Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Benigna Hipertropi Prostat adalah bertambahnya tumor yang

menyebabkan terjadinya perluasan langsung ke uretra, leher kandung kemih,

dan vesikula semilunaris. ( Sylvia, A, 2006 ).

Menurut (Arifyanto D,2008).Benigna Hipertropi Prostat adalah

pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke

arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat

menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter.

Benign prostat hyperplasia ( BPH ) adalah suatu kondisi yang sering

terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat

(Yuliana, 2011 dikutip dalam buku Huda & Kusuma, 2013).

B. Etiologi

Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan

testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi

testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di peerifer. Karena proses

pembesaran prostat terjadi secara perlahan – lahan, efek perubahan juga terjadi

secara perlahan – lahan (Wim de Jong dikutip dalam buku Hida & Kusuma,

2013).
2

C. Patofisiologi

Hiperplasia prostak jinak ( BPH ) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh penunaan, tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50 tahun ke

atas. Hyperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa

majamuk dalam prostat ; pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral

sebagai poliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjer normal

yang tersisa. Prostat tersebut mengelilingi uretra dan pembesaran pada bagian

periuretral yang menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars

prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung

kemih. Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan perubahan

hormon karena dengan penunaan kadar testosterone serum menurun dan kadar

estrogen meningkat, teori mengatakan kadar estrogen yang tinggi akan

merangsang hyperplasia kelenjer prostat.

D. Menifestasi Klinis

Klien BPH dapat menujjukan berbagai macam tanda dan gejala. Gejala

BPH berganti – danti dari waktu ke waktu dan mungkin dapat semakin parah,

menjadi stabil, atau semakin buruk secara spontan.

Berbagai tanda dan gejala dapat di bagi dalam dua kategori yaitu :

obstruktif ( terjadi ketika faktor dinamik dan/atau faktor static mengurangi

pengososngan kandung kemih) dan irirtatif ( hasil dari obstruksi yang sudah

berjalan lama pada leher kandung kemih), (Yuliana, 2011 dikutip dalam buku

Huda & Kusuma, 2013).

Askep BPH
3

1. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama

dan kuat sehingga mengakibatkan :

a) Pancaran miksi melemah

b) Rasa tidak puas habis miksi

c) Kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy)

d) Harus mengejan (straining)

e) Kencing teputus – putus ( intermitteney)

f) Dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan

inkontinen karena overflow.

2. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau

pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehinngga sering

berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai

hipersentivitasatot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain :

a) Sering miksi (frekuensi)

b) Terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia)

c) Perasaan yang ingin miksi mendesak (urgensi)

d) Nyeri pada saat miksi (disuria), (mansjoer, 2000).

Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong, 2002 dikutip dalam buku

Huda & Kusuma, 2013, derajat berat BPH di bedakan menjadi 4 stadium yaitu:

1. Stadium 1 : biasanya belum memerlukan tindakan bedah, di beri

pengobaatan konservatif.

2. Stadium 2 : merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya

dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection).

Askep BPH
4

3. Stadium 3 : reaksi endoskopik dapat di kerjakan bila di perkirakan prostate

sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan

pembedahan terbuka, melalui trans vesikel retropublik / parianal.

4. Stadium 4 : tindakan harus segera di lakukan membebaskan klien dari

retensi urine total dengan pemasangan kateter.

Menurut Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa manifestasi klinis dari BPH

adalah peningkatan frekuensi penuh. Adapun pemeriksaan kelenjar prostat

melalui pemeriksaan di bawah ini :

1. Rectal Gradding : dilakukan pada waktu vesikel urinaria kosong

a) Garade 0 : penonjolan prostat 0 - 1 cm ke dalam rectum

b) Grade 1 : penonjolan prostat 1 - 2 cm ke dalam rectum

c) Grade 2 : penonjolan prostat 2 - 3 cm ke dalam rectum

d) Grade 3 : penonjolan prostat 3 - 4 cm ke dalam rectum

e) Grade 4 : penonjolan prostat 4 - 5 cm ke dalam rectum

2. Clinical gradding : banyaknya sisa urine di ukur tiap pagi hari setelah

bangun tidur di sarung kencing dahulu kemudian di pasang kateter.

a) Normal : tidak ada sisa

b) Grade 1 : sisa 0 – 50 cc

c) Grade 2 : sisa 50 – 150 cc

d) Grade 3 : sisa > 150 cc

e) Grade 4 : klien sama sekali tidak bisa kencing

Askep BPH
5

E. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada klien BPH adalah antara lain : sering

dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena

urine tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi

saluran kemih dan apabila tidak di obati dapat menyebabkan gagal ginjal.

Kerusakan traktur urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik

mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan

peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan hernia dan

hemeroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan

yang menambah keluhan iriyasi dan hematuria.

F. Diagnostik test

Banyak pemeriksaan fisik maupun laboratorium yang harus dilakukan

untuk mengetahui gambaran lengkap kondisi prostat. Pemeriksaan tersebut

meliputi :

1. Riwayat medis yaitu keluhan – keluhan yang dihadapi, penyakit lain yang

sedang dialami, riwayat penyakit dalam keluarga, alergi terhadap obat

tertentu dan pengobatan – pengobatan yang pernah dijalani.

2. Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan colok dubur ( perabaan pada prostat

melalui lubang dubur ). Perabaan ini dapat mendeteksi adanya pembesaran

atau kelainan yang terjadi pada prostat.

3. Pemeriksaan laboratorium

a) Tes PSA ( Prostate Spesifie Antigen ), digunakan untuk mendeteksi

kadar protein spesifik dalam darah, tinggi kadar protein tersebut dapat

Askep BPH
6

menunjukkan kemungkinan hipetrofi prostat.

b) Tes darah, untuk mengetahui penurunan fungsi ginjal yang disebabkan

oleh terbentuknya kumpulan air seni yang tertahan akibat hipertrofi

prostat.

c) Urinalisis, untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada air seni yang

ditimbulkan akibat infeksi di uretra atau kandung kemih.

d) Ultrasonografi (USG), untuk mengetahui pembesaran prostat,

menentukan volume buli–buli, mengukur sisa urine, dan keadaan

patologi lain seperti divertikel, tumor atau batu. Ultra sonografi

suprapubik dan transrektal dapat menentukan jenis terapi yang tepat.

e) Sistografi dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau

pada pemeriksaan fisik ditemukan mikrohematuria dan dapat memberi

gambaran kemungkinan tumor didalam kandung kemih atau sumber

perdarahan .

f) Sistokopis dapat memberi keterangan mengenai besar prostat dan

mengukur panjang uretra pars prostatik dan melihat penonjolan prostat

kedalam uretra ( R.Sjamsuhidajat 2005 )

G. Penatalaksanaan

Menurut Sjamsuhidajat, 2005 dikutip dalam penatalaksanaan klien BPH

terhantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis, yaaitu :

1. Stadium 1

Pada satadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan

pengobatan konservatif, mislanya menghambat adrenoreseptoralfa seperti

Askep BPH
7

alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera

terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hipelasia prostat.

Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk

pemakaian lama.

2. Stadium 2

Pada stadium ini merupakan indikasi untuk melakukan pemmbedahan

biasanya dia anjurkan reseksiendoskopi melalui uretra ( trans uretra).

3. Stadium 3

Pada stadium 3 reseksi endoskopi dapat di kerjakan dan apabila di

perkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi tidak akan selesai

dalam 1 jam, sebaiknya di lakukan pembedahan tebuka.

4. Stadium 4

Pada stadium 4 yang harus di lakukan adalah membebaskan penderita dari

retensi urine total dengan memasang kateter. Setelah itu, dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dan melengkapi diagnosis, kemudian terapi

definitive dengan Tur atau pembedahan terbuka.

Askep BPH
8

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Umum

a. Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, kawin/ belum

kawin, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan

alamat.

b. Identitas penanggung jawab : Nama, Umur, jenis kelamin, kawin / belum

kawin, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

hubungan dengan klien dan alamat.

2. Keluhan utama.

Keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian yang menyebabkan

klien masuk rumah sakit.

3. Riwayat kesehatan.

a. Riwayat kesehatan sekarang.

Alasan klien masuk Rumah sakit dan keadaan keluhan yang dirasakan

dapat dinilai dengan PQRST ( P; provokatif, Q; Qualitatif, R; Regio, S :

Skala, T : time).

b. Riwayat kesehatan masa lalu.

Untuk mengetahui keadaan klien masa lalu apakah pernah dirawat di

Rumah sakit, dioperasi dan apakah pernah menderita penyakit yang sama

sebelumnya dan kejadian berulang.

Askep BPH
9

c. Riwayat kesehatan keluarga.

Memberikan informasi ada tidaknya anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama dengan klien.

d. Riwayat psikososial.

1) Pola konsep diri : Pandangan klien terhadap keadaannya.

2) Pola kognitif : Pengetahuan klien dengan penyakit yang dideritanya.

3) Pola koping : Meyangkut hal – hal yang dilakukan klien atau keluarga

dalam mengatasi masalahnya.

4) Pola interaksi : Mengambarkan hubungan klien dengan keluarga,

orang lain, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

e. Riwayat spritual

Mengambarkan bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan ibadah

sesuai dengan keyakinannya, bagaimana dukungan keluarga, ritual atau

acara keagamaan yang biasa dijalankan klien.

4. Pengkajian primer

a. Airway

Bebaskan jalan napas klien dan posis kepala ekstensi.

b. Breathing

Memberikan o2 sesuai dengan kebutuhan dan observasi pernapasan.

c. Circulation

Mengukur tensi, nadi, suhu tubuh, pernapasan, kesadaran dan produksi

urine.

Askep BPH
10

5. Pengkajian sekunder

Pemeriksaan fisik. Teknis yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ada 4

yaitu:

a) Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata,

inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan

status fisik.

b) Palpasi, dilakukan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini

dikerjakan untuk mendeterminasi jaringan atau organ.

c) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk, tujuan

perkusi adalah untuk menentukan batas – batas organ atau bagian tubuh.

d) Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop

untuk menjelaskan pendengaran terhadap bunyi jantung, paru – paru,

bunyi usus.

6. Pengelompokan data

Setelah mengkaji status kesehatan klien, maka data dikumpulkan secara

akurat dan sistimatis yang diklasifikasikan menjadi 2 macam :

a. Data subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat terhadap suatu situasi

dan kejadian.

b. Data objektif

Data yang dapat di observasi dan diukur.

Askep BPH
11

7. Analisa data

Setelah data dikelompokkan menurut subjektifvitas dan objektivitas maka di

lakukan pengidentifikasian masalah keperawatan klien dan merumuskannya.

Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat di

gambarkan dengan jelas melalui analisa data yang terdiri dari 3 komponen

yaitu : data, etiologi ( penyebab ) dan masalah ( problem ).

B. Diagnosa keperawatan.

1. Nyeri berhubungan dengan retensi urine

2. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi mekanik

pembesaran prostat

3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri.

4. Risiko defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan

muntah.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

6. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan retensi urine

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan nyeri

dapat berkurang.

Kriteria hasil :

 Ekspresi wajah tidak meringis

 Klien tidak mengeluh nyeri.

 Skala nyeri 0.

Askep BPH
12

Intervensi dan Rasional

a. Kaji tingkat, skala dan karakteristik nyeri

Rasional : dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : peningkatan TTV dapat menggambarkan nyeri yang di rasakan

oleh klien.

c. Berikan posisi yang nyaman

Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri

d. Ajarkan tekhnik relaksasi napas dalam

Rasional : dapat membuat klien melawan rasa nyeri saat di rasakan

e. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik

Rasional : dapat berguna untuk menghilangkan rasa nyeri

2. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan obstruksi mekanik

pembesaran prostat

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

melaporkan perubahan pola eliminasi BAK yang efektif

Kriteria hasil :

 Klien tidak mengeluh sulit BAK

 TTV dalam batas normal

Intervensi dan Rasional

a. Kaji asupan cairan klien

Rasional : memonitor jumlah cairan yang masuk

b. Observasi pola berkemih klien

Askep BPH
13

Rasional : untuk mengetahui fungsi ginjal klien

c. Anjurkan klien untuk minum air 300 ml/hari

Rasional : peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan

membersihkan ginjal

d. Latih klien dalam pengosongan kandung kemih

Rasional : melatih obat-obat untuk berfungsi secara normal

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan

Rasional : cairan tambhan dapat membantu meningkatkan produksi urine

3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Klien

akan melaporkan kebutuhan tidur akan terpenuhi.

Kriteria hasil :

 Klien dapat tidur dengan nyenyak.

 Jumlah tidur 6 – 8 jam.

Intervensi dan Rasional

a. Kaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi.

Rasional : Mengetahui sejauh mana gangguan tidur yang belum terpenuhi

dan membantu dalam pemberian intervensi selanjutnya.

b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi /

psikologi.

c. Berikan tindakan kenyamanan menjelang tidur, misalnya minum segelas

susu hangat, massage.

Askep BPH
14

Rasional : Susu memberikan kualitas suporofik, meningkatkan sintesis

serotinin, neuro transmitter yang membantu klien tertidur dan tidur lebih

lama, meningkatkan relaksasi.

d. Berikan posisi yang nyaman, bantu dalam mengubah posisi

Rasional : Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan

relaksasi.

e. Batasi pengunjung pada jam istirahat.

Rasional : Pembatasan pengunjung dapat memberikan kesempatan pada

klien beristirahat.

f. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan mengurangi kebisingan dan

lampu.

Rasional : Memberi situasi kondusif untuk tidur.

4. Risiko defisit volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan mual

dan muntah.

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Klien

akan melaporkan defesit volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil:

 Turgor kulit baik

 Mata tidak cekung

Intervensi dan Rasional

a. Kaji dan pantau tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital membantu mengikuti fiksasi fluktuasi

volume intra vaskuler.

Askep BPH
15

b. Kaji, pantau, dan catat intake dan output cairan. Secara teliti, termasuk

urin, catat warna urine, konsistensi urin dan berat jenis urin

Rasional : Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis

diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan

c. Kaji, pantau bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.

Rasional : Adanya gerakan usus merupakan indikator terjadinya

peristaltik sehingga kesiapan untuk pemasukan melalui oral

d. Kaji, pantau membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler

Rasional : Turgor kulit, dan membran mukosa merupakan indikasi status

dehidrasi serta keadekuatan sirkulasi perifer

e. Berikan cairan peroral dan parenteral

Rasional : Dapat menurunkan irigasi gaster / muntah untuk

meminimalkan kehilangan cairan.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

Tujuan : Setelah di lakukan tidakan keperawatan di harapkan Klien akan

melaporkan infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

 Tidak ada tanda – tanda radang ( infeksi ) seperti rubor, kalor,

dolor.

 Suhu tubuh dalam batas normal ( 36 – 37 oC ).

 Luka sembuh dengan baik ( luka kering ).

Askep BPH
16

Intervensi dan Rasional

a. Kaji, pantau dan catat tanda – tanda infeksi.

Rasional : Pemantauan tanda – tanda infeksi dengan teliti akan

membantu mengembangkan rencana perawatan selanjutnya.

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan dan mencegah

kontaminasi area luka.

c. Ganti balutan pembersihan dan pengeringan kulit sesuai dengan indikasi

Rasional : Balutan basah menyebabkan iritasi dan memberikan media

untuk pertumbuhan bakteri dan peningkatan risiko infeksi.

d. Observasi TTV Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan.

Rasional : Peningkatan TTV memberi indikasi terjadinya penyebaran

infeksi.

e. Kolaborasi pemberian obat – obat antibiotik.

Rasional : Memungkinkan menurunya jumlah mikroorganisme terutama

pada infeksi yang telah ada sebelumnya sehingga menurunkan penyebab

infeksi.

6. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan

klien berkurang.

Kriteria hasil :

 Ekspresi wajah klien tidak tegang

 Ku baik

Askep BPH
17

 TTV dalam batas normal

Intervensi dan Rasional

a. Kaji tingkat kecemasan klien

Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan klien

b. Berikan motivasi kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : membantu untuk mengungkapkan perasaannya

c. Libatkan keluarga untuk memberi dukungan

Rasional : untuk memberi dukungan dan mengurangi kecemasan

d. Beri informasi yang jelas pada setiap prosedur yang akan dilakukan

Rasional : mengurangi kecemasan klien dalam melakukan

prosedur/tindakan

Askep BPH

Anda mungkin juga menyukai