tersebut
(2nd ed.). New York: Mc Graw-Hill
(Ag+, Cu2+, Zn2+, dan K+) masih berada Book Company.
di bawah aktivitas enzim tripsin tanpa
Falch, E. A. (1991). Industrial enzymes
penambahan ion logam konsentrasi
- developments in production and
(0.00336). application. Biotechnology ad-
vances, 9(4), 643-658.
SIMPULAN Green, N. M., & Neurath, H. (1953).
Berdasarkan hasil penelitian dan The effects of divalent cations
pembahasan yang telah dipaparkan, maka on trypsin. Journal of Biological
Chemistry, 204(1), 379-390.
dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum
aktivitas enzim tripsin dengan substrat Kamelia, R., Muliawati, S., & Dessy,
kasein sebanyak 10 mg/mL, yaitu berada N. (2005). Isolasi dan karakterisasi
protease intraselular termostabil dari
pada pH 7, suhu 37oC, dan waktu inkubasi bakteri Bacillus stearothermophillus
20 menit. Ada pengaruh penambahan ion RP1. Prosiding Seminar Nasional MIPA.
Departemen Kimia ITB, Bandung.
logam Ag+ (dalam bentuk senyawa AgNO3),
Lehninger, A. L. (1997). Dasar-dasar
ion logam Cu2+ (dalam bentuk senyawa biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
CuCl2), ion logam K+ (dalam bentuk senyawa
Situmorang, N. (2014). Aktivitas protease
KHPO4), dan ion logam Zn2+ (dalam bentuk
dan uji fisiologi isolat bakteri proteolitik
senyawa ZnSO4) dalam berbagai variasi dari limbah cair nanas (Skripsi tidak
konsentrasi terhadap aktivitas enzim tripsin. Dipublikasikan). FMIPA Universitas
Lampung, Lampung.
dengan substrat kasein. Hasil secara empiris
menunjukkan kecenderungan ion logam Ag+ Soda, F. N., & Agustini, R. (2013). Pengaruh
dan Cu 2+
bersifat inhibitor dan ion logam penambahan ion logam K+ terhadap

118
Karakterisasi Beberapa Ion Logam (Sulistyowati, E., dkk.)

aktivitas enzim papain. UNESA Journal Pb2+, Zn2+ with trypsin: What is the
of Chemistry, 2(2), 29-34. key factor of their toxicity?. Journal of
fluorescence, 24(6), 1803-1810.
Sumardjo, D. (2006). Pengantar kimia.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Zusfahair, Ningsih, D. R., & Habibah, F. N.
(2014). Karakterisasi papain dari daun
Zhang, T., Zhang, H., Liu, G., Gao, C., & pepaya (Carica Papaya L.). Molekul,
Liu, R. (2014). Interaction of Cu2+, 9(1), 44-55.

119
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 2, Oktober 2016

120

Anda mungkin juga menyukai