BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Cronic kidney desease atau gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi
elektrolit, sehingga timbul uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Musliha:2010:76)
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus menerus. Gagal ginjal kronis dapat timbul dari hamper semua penyakit
yang dijelaskan dalam bab ini. Selain itu, individu yang rentan , nefropatik
analgesic, destruksi papilla ginjal yang terkait dengan pemakaian harian obat-
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Gagal ginjal kronik
terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal.
1. Stadium 1
inilah yang paling ringan, diaman faal ginjal masih baik. Pada tahap ini
ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini keratin serum dan kadar
BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.
beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan
2. Stadium II
Influenza ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita
ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal
mencegah penderita masuk ke tahap yang lebih berat pada tahap ini lebih 75
% jaringan yang berfungsi telah rusak kadar BUN lebih meningkat diatas
dari kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin mulai
20%-50%). (Musliha:2010:77)
3
3. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana dapat melakukan tugas
mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air
% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal
dan kadar kreatinin mengkin sebsar 5-10 ml / menit atau kurang. (Musliha :
2010 : 76)
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat
ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan menggal
C. Etiologi
nefropati
Nefrosklerosis maligna
Pollarteritis nodosa
Goat
5
Hiperparatiroidisme
Amiloidosis
Nefropati timah
retroperitoneal.
D. Patofisiologi
menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada gagal ginjal kronik. Sudut pandang
namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian yang spesifik dari
nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau
susunan antomik pada lengkung Henle dan vasa rekta, atau pompa klorida pada
pars asendens lengkung Henle yang akan mengganggu proses aliran balik
pemekat dan aliran balik penukar. Pendekatan kedua dikenal dengan nama
hipotesis bricker atau hipotesis nefron yan utuh, yang berpendapat bahwa bila
6
nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa
nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan terjadi bila jumlah
tidak dapat dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini sangat berguna
diuraikan dari segi hipotesis nefron uang utuh. Meskipun penyakit ginjal
kronik terus berlanut, namun jumlah zat terlarut yang harus diekskresi oleh
nefron yang bertugas melakukan nefron fungsi tesebut sudah menurun secara
progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap
ginjal. Terjadi kecepatan peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan
reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa
nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme
elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun
filtrasi dan bebat zat terlarut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga
7
E. Komplikasi
:2006:968)
a. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
selama hemodialisa
uremia biasanya akna menjadi stabil pada kadar bikarbonat plasma 16-2-
Eq/I.
f. Hiperurisemia
i. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azetomia dan
l. Sepsis
F. Menifestasi klinis
2. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anorexia, mual, muntah
G. Pemeriksaan penunjang
: CCT
Atau
Laki – laki :
yaitu :
Bersihan kreatinin
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2
Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
10
Endokrin : PTH dan T3,T4
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai
tahun.
kuat.
11
d) Kendalikan hiperfosfatemia.
f) Terapi hIperfosfatemia.
f) Terapi anemia.
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
K+ (hiperkalemia ) :
12
2) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama
dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.
b. Anemia
2) Anemia hemolisis
dialisis.
c. Kelainan Kulit
Keluhan :
a) Bersifat subyektif
d) Pemberian obat
2) Easy Bruishing
d. Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya :
1) HD reguler.
e. Hipertensi
terapinya meliputi :
3) Obat-obat antihipertensi.
3. Terapi pengganti
5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
Hemodialisa
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu
cepat pada Klien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal
terdapat indikasi:
(d) Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat Klien uremia,
paru ringan atau berat atau kreatinin tinggi dalam darah dengan
BAB II
A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, telapak tangan dan distremia jantung. Nadi lemah halus, pucat
c. Integritas ego
Gejala : factor sters, perasaan tak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada
kekuatan.
kepribadian.
d. Eliminasi
e. Makanan / cairan
diuretic.
f. Neurosensori
Tanda : gangguan status mental, penurunan DTR, kejang, rambut tipis dan
g. Nyeri . kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala : napas pendek, dispnea, batuk dengan tanpa sputum kental dan
banyak
i. Keamanan
B. Diagnosa Keperawatan
dan muntah
C. Intervensi Keperawatan
pemasukan.
Kriteria hasil :
masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,
pembatasan cairan
4. Observasi TTV
mual, muntah
Kriteria hasil :
tubuh
Klien
Kriteria hasil :
nadi, dan RR
22
2. Tingkatkan kemandirian dalam kaji hal-hal yang mampu dan tidak mampu
memenuhi kebutuhannya
klien
4. Observasi TTV
Kriteria hasil :
paru
kulit
Kriteria hasil :
memungkinkan
3. Gunakan bantal air atau bantal lunak di bawah daerah yang menonjol
menonjol
4. Jaga kebersihan kulit dan hindari seminimal mungkin trauma panas terhadap
kulit
5. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhy Kusuma, (2003). Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose
medis & Nanda nic noc. Jilid 1. Edisi revisi. Yogyakarta. (hal 166)
Elizabeth J. Corwin, (2009). Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedoktern EGC. Edisi 3. Jakarta.
(hal 730)
Musliha, S.kep. Ns, (2010). Keperawatan Gawat Daruratan. Nuha Medika. Yogyakarta. (hal
75)
Sylvia A. price & Lorraine M. wisan, (2006). Patofisiologi konsep Klinis proses-proses
penyakit. Buku Kedokteran. EGC. Volume 2. Jilid 6. Jakarta. (hal 166).