Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw
ISSN 2502-3489 (online) ISSN 2527-3213 (print)
Neneng Komariah
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Jl. Bandung Sumedang KM. 21 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: nenengkomariah@yahoo.com
M. Taufiq Rahman
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105, Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: fikrakoe@gmail.com)
_________________________
Abstract
This study focused on the information literacy among the students of Islamic boarding school (santri) in their
learning processes. The purpose of this study describes how the information literacy skills of the students are
developed and how to make the students become literate to information individually. This study used a qualitative
approach with a case study design. Information literacy in this study was viewed from three aspects, namely:
realizing the need of information, retrieving the source of information and utilizing the content of information. The
findings from the field indicate that many students know the ways to explore and utilize the information they need.
However, the access to get information at schools were very limited. The pupils can only get additional information
from the internet on computers (PC) in the computer lab. However, they maximized this limited access to explore
and utilize the technology of information in their learning process.
Keywords:
Information literacy; islamic student; islamic boarding school.
__________________________
Abstrak
Penelitian ini memfokuskan diri pada literasi informasi santri dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini
adalah menggambarkan bagaimana kemampuan literasi informasi santri dan bagaimana menjadikan diri mereka
menjadi individu yang literate terhadap informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
studi kasus. Literasi informasi dalam kajian ini dipandang dari tiga aspek, yaitu: menyadari keperluan informasi,
penelusuran dan penggunaan informasi. Temuan dari lapangan menunjukkan bahwa santri sudah banyak yang
mengenal cara-cara bagaimana menelusuri dan menggunakan informasi yang mereka butuhkan. Walaupun
demikian, cara akses informasi di pesantren sangat terbatas. Santri hanya dapat menggunakan internet pada
komputer (PC) di laboratorium komputer. Namun hal itu pun tidak menyurutkan santri untuk menggunakan
teknologi yang ada untuk pembelajarannya.
Kata Kunci:
Literasi informasi, santri, pesantren.
__________________________
DOI: 10.15575/jw.v2i1.964
Received: November 2016; Accepted: June 2017; Published: June 2017
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
132 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
dikenal dengan literasi informasi yang dalam diperolehnya sampai dia sendiri mengevaluasi
bahasa Indonesia lebih dikenal dengan literasi serta memverfikasi informasi tersebut sebelum
informasi atau melek informasi. The Southern digunakannya.
Association of Colleges and Schools mendefi- Program penguasaan literasi informasi
nisikan literasi informasi sebagai kemampuan dianggap dapat menciptakan kemelekkan
untuk menemukan, mengevaluasi, dan meng- (keberaksaraan) yang berbasis keterampilan
gunakan informasi untuk menjadi pelajar (skills-based literacy). Termasuk dalam hal ini
seumur hidup dan berdikari.3 ini adalah keterampilan mencari informasi,
Siswa, dalam hal ini santri, diharapkan bisa menyeleksi sumber informasi secara cerdas,
memperoleh keterampilan melek informasi, memilah-milih serta menilai sumber informa-
sehingga bisa mengembangkan kemampuan si, dapat menggunakan serta menyuguhkan
berpikir kritis dan memecahkan masalah, dan informasi secara bertanggung jawab.
pada gilirannya meningkatkan motivasi bela- Dalam pembelajaran, siswa mengaplikasi-
jar. kan prinsip-prinsip teori pendidikan dan pem-
Keterampilan menelisik informasi dapat belajaran menjadi faktor determinan dalam
menjadi daya dukung dan menjadi semacam meraih kesuksesan pendidikan. Belajar adalah
fasilitas untuk belajar secara lebih gigih dan proses komunikasi yang dilakukan secara dua
efisien. Seseorang yang sudah literat (melek arah, pengajaran dilakukan oleh guru atau
informasi) dianggap akan mampu menjelajahi pendidik, sedangkan pembelajaran dilakukan
luasnya samudera informasi yang semakin oleh siswa atau santri.
lama semakin luas dan rumit, baik yang Begitu juga dengan adanya pendidikan
menggunakan sumber tercetak (printed) mau- agama Islam, upaya sadar dan terencana
pun yang elektronik (electronics). Selain itu, dalam mengantarkan siswa untuk saling
seseorang yang mempunyai kemampuan mengenal, memahami, meresapi, mengimani,
menelisik informasi akan meringankan dirinya dan saling memuliakan. Serta usaha untuk
untuk belajar secara mandiri serta berinteraksi membina, mengasuh peserta didik agar
dengan berbagai informasi di mana pun senantiasa memahami ajaran Islam secara
berada. Karena pada saat ini semua orang komprehensif, yang pada akhirnya dapat
dihadapkan dengan berbagai jenis sumber mengaplikasikan serta menjadikan Islam
informasi yang berkembang sangat pesat, sebagai norma hidup dan kehidupan (way of
namun belum tentu semua informasi yang ada life).
dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan Pada dasarnya Pendidikan Agama Islam
sesuai dengan kebutuhan informasi para bertujuan untuk membantu melatih pola pikir
pencari informasi. santri agar dalam menghadapi permasalahan
Melek informasi sangat berguna di dunia dapat dilakukan dengan kritis, logis, cermat
pendidikan untuk mendukung dalam mengim- dan tepat. Pada dasarnya anak mulai belajar
plementasikan kurikulum berbasis kompetensi yang konkrit, untuk memahami konsep abs-
yang menekankan kepada peserta didik dapat trak, anak memerlukan informasi sebagai
memanfaatkan informasi dari berbagai sumber mediator atas visualisasinya. Konsep abstrak
informasi bagi dirinya sendiri. Selain itu ini dicapai melalui tingkatan belajar yang
dengan kemampuan literasinya maka para berbeda. Pembelajaran Pendidikan Agama
peserta didik mampu berpikir kritis, logis serta Islam dengan menggunakan konsep abstrak
tidak mudah percaya terhadap informasi yang akan menimbulkan kesulitan bagi santri
sehingga santri sulit membayangkan bentuk
konkrit di dalam pembelajaran. Hal ini banyak
3
Ida Farida, Information Literacy Skills: Dasar dialami peserta didik di sekolah. Oleh sebab
Pembelajaran Seumur Hidup (Jakarta: UIN Jakarta
itu, perlu adanya sebuah kemampuan mencari
Press, 2005), 30.
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142 133
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
informasi dan memilah milih informasi sekolah yang mapan, dilakukan secara inde-
tersebut agar santri tidak salah persepsi. penden atau bagian penting dari kegiatan yang
lebih luas, dilaksanakan sebagai pelayanan
B. HASIL DAN PEMBAHASAN atas peserta didik dalam mencapai tujuan
1. Pondok Pesantren Arafah Cililin belajar mereka.
Pesantren Arafah Cililin terletak di Muka- Menurut Rahman Hilmi4 (Pengajar Tahfidz
payung, Cililin, Bandung Barat. Ia merupakan Pondok Al-Quran) pesantren dibagi menjadi
pesantren sub-urban, yang memfokuskan tiga kategori: Pertama, pesantren salafi, yaitu
programnya pada tiga hal, yakni sosial, pendi- pesantren yang masih mengajarkan pengajaran
dikan, dan dakwah. buku klasik sebagai inti pendidikan mereka,
Sejak didirikan pada 1983, Ponpes Arafah tanpa mengajarkan ajaran pengetahuan umum;
menjadi sebuah lembaga pendidikan yang Kedua, pesantren khalafi, pesantren yang
tidak hanya fokus pendidikan formal, tapi juga termasuk pelajaran umum di madrasah, mere-
berupaya memberikan perhatian kepada kala- ka mengembangkan atau membuka jenis seko-
ngan masyarakat yang tidak mampu. Sehing- lah umum di pesantren; Ketiga adalah pesan-
ga, sejak berdiri itulah, ponpes ini tak pernah tren yang menggabungkan kedua jenis pesan-
memungut biaya dari para peserta didiknya. tren di atas, atau yang biasa disebut pesantren
Para peserta didik di sana tidak terbatas kombinasi.
pada santri formal yang menginap di asrama. Mengenai kategori Pesantren Arafah, seo-
Namun, lebih dari itu, Ponpes ini juga mendi- rang pengurus perpustakaan, Ibu Heni, menya-
dik kalangan yang kurang mendapatkan takan:
perhatian. Tak jarang, Ponpes Arafah sering Di Pesantren Arafah ini, Kami menekankan
menerima peserta didik yang cacat fisik dan santri untuk selalu berpegangan erat kepada
mengalami masalah mental. Di luar itu, para Al-Quran dan As-sunnah sebagai pilar
santri diberikan pendidikan dan pelatihan pertama dalam setiap perilaku mereka,
untuk hidup lebih mandiri dan mampu Kami ingin menjadikan mereka memiliki
memberikan solusi pada persoalan di wilayah- fondasi yang kuat dalam hal keimanan.
nya masing-masing. Sehingga dalam segi kehidupan yang mere-
Ponpes Arafah juga memberikan perhatian ka lalui nantinya, mereka tidak terhasut
pada anak-anak yang terlantar melalui penye- oleh kemajuan-kemajuan yang ada, mereka
diaan panti asuhan sebagai upaya untuk mem- tetap memiliki landasan yang kokoh terha-
berikan pendidikan kepada anak-anak tersebut. dap Al-Qur’an dan Sunnah.5
Selain panti asuhan, juga panti jompo yang Ponpes Arafah berdiri di luas lahan sekitar
sedia menjadi tempat bernaung bagi kalangan 3 hektar., dengan kondisi lahan yang berkon-
lanjut usia. tur, dengan fasilitas yang mencakup: Masjid,
Dalam kondisi demikian, Ponpes Arafah Asrama Putra dan Putri, Fasilitas Pendidikan
hadir sebagai tempat yang menjadi solusi bagi (ruang kelas), Kantor Yayasan, Perumahan
sejumlah persoalan yang kerap tak mendapat Ustadz, Dapur Umum, MCK, Lapangan
perhatian dari masyarakat. Ponpes ini seolah olahraga dan Area Parkir.
menjadi tempat untuk masyarakat yang haus Secara umum, sistem pendidikan di pesan-
akan ilmu. Di pesantren ini, yang diajarkan tren ini bersifat terpadu, mengintegrasikan
hanya ilmu agama, tapi juga ilmu bagaimana kurikulum pendidikan kepesantrenan dan
menjadi sosok yang berguna di masyarakat.
Seperti pesantren lainnya, Pesantren Arafah
ini dapat dikategorikan ke dalam jalur pendidi- 4
Rahman Hilmi (Pengajar), wawancara oleh Rully,
kan non-formal, karena memiliki fitur: kegia- Pesantren Arafah, tanggal 6 September 2016.
5
tan terorganisir dan sistematis, di luar sistem Heni (pustakwakan), wawancara oleh Rully,
Pesantren Arafah, tanggal 7 September 2016.
134 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
modern (umum). Maka, selain pesantren, pro- pencarian informasi dia melakukannya secara
gram pendidikan yang dilaksanakan adalah: mandiri dan penuh inisiatif. Dari segi motif
SLB, TK, MI, MTs dan MA. Sasaran pesan- pencarian informasi, dengan demikian, Arfan
tren secara sistem terbuka untuk masyarakat, termasuk pada golongan yang melek
tidak membatasi pada segmen tertentu, namun informasi. Bahkan dia sendiri tahu tentang
secara fisik bangunan tertutup bagi publik. definisi melek informasi itu sendiri, dengan
Namun demikian, fasilitas yang ada di mengatakan,
pesantren ini masih belum memadai sebagai literasi informasi itu, adalah kemampuan
akibat kurangnya dana yang tersedia untuk seseorang dalam melakukan pencarian
pengembangan. Dalam konsep perancangan informasi,jadi kalo menurut saya literasi
untuk pengembangan, pihak pengelola pesan- informasi itu semacam cara kita mencari
tren menjadikan masjid sebagai titik pusat informasi.
lingkungan, dengan menempatkan masjid pada Pengetahuan mengenai konsep literasi
lahan berbukit paling tinggi. Bangunan-bangu- informasi itu pun sudah dicerna oleh pengurus
nan lainnya diletakkan mengelilingi masjid. pesantren. Ibu Heni, pengurus perpustakaan,
Fasilitas umum untuk masyarakat ditempatkan menyatakan bahwa:
paling luar (dekat gerbang). Melek informasi adalah upaya orang untuk
melek terhadap informasi. Misalkan sese-
2. Literasi Informasi Santri Pesantren orang bisa mengetahui apa keperluan infor-
Arafah Cililin Kab. Bandung Barat masi yang dibutuhkan, dari mana ia menda-
Di bagian ini dapat digambarkan dan patkannya dan untuk apa keperluan infor-
dianalisis hasil penelitian yang didapatkan di masi tersebut. Mungkin mudahnya, yang
lapangan, yaitu untuk mengetahui bagaimana saya fahami mengenai literasi informasi
pengembangan konsep literasi informasi santri adalah proses melek infomasi.8
tentang pengetahuan keislaman di lingkungan
Pesantren Arafah Cililin Kabupaten Bandung. a. Menentukan Keperluan Informasi
Secara teoretis, yang melek informasi akan Setiap orang membutuhkan informasi seba-
memiliki kepercayaan diri, independensi, gai tuntutan hidupnya, mendukung aktivitas
penuh inisiatif, dan memiliki motivasi tinggi dan pemenuhan keperluannya. Keingintahuan
dalam melakukan berbagai aktivitas. Selain seseorang muncul karena ia ingin selalu
itu, dia adalah individu yang tahu cara belajar berusaha meningkatkan pengetahuannya.
dan terus melakukan upaya untuk melakukan Keperluan akan informasi adalah situasi yang
pembelajaran seumur hidup yang merupakan terjadi di mana seseorang merasa ada kekoso-
misi utama pelaksanaan pendidikan. Literasi ngan informasi atau pengetahuan sebagai hasil
informasi pada dasarnya adalah prasyarat, inti, dari tugas atau hanya rasa ingin tahu. Kekura-
dan fondasi atau dasar pembelajaran seumur ngan ini perlu dipenuhi dengan informasi baru
hidup. Dengan demikian, kedua konsep ini sesuai keperluan.9
tidak bisa dipisahkan, satu dengan yang lain.6 Berdasarkan wawancara dengan beberapa
Hal itu diakui oleh Arfan7, seorang santri santri dan pengurus Pesantren Arafah, para
laki-laki, dengan menyatakan bahwa dalam peneliti dapat menyimpulkan bahwa keperluan
informasi menurut mereka adalah situasi di
6
Sitti Husaebah Pattah, “Literasi Informasi :
8
Peningkatan Kompetensi Informasi Dalam Proses Heni (pustakwakan), wawancara oleh Rully,
Pembelajaran,” Khizanah Al-Hikmah Jurnal Ilmu Pesantren Arafah, tanggal 7 September 2016.
9
Perpustakaan 2, no. 2 (2014): 108–19. David Krech, E.L. Ballachey, and RS Crutchfield,
7
Arfan (santri), wawancara oleh Rully, Pesantren Individual in Society: A Textbook of Social Psychology
Arafah, tanggal 6 September 2016. (New York: McGraw-Hill, 1962).
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142 135
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
mana seseorang memiliki keinginan untuk Hal ini, misalnya disampaikan oleh Heni,
memenuhi keperluan akan informasi, karena seorang tenaga pengajar sekaligus petugas
setiap orang pasti membutuhkan informasi perpustakaan:
dengan orientasi yang bisa berbeda setiap Keperluan informasi tentu sangat ba-
individu. Menurut Assa, seorang santri laki- nyak,hampir setiap kegiatan sepertinya
laki, informasi dibutuhkan “untuk memenuhi perlu diketahui dulu. Contohnya, saat akan
keingintahuan”10. Sedangkan Ainun, santri masuk kelas untuk mengajar, tentunya kita
perempuan, menyatakan bahwa informasi itu perlu tahu untuk memahami materi yang
dibutuhkan sebagai jawaban dari “keinginta- diberikan, disitu kita tentu membutuhkan
huan yang muncul dari diri kita”11. Ada pula informasi mengenai suatu mata pelajaran
yang menyatakan bahwa informasi itu diperlu- yang akan diajarkan. Contoh lain, dalam
kan untuk “pengetahuan baru”12 atau “me- mendirikan dan mengurus pesantren, tentu-
nambah wawasan”13. nya membutuhkan berbagai pengetahuan
Keperluan dan perilaku pencarian informasi mengenai pesantren agar lebih ideal.17
dapat dipengaruhi oleh, antara lain, latar bela- Berdasarkan hasil wawancara diatas,
kang sosial, budaya pendidikan, tujuan yang tampak bahwa setiap santri hampir membu-
ada dalam diri manusia dan lingkungan social- tuhkan informasi yang berbeda sesuai latar
nya.14 Demikian pula halnya dengan para sis- belakang dan kecenderungan mereka untuk
wa di pesantren Arafah ini. Mereka mengata- tertarik terhadap suatu hal. Ketika Assa yang
kan bahwa bahkan dengan mereka yang merupakan seorang santri sekaligus seorang
menghadiri sekolah pesantren, keperluan akan penulis novel, ia cenderung,mencari informasi
informasi lebih luas, karena bukan hanya yang memang mendukung hobi nya dalam
pengetahuan umum tapi juga pengetahuan menulis novel, ia membutuhkan informasi
agama.15 yang menarik yang nantinya dapat memberi-
Disamping memenuhi keperluan informasi kan inspirasi terhadap novel yang sedang ia
yang bersifat umum, mereka juga memiliki susun. Berbeda dengan Assa, Arfan seorang
kewajiban untuk terus memenuhi keperluan santriwan yang memiliki hobi dalam bidang
mereka dalam bidang agama yang notabene olah raga lebih ingin memenuhi keperluan
menjadi kekhasan dari pendidikan pesantren. informasi mengenai bidang sepakbola yang ia
Menurut Doyle16 keperluan keperluan infor- senangi, seperti sepak bola dan kemajuan klub
masi seseorang berbeda, hal ini sangat dipe- sepak bola yang menjadi favoritnya.
ngaruhi oleh peran mereka dalam kehidupan. Setelah seseorang sadar terhadap informasi
yang dibutuhkan, seseorang yang melek infor-
masi juga mesti melakukan identifikasi keper-
10 luan informasi. Dalam proses pengkajian
Assa (santri), wawancara oleh Rully, Pesantren
Arafah, tanggal 6 September 2016. keperluan informasi, peneliti dapat menyim-
11
Ainun (santri), wawancara oleh Rully, Pesantren pulkan ada cara-cara yang sering dilakukan
Arafah, tanggal 6 September 2016.
12
oleh responden dalam mengkaji keperluan
Arfan (santri), wawancara oleh Rully, Pesantren informasi mereka yaitu: (1) membuat rancang-
Arafah, tanggal 6 September 2016.
13
Heni (pustakawan), wawancara oleh Rully, an atau penjabaran terhadap keperluan infor-
Pesantren Arafah, tanggal 7 September 2016. masi; dan (2) bertanya langsung kepada yang
14
N.J. Belkin, “Information Concepts for lebih tahu.
Information Science,” Journal of Documentation 34,
no. 1 (January 1978): 55–85, doi:10.1108/eb026653..
15
Ainun dan Arfan (santri), wawancara oleh Rully,
Pesantren Arafah, tanggal 6 September 2016.
16
Christina S Doyle, Information Literacy in an
17
Information Society: A Concept for the Information Age Heni (pustakawan), wawancara oleh Rully,
(New York: Syracuse University, 1994), 54. Pesantren Arafah, tanggal 7 September 2016.
136 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
Hal ini senada dengan yang diungkapkan buah aktivitas untuk memenuhi keperluan
oleh Assa yang memiliki kebiasaan untuk akan informasi yang diinginkannya hingga ke-
membuat rancangan keperluan informasi yang perluan tersebut dapat terpenuhi dengan baik,
diperlukan. Berikut kata-kata Assa: aktivitas inilah yang biasa disebut dengan
Kalau saya memang terbiasa merancang penelusuran informasi. Chen menyatakan
dulu informasi apa yang akan saya cari. bahwa pencarian informasi adalah aktivitas
Misalkan,saya akan membuat cerita tentang seseorang yang dilaksanakan agar dapat
kota Bandung, saya buat konsepnya dulu, menemukan informasi yang ia butuhkan.
apa saja yang akan diceritakan mengenai Dalam hal ini, manusia menunjukkan perilaku
kota Bandung ini, sejarahnya, budaya-nya, tertentu dalam menelusuri informasi yang
sampai detail jalan yang ada di Bandung dibutuhkan tersebut.21
jika akan dijadikan salah satu bahan, ya sa- Dalam memenuhi keperluan informasi ter-
ya akan cari itu semua. Gunanya biar tetap sebut, seseorang akan berusaha memenuhi
detail, tidak ada yang terlewat,kemudian keperluan informasi dengan mengakses sum-
nantinya mudah untuk mengembangkan ber-sumber informasi yang tersedia. Berbagai
menjadi kalimat-kalimat dalam novel yang sumber informasi menjadikan setiap orang
saya buat kalo dikonsep terlebih dahulu.18 agar dapat memilih sumber informasi yang
Berbeda dengan Assa, Arfan lebih suka tepat guna memenuhi keperluan informasinya.
mengidentifikasi keperluan informasi mereka Seperti yang dikatakan oleh beberapa santri
dengan cara langsung bertanya kepada yang yang diwawancarai bahwa sumber informasi
lebih tahu. Ketika dia memiliki satu pertanya- yang saat ini biasa digunakan oleh mereka
an besar mengenai satu hal, dia akan lebih adalah melalui media internet. Seperti yang
senang untuk langsung bertanya kepada yang beberapa santri yang diwawancarai katakana
lebih tahu. Dengan begitu, dia dapat secara bahwa sumber informasi yang saat ini
langsung mengidentifikasi keperluan informa- digunakan oleh mereka adalah melalui media
sinya secara ringkas dan cepat.19 internet. Demikian karena yang mereka
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa perlukan lengkap. Sehingga, “tidak perlu repot
setiap cara informan untuk mengidentifikasi untuk mencari satu-satu” (wawancara dengan
keperluan informasi sesuai dengan apa yang Assa, Cililin, 6-9-2016). Internet pun “lebih
diajukan oleh Hepworth adalah dengan mela- up to date” (wawancara dengan Ainun, Cililin,
kukan pencurahan ide (brainstroming). Arti- 6-9-2016) dan lebih cepat.22
nya mereka secara spontan dengan mudah Ketika peneliti menanyakan, apakah semua
mengetahui atau mengidentifikasi keperluan penelusuran informasi dicari hanya diakses
informasi yang mereka perlukan,walaupun melalui internet, mereka menyatakan tidak
dengan cara yang berbeda. semua. Mereka juga menyesuaikan dengan
keperluan informasi yang mereka butuhkan,
b. Penelusuran Informasi terkadang memakai buku paket, buku-buku di
Keperluan dan penelusuran informasi meru-
pakan suatu konsep yang tidak bisa dipisahkan
secara nyata.20 Seseorang akan melakukan se-
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142 137
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
perpustakaan, koran, majalah, dan lain-lain23 takaan misalnya, yang merupakan salah satu
(wawancara dengan beberapa orang santri, sarana sumber informasi yang bisa digunakan
Cililin, 6-9-2016). dalam proses tracking informasi. Pemanfaatan
Dalam melakukan penelusuran informasi perpustakaan sebagai salah satu akses penelu-
dengan media internet, biasanya mereka di- suran informasi memang belum dapat
bantu dengan Search Engine sebagai alat ban- digunakan dengan baik. Hal itu disebabkan
tu penelusuran informasi. Search engine atau karena sarana dan prasarana perpustakaan di
mesin pencari merupakan alat bantu penelu- pesantren Arafah ini masih sangat minim.
suran yang biasa digunakan untuk melakukan Walaupun demikian, di pesantren ini masih
penelusuran di internet. Semua informan banyak ada buku-buku penunjang seperti buku
tersebut menjelaskan bahwa mereka lebih pelajaran, kitab-kitab dan buku bacaan lain,
sering menggunakan search engine yang sudah namun jumlah eksemplarnya masih tergolong
sangat terkenal, yaitu google dan yahoo. Seba- sangat sedikit. Bisa dibilang tidak sebanding
gai tambahan, ada juga yang menggunakan dengan jumlah santri yang ada. Dengan
Mozilla. demikian, pengurus menyatakan sangat perlu
Saat ditanya mengenai strategi khusus perbaikan dan pembenahan perpustakaan, agar
dalam penelusuran informasi, misalkan bagai- nantinya bisa menjadi sarana utama untuk
mana cara mereka mencari informasi di inter- penelusuran informasi para santri dan civitas
net, jika menggunakan google bagaimana akademika di pesantren Arafah ini.24
mereka memulai mencari,hingga menemukan Dari berbagai uraian di atas, diketahui bah-
informasi yang di butuhkan? Ainun, seorang wa penggunaan internet sebagai sumber
santri perempuan, menjawab, bahwa: informasi belum sepenuhnya didukung oleh
“Pertama,buka dulu google, terus tinggal kapabilitas dan pemahaman informan dengan
masukin kata yang mau dicari,setelah muncul baik. Alan Bundy menyatakan bahwa sese-
beberapa pilihan informasi, tinggal kita pilih orang dapat dikatakan melek informasi ketika
informasi-informasi mana yang sesuai dengan sudah menggunakan alat pencarian informasi
keperluan kita.” Jadi yang penting adalah dalam berbagai jenis dan bentuk yang
“kata kuncinya,” demikian Arfan. berbeda. Dalam mencari informasi di internet,
Menurut ALA (Americal Library Associ- kemampuan pencari informasi mesti terus
ation), pengetahuan mesin pencari akan menerus ditingkatkan.25
sangat menolong dalam merumuskan strategi Ini karena semua informan masih menggu-
pencarian informasi secara lebih berdaya guna. nakan kata kunci dalam strategi pencarian
Alasan mereka menggunakan alat bantu informasi di internet. Dan untuk mendapatkan
penelusuran informasi dengan alasan sudah hasil pencarian maksimal bisa menggunakan
terbiasa menggunakan search engine yang fungsi logika Boolean (Tapi, Dan, Atau,
terkenal. Seseorang bisa dikatakan melek Tidak) atau gunakan tanda petik yang ditam-
informasi jika bisa menggunakan mesin bahkan pada mesin pencari. Dalam penelitian
pencari dengan pertimbangan pemahaman dan ini juga diketahui bahwa semua informan
pengetahuan yang mereka miliki tentang belum mengetahui fungsi Boolean Logic itu.
search engine.
Selain internet, mahasiswa dan sivitas
akademika pesantren Arafah diharapkan bisa
menggunakan sumber informasi lain. Perpus- 24
Heni (santri), wawancara oleh Rully, Pesantren
Arafah, tanggal 7 September 2016.
25
Alan Bundy, ed., Australian and New Zealand
Information Literacy Framework (Adelaide: Australian
23
Wawancara dengan beberapa santri Rully, and New Zealand Institute for Information Literacy,
Pesantren Arafah, tanggal 6 September 2016. 2004), 19.
138 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
27
American Library Association, Information
Literacy Competency Standards for Higher Education
26
Heni (pustakawan), wawancara oleh Rully, (Chicago, Illinois: The Association of College and
Pesantren Arafah, tanggal 6 September 2016. Research Library, 2000).
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142 139
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
mereka belajar untuk membagi waktu dan santri di Pondok Pesantren Arafah dititik-
mengasah kemampuan untuk menjadi pribadi beratkan kepada pembiasaan santri terhadap
yang terampil. kultur-kultur sosial masyarakat. Setiap keper-
Menurut Dhofier28 pesantren dianggap luan informasi yang diperlukan dicari dengan
sebagai bentuk lembaga pendidikan Islam berbagai alat pencari informasi, baik itu
pertama di Indonesia. Dengan karakternya internet, koran, buku bahkan kitab-kitab
yang khas, yaitu "religious oriented", pesan- agama, kemudian setelah mereka menda-
tren telah mampu meletakkan dasar-dasar patkan informasi yang dicari, para santri mulai
pendidikan keagamaan yang kuat. Pesantren dididik untuk menggunakan informasi yang
dapat dikategorikan berdasarkan berbagai dimiliki agar disampaikan kepada masyarakat.
aspek. Namun, kategori yang paling sering Dengan harapan, para santri bisa menjadi
dikaitkan dengan pendidikan didasarkan pada pioneer dan menjadi agent of change di
aspek keterbukaan pesantren terhadap daerah mereka masing-masing setelah mereka
perubahan-perubahan yang terjadi. Para santri lulus nantinya.
tidak hanya dibekali pemahaman tentang Berdasarkan pengamatan peneliti selama
ajaran Islam, tetapi juga kemampuan untuk melakukan penelitian, peneliti memiliki asum-
menyebarkan dan mempertahankan Islam. si bahwa sangat memungkinkan jika di ling-
Pesantren dianggap sebagai bentuk pertama kungan Pondok Pesantren Arafah dikembang-
lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Ber- kan lebih dalam mengenai penerapan literasi
dasarkan pada kekhasannya yang "berorientasi informasi. Pasalnya, banyak hal yang memang
religius", pesantren mampu meletakkan dasar- mendukung berkembangnya konsep literasi di
dasar pendidikan agama yang kuat. Pesantren lingkungan pesantren. Dan memungkinkan
bisa diklasifikasikan berdasarkan pada aspek- pesantren menjadi pusat dari kegiatan
aspeknya. Namun, ukuran yang paling sering pengembangan konsep literasi informasi untuk
dikaitkan dengan pendidikan didasarkan pada masyarakat sekitar pondok pesantren, yang
aspek keterbukaan terhadap perubahan pesan- memang masih bersifat perdesaan.
tren yang terjadi. Dalam hal ini adalah Penelitian mengenai literasi informasi di
modernisasi. Para santri tidak hanya dilengka- pesantren ini telah menunjukkan bahwa telah
pi dengan pemahaman tentang ajaran Islam, terjadi perubahan di pesantren, yaitu dengan
tapi juga mampu memahami pelajaran lainnya. pesantren membaharui dirinya menjadi
Berikut hasil wawancara dengan seorang guru: modern, terbukti dari segi melek informasi
Tidak melulu pelajaran pesantren atau yang berdasarkan pada teknologi komunikasi
keagamaan saja saya kira, mereka juga seperti internet. Menurut Korten dan Alfonso,
perlu tau tentang banyak rumpun ilmu (1981) kemodernan yang merupakan kehen-
seperti teknologi, diantaranya kami siapkan dak perubahan dari kejumudan menuju kepada
komputer dan internet, dan memang akses kemajuan itu merupakan tuntutan masyarakat
informasi mereka di pesantren terbatas. (social demand). Kajian menunjukkan bahwa
Hanya melalui internet dan media cetak. santri merupakan pengguna teknologi infor-
Disini tidak ada televisi.29 masi yang melek (literate). Hal ini merupakan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpul- saksi dari tesis Alvin Toffler (1970) bahwa
kan bahwa pemanfaatan literasi informasi dunia industri seperti sekarang dapat melahir-
kan jenis manusia lain yang dicetak dari insti-
tusi pendidikannya. Hal ini juga membuktikan
28
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tesis Horikoshi (1987) dan Ziemek (1986)
Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, bahwa pesantren itu bersifat adaptif terhadap
1994), 43. kemajuan zaman.
29
Wawancara dengan beberapa santri dengan Rully,
Pesantren Arafah, tanggal 6 September 2016.
140 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142 141
Anwar, Rully Khairul, Neneng Komariah, M. Taufiq Pengembangan Konsep Literasi Informasi Santri: Kajian
Rahman Di Pesantren Arafah Cililin Bandung Barat
Siti Khadijah, Ute Lies, Diah Sri Rejeki, Pesantren Arafah. tanggal 6 September
Sukaesih Sukaesih, and Rully Khairul 2016.
Anwar. “Literasi Informasi Motivasi Heni (pustakwakan). wawancara oleh Rully.
Berwirausaha Ibu Rumah Tangga Pesantren Arafah. tanggal 7 September
Kelurahan Nagasari Kabupaten Karawang 2016.
Barat.” Jurnal Kajian Informasi Dan Assa (santri). wawancara oleh Rully.
Perpustakaan 4, no. 2 (December 30, Pesantren Arafah. tanggal 6 September
2016): 149–60. 2016.
doi:10.24198/jkip.v4i2.8491. Ainun (santri). wawancara oleh Rully.
Sudarsono, Blasius, Hana Latuputti, Winda Pesantren Arafah. tanggal 6 September
FM Habimono, and Utami Haryadi. Literasi 2016.
Informasi: Pengantar Untuk Perpustakaan Arfan (santri). wawancara oleh Rully.
Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional Pesantren Arafah. tanggal 6 September
Republik Indonesia, 2009. 2016.
Heni (pustakawan). wawancara oleh Rully.
WAWANCARA Pesantren Arafah. tanggal 7 September
Rahman Hilmi (Pengajar). wawancara oleh 2016.
Rully. Pesantren Arafah. tanggal 6 Heni (santri). wawancara oleh Rully.
September 2016. Pesantren Arafah. tanggal 7 September
Heni (pustakwakan). wawancara oleh Rully. 2016.
Pesantren Arafah. tanggal 7 September
2016.
Arfan (santri). wawancara oleh Rully.
142 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (Juni 2017): 131-142