Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AUDIT INTERNAL

KASUS FIRST TRAVEL


Dosen Pengampu: Drs. Sudarno, M.Si., Ph. D.

Disusun oleh:
Cintya Trisanty
12030117140151
No Absen : 33

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
1. Latar Belakang
Dilansir dari kompas.com, Kasus First Travel baru saja diputus Mahkamah Agung
di tingkat Kasasi. Salah satu yang mengundang kontroversi adalah soal pengembalian
aset First Travel, bukan kepada jemaah melainkan kepada negara. Namun, ada yang lebih
menyita perhatian. Ada kejanggalan besar. Uang ratusan miliar lenyap bagai siluman.
Dari beberapa kali persidangan terungkap bahwa harta First Travel hanya tersisa Rp 25
miliar saja. Apa yang janggal? Berikut saya jabarkan! Diketahui bahwa setiap jemaah
First Travel menyetor uang sebesar Rp 14,5 juta untuk berangkat ibadah umrah dalam
kurun waktu 2017-2018. Tercatat, ada 63.310 jemaah yang menyetorkan uangnya ke First
Travel. Jika dikalikan maka seharusnya ada uang nyaris Rp 1 triliun rupiah. Namun, yang
tersisa hanya Rp 25 miliar saja. Kemana uang sisanya?

Penelusuran Aiman Program AIMAN yang tayang Senin (25/11/2019) menelusuri


soal uang hilang ini. Ada berbagai spekulasi yang menyebutkan uan tersebut dihabiskan
pemilik First Travel, pasangan suami istri Andika Surachman dan Anniesa Habibuan,
untuk jalan-jalan, biaya hidup mewah, serta dijadikan modal untuk membeli restoran di
London, Inggris. Muncul pertanyaan, apakah mungkin uang sebanyak itu dihabiskan
dalam satu tahun, di rentang 2017-2018, sementara keduanya disibukkan oleh berbagai
protes hingga demonstrasi ribuan jemaah yang menuntut berangkat umrah. Saya
mewawancarai pengacara 3000 jemaah First Travel, Luthfi Yazid. Apa yang saya
dapatkan darinya mengundang tanya. Luthfi menuturkan kepada saya, ada aset senilai Rp
300-an miliar yang sempat disebutkan di persidangan milik First Travel. Namun aset itu
tak pernah kunjung bisa dibuktikan. Nilai sebesar itu pun belum menutup jumlah uang
yang seharusnya ada sebesar Rp 1 triliun. "Saat sidang saya mendengar ada aset sekitar
Rp 300 miliar yang disebutkan oleh pengacara terdakwa," kata Luthfi kepada saya di
program AIMAN.

Saya bertanya kepada Kepala Biro Humas Mahmkamah Agung (MA) Abdullah
soal putusan pengembalian uang kepada negara. Ia menjelaskan, putusan Majelis Hakim
First Travel sudah benar. Dalam hukum acara pidana, kata dia, uang hasil kejahatan harus
dikembalikan pada negara. Tidak ada pasal yang menyebut uang dikembalikan selain
kepada negara. Kasus First Travel diputus pada perkara tindak pidana pencucian uang
(TPPU).

Bagaimana soal aset? Soal aset yang disebutkan berkurang jauh, Abdullah
menjelaskan, persidangan hanya menyidangkan perkara dan membuka perkara tersebut
agar terang benderang kepada publik. "Perihal barang bukti merupakan ranah penyelidik,
penyidik, dan penuntut yang berada di wilayah Polisi dan Kejaksaan," ujar Abdullah
kepada saya. Misteri belum terjawab. Di mana aset senilai ratusan miliar ini berada?
Mantan hakim yang kini menjadi pengajar di Universitas Trisakti, Jakarta, Asep Iwan,
mengungkapkan, peristiwa ini bukanlah yang pertama terjadi. Saat ia masih menjadi
hakim, ia pernah meyidangkan kasus serupa, biro haji dan umrah Tiga Utama, sebuah
biro perjalanan terbesar saat itu. Tiga Utama memberangkatkan banyak pejabat, termasuk
Presiden Soeharto. Seperti First Travel, aset dari kasus-kasus yang berproses hukum tidak
pernah ada yang bisa dihitung secara pasti sesuai perhitungan matematika.

Ini pekerjaan rumah yang serius bagi penegak hukum untuk memperbaiki kinerja
mereka. "Barang bukti sering kali hilang. Misalnya pada kasus narkotika. Saat
penangkapan disebutkan 3 kilogram, namun ketika persidangan hanya tersisa 1 atau 2
kilogram," ungkap Asep. Misteri aset dan nasib buruh cuci Banyak jemaah First Travel
yang kini gigit jari. Tak hanya mereka yang berpunya, tapi juga mereka yang berjuang
keras mengumpulkan uang belasan juta demi berangkat ibadah. Diantaranya adalah buruh
cuci tua, anggota Majelis Taklim di Kramat Jati, Jakarta Timur. Setiap kali bertemu
pimpinan Majelis Taklimnya, ia selalu bertanya, "Ibu, kapan saya berangkat umrah?"

2. Masalah
1. Bagaimana peran auditor dalam kasus First Tracel?
2. Apakah pengendalian internal dalam First Travel sudah berjalan efektif?
3. Bagaimana pengawasan First Travel menggunakan COSO Internal Control
Framework?

3. Teori
a) Pengendalian Internal yang Efektif
Pengendalian internal adalah suatu proses yang diimplementasikan oleh manajemen
yang didesain untuk menyajikan asurans yang layak atas:
 Informasi keuangan dan operasional yang terpercaya
 Kesesuaian dengan aturan-aturan hukum dan regulasi
 Keamanan aset-aset
 Efisiensi operasional
 Tercapainya misi dan tujuan program-program perusahaan
 Integritas dan nilai-nilai etika

Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa pengendalian internal tidak hanya


berfokus pada keuangan dan akuntansi suatu perusahaan, tetapi berfokus pada seluruh
proses perusahaan. Perusahaan memiliki pengendalian internal yang baik saat ia
mencapai misinya melalui perilaku-perilaku yang beretika, menunjukkan data-data
yang terpercaya dan akurat, sesuai dengan aturan dan regulasi, dan memiliki
resources yang efisien dan efektif.
b) COSO Internal Control Framework
Semua internal auditor harus memiliki pemahaman atas COSO internal control
framework. Apapun area yang sedang di-review, para internal auditor perlu untuk
mempertimbangkan COSO internal control framework.

1) Control Environment (Lingkungan Pengendalian)


Fondasi dari berbagai pengendalian internal, menurut COSO, adalah lingkungan
pengendalian. COSO menjelaskan bahwa lingkungan pengendalian internal
memiliki pengaruh yang pervasif atas bagaimana semua aktifitas
diimplementasikan dan penilaian risiko. Lingkungan pengendalian merupakan
fondasi dari komponen-komponen pengendalian internal yang lainnya. Latar
belakang dan budaya perusahaan memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan lingkungan pengendalian internal. Beberapa elemen dari COSO
control environment yaitu:

 Integritas dan nilai-nilai etika

 Komitmen dalam kompetensi

 Direksi dan komite audit

 Filosofi dan gaya manajemen

 Struktur organisasi

 Pembagian tugas dan tanggung jawab

 Aturan-aturan dan praktek SDM


2) Risk Assesment (Penilaian Risiko)

COSO mendeskripsikan tiga proses dalam melakukan penilaian risiko:

 Mengestimasi seberapa signifikan risiko tersebut


 Menilai kemungkinan atau frekuensi terjadinya risiko
 Merencanakan bagaimana mengatasi risiko tersebut dan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi risiko

Berbagai macam risiko, baik dari dalam maupun dari luar entitas, dapat
mempengaruhi entitas secara keseluruhan. COSO menjelaskan bahwa risiko
dapat dilihat melalui tiga perspektif:

 Risiko perusahaan yang disebabkan oleh faktor eksternal


 Risiko perussahaan yang disebabkan oleh faktor internal
 Risiko perusahaan yang disebabkan oleh aktifitas yang spesifik

3) Control Activities (Aktivitas Pengendalian)

Aktivitas pengendalian adalah aturan-aturan dan prosedur yang dapat membantu


perusahaan dalam mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang beresiko. Aktivitas
pengendalian ada dalam semua level pada suatu organisasi. Konsep dari aktivitas
pengendalian adalah bagian yang penting dalam membangun pengendalian
internal yang efektif pada perusahaan.

 Tipe-tipe aktivitas pengendalian: top-level reviews, pemrosesan informasi,


pengendalian atas aset-aset, indikator performance, dan pembagian tugas.
 Integrasi aktivitas pengendalian dengan penilaian risiko: aktivitas
pengendalian yang sesuai harus diterapkan untuk mengatasi risiko yang telah
diidentifikasi.
 Pengendalian atas sistem informasi

4) Komunikasi dan Informasi

Informasi yang sesuai, yang didapat dari sistem IT, harus dapat dikomunikasikan
perusahaan. Perusahaan membutuhkan informasi dalam semua level pada
perusahaan untuk mencapai tujuan operasional, finansial, dan kesesuaian.
Informasi ini harus mengalir dari top level manajemen perusahaan ke lower level
manajemen perusahaan dan dari lower level manajemen perusahaan ke top level
manajemen perusahaan. COSO internal control menjelaskan bahwa komunikasi
pada perusahaan terdiri dari komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
 Komponen Komunikasi Internal: komponen yang paling penting dari elemen
komunikasi adalah bahwa para stakeholder harus menerima pesan dari
manajemen senior mengingatkan mereka atas tanggung jawab pengendalian
internal mereka. Kejelasan pesan ini penting untuk memastikan bahwa
perusahaan akan mengikuti prinsip-prinsip pengendalian internal yang efektif.
Semua stakeholder perlu untuk mengetahui dan memahami limit dan batasan-
batasan dan saat perilaku mereka tidak etis, ilegal, dan tidak layak. Komunikasi
harus mengalir dalam dua arah, dan pengendalian internal COSO menekankan
bahwa para pemangku kepentingan juga harus memiliki mekanisme untuk
pelaporan. Komunikasi ke atas ini memiliki dua komponen: komunikasi normal
dan khusus. Pelaporan normal mengacu pada proses di mana para pemangku
kepentingan diharapkan untuk melaporkan status, kesalahan, atau masalah
melalui atasannya.

 Komunikasi Eksternal: perusahaan perlu untuk membangun komunikasi yang


baik dengan pihak-pihak luar, yaitu customer, supplier, shareholders, bankers,
dan lain-lain. Informasi eksternal harus mengalir dalam dua arah. Informasi yang
diberikan kepada pihak luar harus relevan dengan kebutuhan semua pihak, yaitu
dengan membangun pemahaman yang lebih baik dari suatu perusahaan dan
tantangan yang dihadapi.

5) Monitoring (Pengawasan)
Walaupun sistem pengendalian internal akan bekerja secara efektif dengan
dukungan yang tepat dari manajemen, prosedur pengendalian, dan hubungan
informasi dan komunikasi, proses pemantauan harus ada untuk memantau
kegiatan ini. Pemantauan telah lama menjadi peran auditor internal, yang
melakukan tinjauan untuk menilai kepatuhan dengan prosedur yang ditetapkan;
Namun, COSO sekarang mengambil pandangan yang lebih luas atas pemantauan
ini. Pengendalian internal COSO mengakui bahwa prosedur pengendalian dan
sistem lain akan terus berubah dari waktu ke waktu. Apa yang tampaknya menjadi
efektif ketika pertama kali diterapkan mungkin tidak efektif di masa depan.

c. Dimensi-dimensi Lain dari COSO Internal Controls Framework

 Pelaporan finansial yang terpercaya


 Kesesuaian dengan aturan hukum dan regulasi
 Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan perusahaan

Harus ada satu set proses kontrol yang konsisten dalam seluruh perusahaan
dengan pertimbangan yang diberikan kepada risiko relatif dan lingkup operasi.
Kontrol internal harus konsisten, tetapi mereka juga harus diterapkan secara tepat
dalam satuan operasi individu. Kegiatan pengendalian internal harus ada di semua
unit operasi dan harus mencakup tiga faktor pengendalian internal: efektivitas,
kehandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap regulasi.

4. Pembahasan

Peran auditor adalah meminimalisir risiko informasi yang dihadapi pengguna


laporan keuangan. Auditor sebagai pihak independen idealnya tidak memiliki
kepentingan dengan perusahaan yang diaudit maupun dengan pihak pengguna laporan.
Audit bertujuan memastikan laporan keuangan bebas dari salah saji material, sehingga
meningkatkan kredibilitas dan keandalan dari laporan keuangan tersebut. Auditor juga
melaporkan permasalahan-permasalahan material yang sedang dihadapi perusahaan jika
memang perusahaan sedang mengalaminya.

Dengan laporan keuangan yang sudah diaudit, Kementerian Agama dapat


mengandalkan informasi yang tertuang di dalam laporan keuangan tersebut dan kemudian
mengambil keputusan berdasarkan informasi tersebut. Namun yang perlu ditekankan
adalah tugas auditor bukan memberikan pernyataan mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan yang diaudit, apakah sehat atau tidak sehat, melainkan hanya memberikan
jasa asurans mengenai laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen, agar para
pengguna laporan keuangan dapat mengandalkan informasi yang tertera di dalamnya.

Kenyataannya adalah laporan keuangan dari First Travel belum masuk ke


Kementrian Agama. Jika laporan keuangan First Travel belum diserahkan ke Kementrian
Agama, bagaimana bisa Kementrian Agama mengeluarkan izin operasional First Travel?
Sekretaris Jenderal Kementrian Agama, Nur Syam, menyebutkan bahwa berbagai
persyaratan yang dibutuhkan bisa dipenuhi First Travel, termasuk laporan keuangan
tahunan. Dia mengatakan bahwa laporan keuangan dari akuntan publik dinilai dengan
catatan wajar dengan pengecualian.

Namun sebenernya Kementrian Agama tidak menerima laporan keuangan First


Travel, melainkan hanya menerima laporan audit dari auditor First Travel yang
menyatakan bahwa laporan audit dari auditor First Travel. Kemudian berdasarkan
laporan audit dengan opininya tersebut, Kementrian Agama merasa bahwa First Travel
sudah memenuhi syarat yang ditentukan. Kementrian Agama seharusnya menelusuri
bagian yang dikecualikan oleh auditor, yakni hal-hal yang membuat auditor menggagap
adanya suatu permasalahan dalam laporan keuangan First Travel.

Selain itu, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh lembaga resmi


Pemerintah yaitu PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) terungkap
bahwa sebagian uang calon jemaah First Travel yang belum berangkat, dipakai oleh
pemilik First Travel untuk membeli mobil, rumah dan barang mewah lain. PPATK juga
mengungkapkan bahwa uang tersebut juga dipakai untuk melakukan perjalanan ke luar
negeri yang dilakukan oleh pemilik First Travel.

Perbuatan yang dilakukan oleh pemilik First Travel sangat tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi. Pemilik First Travel seharusnya mengatur keuangan perusahaan
dengan bijak. Uang setoran calon jemaah hanya boleh digunakan untuk pembiayaan
Ibadah Umroh seperti membayar tiket pesawat, membayar Hotel dan pembiayaan lain.

Perusahaan memiliki pengendalian internal yang baik saat ia perilaku-perilaku


yang beretika, menunjukkan data-data yang terpercaya dan akurat, sesuai dengan aturan
dan regulasi, dan memiliki resources yang efisien dan efektif. Dengan pemaparan diatas,
terbukti bahwa First Travel tidak memiliki pengendalian internal yang baik karena tidak
beretika, menunjukan opini auditor yang tidak terpercaya, tidak sesuai regulasi akuntansi,
dan resources yang buruk terbukti dari pemilik yang menyimpang.

5. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
a) Pengendalian internal merupakan langkah perusahaan dalam meminimalisasi
risiko untuk mencapai tujuan perusahaan
b) Internal auditor berperan melakukan pengawasan atas pengendalian internal yang
telah dilakukan perusahaan, apakah pengendalian internal tersebut sudah sesuai
prosedur atau tidak. Internal auditor melakukan pengawasan pengendalian
internal dengan cara menggunakan COSO internal control framework yang
berupa three dimensional model.
c) Setiap internal auditor harus memiliki pemahaman atas COSO internal control
framework, yang merupakan standar untuk membangun dan menilai pengendalian
internal. Adanya pemahaman atas COSO internal control framework dapat
digunakan internal auditor untuk membangun dan mengimplimentasikan
pengendalian internal yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2019/11/26/12421941/misteri-lenyapnya-uang-ratusan-miliar-first-
travel?page=all

Moeller, Robert. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing: A Common Body of Knowledge
7th edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai