LANDASAN TEORI
1. Fintech
Penjelasan lain, menurut The National Digital Research Centre (NDRC), di Dublin,
Irlandia, mendefinisikan fintech sebagai “innovation in financial services” atau “inovasi dalam
layanan keuangan fintech” yang merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang mendapat
sentuhan teknologi modern.
Dalam The Futures of Financial Services, World Economic Forum (WEF) membagi
fintech kedalam enam kategori;
1) Pembayaran (Payments)
2) Asuransi (Insurances)
3) Deposit dan Pinjaman (Lending)
4) Pekembangan Modal (Capital Rising)
5) Manajemen Investasi (Investment Management)
6) Penyediaan Pasar (Market Provisioning)
Fintech ini lebih dari sekadar istilah atau konsep. Fintech kini dielu-elukan sebagai
sebuah industri. Peran fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile
payments, dan jasa transfer uang menyebabkan pembuka jalan dalam bisnis startup. Dengan
crowdfunding, bisa memperoleh dana dari seluruh dunia dengan mudah, bahkan dari orang
yang belum pernah ditemui sekalipun fintech juga memungkinkan transfer uang secara
internasional. Jasa pembayaran seperti PayPal otomatis mengubah kurs mata uang, sehingga
yang berada di Amerika bisa membeli barang dari Indonesia dengan mudahnya. Fintech juga
memiliki peran penting dalam mengubah perilaku dan ekspektasi konsumen diantaranya :
a. Dapat mengakses data dan informasi kapan saja dan dimana saja
b. Menyetarakan bisnis besar dan kecil sehingga pengusaha memiliki ekspektasi tinggi
meski terhadap bisnis kecil yang baru dibangun.
Berdasarkan data Bank Indonesia, saat ini terdapat 96 perusahaan Fintech yang
beroperasi di Indonesia nilai transaksi fintech di Indonesia per tahun mencapai 14,5 miliyar
dollar, sekitar 0,6% dari nilai transaksi global yang mencapai 2.355,9 milyar dollar.
Perkembangan bisnis Fintech yang sangat pesat di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan pengguna internet dan e-commerce. Pengguna internet di Indonesia per
November 2015 mencapai 88,1 juta. Pengguna internet di Indonesia didominasi oleh digital
native, yaitu pengguan internet dengan umur 24 tahun ke bawah.
2. Keuangan Inklusif
Definisi lain terkait financial inclusion menurut World Bank (2008) yang dikutip dalam
Supartoyo dan Kasmiati (2013) adalah sebagai suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan
untuk menghilangkan segala bentuk hambatan baik dalam bentuk harga maupun non harga
terhadap akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, Keuangan inklusif adalah segala upaya yang bertujuan untuk
meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non-harga terhadap akses
masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan sehingga dapat memberikan manfaat
yang signifikan terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat
Memang membangun masyarakat kelas bawah (in the bottom of the pyramid) pada
umumnya tidak semudah membangun kelas atas (middle and high income) mereka mempunyai
pandangan yang terbatas, sempit dan lepas dari pemikiran kehidupan masa depan serta suka
melakukan jalan pintas. Dengan keadaan seperti ini mereka perlu dibina karena pada dasarnya
di dalam diri mereka ada kekuatan yang perlu diluruskan untuk kehidupan masa depan.
Visi keuangan inklusif dirumuskan untuk mewujudkan sistem keuangan yang dapat
diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan terciptanya stabilitas sistem
keuangan di Indonesia. Misi keuangan inklusif tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan
sebagai berikut:
1) Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar pembangunan
ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem
keuangan.
2) Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan keuangan.
4) Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan.
5) Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga keuangan non
bank.
6) Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memperluas
cakupan layanan keuangan.
3. UMKM
3.1. Pengertian UMKM
UMKM atau yang biasa dikenal dengan usaha kecil menengah merupakan sebuah
istilah yang mengacu pada suatu jenis usaha yang didirikan oleh pribadi dan memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (belum termasuk tanah dan bangunan).
Peran Fintech Dalam Meningkatkan kalangan ekonomi masyarakat muda dipelopori oleh
wirausahawan muda (youth entrepreneur), dimana dalam perekonomian memiliki peran luas
dan vital, yaitu sebagai penggerak ekonomi baik kini maupun di masa yang akan datang.
Wirausahawan muda disini diartikan sebagai sorang wira usaha yang umurnya dibawah 40
tahun. Karakteristik wirausawawan muda diantaranya:
a. Bergerak di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
b. Open minded & technology friendly
c. Proaktif, produktif dan dinamis
d. Tidak memiliki guarantee yang cukup tetapi memiliki usaha yang potensial
e. Belum menanggung beban keuangan yang banyak.
Atas dari karakteristik neraca keuangan UMKM, peran fintech dalam meningkatkan
bisnis wirausahawan muda adalah sebagai berikut: melalui layanan tersebut fintech dapat
diintegrasikan dengan layanan lainnya, seperti pengetahuan pasar, linkage ke pasar dan
pengelolaan keuangan secara pintar dan terencana, fintech dapat menjadi tumpuan
1. World Economic Forum. GAC15 The Future of FinTech Paradigm Shift Small Business
Finance report 2015. 2015. http://www3.weforum.org/
2. World Economic Forum. The Future of Financial Services: How disruptive innovations
are reshaping the way financial services are structured, provisioned and consumed. June
2015. http://www3.weforum.org/docs/WEF_The_future__of_financial_services.pdf
3. Keuangan inklusif OJK. http://www.ojk.go.id/
4. Berita Data Pengguna Internet di Indonesia. https://id.techinasia.com/
5. Bahctiar Hassan Miraza, (2014). Membangun Keuangan Inklusif, Jurnal Ekonomi
Manajemen dan Akuntansi, vol. 23, no 2.
6. Budi Wibowo, analisa regulasi fintech dalam membangun perekonomian di Indonesia,
Jakarta, Indonesia.
7. Halim Alamsyah, (2016). “Pentingnya Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Akses
Masyarakat dan UMKM terhadap Fasilitas Jasa Keuangan Syariah”
8. Inklusi Keuangan Dan Pertumbuhan Inklusif Sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan
Di Indonesia, I Made Sanjaya.
9. Meilisa Salim et.al, (2014). Analisis Implementasi Program Financial Inclusion Di
Wilayah Jakarta Barat Dan Jakarta Selatan, [Skripsi], Universitas Bina Nusantara.
10. Nofita Wulansari, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Melalui Sinergi Umkm Dan Good
Governance di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan
Bisnis
11. Triana Fitriastuti, et . al, (2015). Implementasi Keuangan Inklusif Bagi Masyarakat
Perbatasan