Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NEFROTIC SYNDROM

Disusun oleh:

Rista Agus Kurdani


NPM: 019.02.0997

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Robistul Adawiyah, M.Kep dan teman–teman semua yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur Imun dan hematologi
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami askep
ini.

Demikianlah askep ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami menyadari bahwa askep ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini agar
menjadi lebih baik.

Mataram, 07 Oktober 2015.

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar belakang .............................................................................................1


B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
Tujuan umum .......................................................................................1
Tujuan khusus ......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................2

A. Definisi nefrotik sindrom ..........................................................................2


B. Etologi nefrotik sindrom ............................................................................2
C. Patofisiologi nefrotik sindrom ....................................................................3
D. Manifestasi klinis nefrotik sindrom ............................................................5
E. Pemeriksaan penunjang nefrotik sindrom ...................................................5
F. Penatalaksanaan nefrotik sindrom ..............................................................5
G. Asuhan keperawatan nefrotik sindrom .......................................................6
Pengkajian ............................................................................................6
Diagnosa ..............................................................................................7
Intervensi ..............................................................................................8
Evaluasi .............................................................................................13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................16

A. Kesimpulan ..............................................................................................16
B. Saran ........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang anak-
anak dan memerlukan perawatan di rumah sakit, sindrom nefrotik lebih sering dijumpai
pada anak-anak dari pada orang dewasa.
Angka kejadian Sindrom nefrotik di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia
dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan
perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, sindrom
nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara
tahun 1995-2000.
Penyakit sindrom nefrotik ini dapat kambuh kembali apabila pengobatan dan
perawatannya tidak teratur. Di samping itu sindrom nefrotik perlu pengobatan yang
relatif lama. Pengobatan steroid yang lama dapat menimbulkan efek samping. Nancy
pomerhn Nelson dan Julie deckle, menerangkan beberapa efek samping dari
penggunaan steroid yaitu: distensi abdomen, wajah bulat, ulkus gaster, gagal dalam
pertumbuhan, hipertensi, panu dan demineralisasi tulang.
Tidak jarang penderita sindrom nefrotik dengan komplikasi berakhir dengan
kematian. Masalah utama pada penderita sindrom nefrotik adalah penimbunan cairan
dan rentan terhadap infeksi sekunder. Perawat sebagai profesi yang memiliki ilmu dan
ketrampilan khusus , diharapkan dapat berperan dalam pelaksanaan perawatan yang
paripurna melalui proses keperawatan.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran penanganan pada
pasien nefrotik sindrom serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
nefrotik sindrom.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari nefrotik sindrom.


b. Untuk mengetahui etiologi nefrotik sindrom.
c. Untuk mengetahui patofisiologi nefrotik sindrom.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis nefrotik sindrom.
e. Untuk mengetahuipemeriksaan medis nefrotik sindrom.
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan nefrotik sindrom.
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan nefrotik sindrom.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi nefrotik sindrom

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan


protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh
kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler glomerulus. (Nursalam dan Fransisca B, 2011).

B. Etiologi

Penyebab dari Nefrotik Sindrom yang pasti belum di ketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun jadi merupakan suatu reaksi antigen-
antibodi. Umumnya para ahli membagi penyebabnya menjadi:

1. Sindrom Nefrotik Bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten


terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus,
prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama
kehidupanya.

2. Sindrom Nefrotik Sekunder

Di sebabkan oleh: Malaria kuartana atau parasit lain, penyakit kolagen seperti
lupus eritomatosus diseminata, purpura anafilaktoid, Glomerulonefritis akut atau
glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetaidon,
paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun dan air raksa,
Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membran proliferatif
hipokomplementemik.

3. Sindrom Nefrotik Idiopatik (tidak di ketahui penyebabnya)

Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan


pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Charg dkk. Membagi
menjadi dalam 4 golongan yaitu:

a) Kelainan Minimal. Dengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal,


sedangkan dengan mikroskop elektron tampak foot processus sel epitel
berpadu.

b) Nefrotik Membranosa. Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding


kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel.

c) Glomerulus Proliferatif
a. Glomerulonefritif proliperatif eksudasi difus
b. Penebalan batang tubular (lobular stalk thickening)
c. Bulan sabit (crescent)
d. Glomerulonefritis membranoproliferatif

C. Patofisiologi

- Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat


pada hilangnya protein plasma dan kemudian dan akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hypoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskuler berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah renal karena hypovolemi.

- Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan konpensasi


dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
antideuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi
retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan
edema.

- Terjadi peningkatan cholesterol dan triglycerida serum akibat dari


peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma.

- Adanya hyperlipidermia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein


dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan
lemak akan banyak dalam urine (lipiduria)

- Pada Nefritik sindrom juga disertai dengan gejala menurunnya respon imun
karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Diabetes melitus, amiloidosis ginjal, lupus erythematosus
sistemik, trombosis vena renal. dll

Permeabilitas glomerulus meningkat

Protein dan albumin Produksi albumin Tekanan osmotik Stimulasi sintesis


bocor melalui dalam darah tidak plasma menurun dalam hati: protein dan
glomerulus seimbang lemak
Retensi air dan
Proteinuria Hipoalbuminemia natrium Hiperlipidemia

Edema

Nefrotik Sindrom

Gangguan ADL
Respon edema: Respon sistemik:
Kelebihan volume
- edema (piting edema) di sekitar - Mual, muntah, anoreksia Ketidak seimbangan nutrisi
cairan
mata, ekstrimitas dan abdomen. - Malaise kurang dari kebutuhan
- Sakit kepala
- Keletihan umum
- Respon psikologis Kecemasan
D. Manifestasi klinis

1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari
bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut
ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
2. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
3. Pucat
4. Hematuri
5. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
6. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi.
7. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang).

E. Pemeriksaan penunjang

1. Uji urine
a) Protein urin – meningkat
b) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin – meningkat
2. Uji darah
a) Albumin serum – menurun
b) Kolesterol serum – meningkat
c) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
d) Laju endap darah (LED) – meningkat
e) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3. Uji diagnostik
a) Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.

F. Penatalaksanaan

1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan
tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan
yang cepat.

2. Diet protein tinggi sebanyak 2-3 g/kg/BB dengan garam minimal bila edema masih
berat, bila edema berkurang dapat diberikan garam sedikit.

3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50
mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
4. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :

a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.

b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan


dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka
pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu.

5. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diusap dengan air hangat.

6. Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi.

G. Asuhan keperawatan nefrotik sindrom

1. Pengkajian
 Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama: kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut


membesar (adanya acites).
b. Riwayat kesehatan sekarang: Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang,
perawatan perlu menanyakan hal berikut:
 Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output.
 Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah.
 Kaji adanya anoreksia pada klien.
 Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
c. Riwayat kesehatan dahulu: Perawat perlu mengkaji:
 Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
 Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakt hipertensi pada masa sebelumnya?
 Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat

 Riwayat kesehatan keluarga: Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga


seperti DM yang memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik.

 Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual.

 Pola nutrisi dan metabolisme: anoreksia, mual, muntah.


 Pola eliminasi: diare, oliguria.
 Pola aktivitas dan latihan: mudah lelah, malaise
 Pola istirahat tidur: susah tidur
 Pola mekanisme koping : cemas, maladaptif
 Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri

 Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum


 Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat.
 Kesadaran: biasanya compos mentis.
 TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
b. Pemeriksaan sistem tubuh
 B1 (Breathing). Biasanya tidak didapatkan adanya hgangguan pola
nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan
terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respons
terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
 B2 (Blood). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons
sekunder dari peningkatan beban volume.
 B3 (Brain). Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak
ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan
tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
 B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna urine
berwarna kola.
 B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia
sehingga didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen.
 B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek
sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.

2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Aktual/risiko kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium.

b. DX 2:Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inteke


nutrisi yang tidak adekuat efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.

c. DX 3: Gangguan Activity Daily Living (ADH) b.d edema ekstremitas,


kelemahan fisik secara umum.

d. DX 4: Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan


perubahan kesehatan.
3. Intervensi keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Kaji adanya edema - Kecurigaan gagal
keperawatan ekstremitas. kongestif/ kelebihan
diharapkan tidak volume cairan.
terjadi kelebihan - Istirahatkan/tirah - Menjaga klien dalam
volume cairan baring klien pada saat keadaan tirah baring
sistemik. edema masih terjadi. selama beberapa hari
mungkin diperlukan
Kriteria hasil:
untuk meningkatkan
 Penurunan keluhan diuresis guna
sesak nafas, edema mengurangi edema.
ekstremitas
berkurang. - Kaji tekanan darah. - Sebagai salah satu cara
 Produksi urine > 600 untuk mengetahui
ml/hr. peningkatan jumlah
cairan yang dapat
diketahui dengan
meningkatkan beban
kerja jantung yang
dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan
darah.

- Ukur intake dan - Penurunan curah


output. jantung, mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan
penurunan urine output.
- Timbang berat badan
- Perubahan tiba-tiba dari
BB menunjukkan
gangguan
keseimbangan cairan.
- Berikan oksigen - Meningkatkan sediaan
tambahan dengan oksigen untuk
kanula nasal/masker kebutuhan miokard
sesuai dengan untuk melawan efek
indikasi. hipoksia iskemia.
Kolaborasi
- Berikan diet tanpa - Natrium meningkatkan
garam. retensi cairan dan
meningkatkan volume
plasma.
- Berikan diet tinggi - Diet rendah protein
protein tinggi kalori. untuk menurunkan
insufiensi renal dan
retensi nitrogen yang
akan meningkatkan
BUN. Diet tinggi kalori
untuk cadangan energi
dan mengurangi
katabolisme protein.

- Berikan diuretik,
- Untuk menurunkan
contoh: furosemide,
volume plasma dan
sprinolakton,
menurunkan retensi
hidronolakton.
cairan di jaringan
sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema
paru.
- Adenokortikosteroid, - Adenokortikosteroid,
golongan prednison. golongan prednison
digunakan utnuk
menurunkan
proteinuria.
- Pantau data - Pasien yang mendapat
laboratorium elektrolit terapi diuretik
kalium. mempunyai risiko
terjadi hipokalemia
sehingga perlu
- dipantau.

2. Tujuan: setelah
diberikan tindakan - Kaji pengetahuan - Dengan mengetahui
keperawatan pasien tentang asupan tingkat pengetahuan
diharapkan pasien nutrisi. pasien, perawat dapat
dapat lebih terarah dalam
mempertahankan memberikan pendidikan
nutrisi yang adekuat. yang sesuai dengan
pengetahuan pasien
Kriteria hasil: secara efisien dan
 Membuat pilihan efektif.
diet utnuk
- Mulai dengan - kandungan makanan
memenuhi
makanan kecil dan dapat mengakibatkan
kebutuhan nutrisi
tingkatkan sesuai ketidaktoleransian GI,
dalam situasi
dengan toleransi. Catat memerlukan perubahan
individu.
tanda kepenuhan pada kecepatan atau tipe
formula.
 menunjukkan gaster, regurgitasi, dan
peningkatan BB. diare.
- masukan minuman
- Fasilitasi pasien mengandung kafein
memperoleh diet dihindari karena kafein
sesuai indikasi dan adalah stimulan sistem
anjurkan menghindari saraf pusat yang
asupan dari agen meningkatkan aktivitas
iritan. lambung dan sekresi
pepsin. Penggunaan
alkohol juga dihindari,
demikian juga merokok
karena nikotin akan
mengurangi sekresi
bikarbonat pankreas dan
karenanya menghambat
netralisasi asam
lambung dalam
duodenum dan juga
meningkatkan stimulais
parasimpatis yang
meningkatkan aktivitas
otot dalam usus dan
dapat menimbulkan
mual dan muntah.

- pemberian diet makanan


- Berikan diet secara secara rutin juga akan
rutin. memebrikan kondisi
normal terhadap fungsi
gastrointestinal dalam
melakukan aktivitas
rutin selama dirawat
dan setelah pasien
pulang ke rumah.

- untuk meningkatkan
- Beri makanan dalam selera dan mencegah
keadaan hangat dan mual, mempercepat
porsi kecil serta diet perbaikan kondisi, serta
TKTPRG (tinggi mengurangi beban kerja
kalori tinggi protein jantung.
rendah gula).
- nutrisi secara intravena
- Berikan nutrisi secara dapat membantu
parenteral. memenuhi kebutuhan
nutrisi yang diperlukan
oleh pasien untuk
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
harian.

3. Tujuan: setelah
diberikan tindakan - Tingkatkan istirahat - Aktivitas yang tenang
keperawatan dan berikan aktivitas mengurangi
diharapkan aktivitas tenang. penggunaan energi yang
sehari-hari pasien dapat menyebabkan
dapat terpenuhi dan kelelahan.
meningkatnya
kemampuan - Jelaskan pola - Aktivitas yang maju
beraktivitas. peningkatan bertahap memberikan kontrol
dari tingkat aktivitas, jantung, meningkatkan
Kriteria hasil: contoh bangun dari regangan dan mencegah
kursi, bila tak ada aktivitas berlebihan.
 Menunjukkan
nyeri, ambulasi, dan
kemampuan
istirahat selama 1 jam
beraktivitas tanpa
setelah makan.
gejala yang berat,
terutama
- Pertahankan rentang - Meningkatkan kontraksi
mobilisasi di
gerak pasif selama otot sehingga membantu
tempat tidur.
sakit kritis. venous return.
- Evaluasi tanda vital - Untuk mengetahui
saat kemajuan fungsi jantung, bila
aktivitas terjadi. dikaitkan dengan
aktivitas.

- Berikan waktu - Untuk mendapatkan


istirahat diantara cukup waktu resolusi
waktu aktivitas. bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksa kerja
jantung.

- Pertahankan - Untuk meningkatkan


penambahan O2 sesuai oksigenasi jaringan.
pesanan.

- Monitor adanya - Melihat dampak dari


dispneu, sianosis, aktivitas terhadap fungsi
peningkatan frekuensi jantung.
napas, serta keluhan
subjektif pada saat
melakukan aktivitas.

4. Tujuan: setelah - kaji tanda verbal dan - reaksi verbal/nonverbal


diberikan tindakan nonverbal kecemasan, dapat menunjukkan rasa
keperawatan dampingi pasien dan agitasi, marah, dan
diharapkan lakukan tindakan bila gelisah
menunjukkan perilaku
merusak.
kecemasan pasien
dapat berkurang. - Hindari konfrontasi. - konfrontasi dapat
Kriteria hasil: meningkatkan rasa
 menyatakan marah, menurunkan
kecemasan kerja sama dan mungkin
berkurang, memperlambat
 mengenal penyembuhan.
perasaannya,
 dapat - Mulai melakukan - mengurangi rangsangan
mengidentifikasi tindakan untuk eksternal yang tidak
penyebab atau faktor mengurangi
yang perlu.
kecemasan. Beri
memengaruhinya, lingkungan yang
 kooperatif terhadap tenang dan suasana
tindakan penuh istirahat.
 wajah tampak rileks
- Tingkatkan kontrol - kontrol sensasi pasien
sensasi pasien. (dan dalam menurunkan
ketakutan) dengan cara
memberikan informasi
tentang keadaan pasien,
menekankan pada
penghargaan terhadap
sumber-sumber koping
(pertahanan diri) yang
positif, membantu
latihan relaksasi dan
teknik-teknik
pengalihan, serta
meberikan respons balik
yang positif.

- orientasi dapat
- Orientasikan pasien
menurunkan
terhadap prosedur
rutin dan aktivitas kecemasan.
yang diharapkan

- Beri kesempatan - dapat menghilangkan


kepada pasien untuk ketegangan terhadap
mengungkapkan kekhawatiran yang tidak
ansietasnya.
diekspresikan.

- Berikan privasi untuk - memberi waktu untuk


pasien dan orang mengekspresikan
terdekat. perasaan,
menghilangkan cemas
dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan
teman-teman yang
dipilih pasien untuk
melayani aktivitas dan
pengalihan (misalnya:
membaca) akan
menurunkan perasaan
terisolasi.
Kolaborasi
- meningkatkan relaksasi
- berikan anticemas
sesuai indikasi, dan menurunkan
contohnya diazepam. kecemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Keimpulan
Sindroma nefrotik merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
peningktan membran glomerular, sehingga terjadi injuri glomerular yang sering terjadi
pada anak-anak , yang ditandai denagan adanya : proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan terdapatnya edema. Kasus Sindrom nefrotik
harus dilakukan perawatan seefektif mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi
yang dapat mengganggu tumbuh kembang pasien.
Pemberian suplementasi kapsul ikan gabus pada pasien Nefrotik Sindrom dapat
membuat peningkatan kadar albumin tinggi yang secara tidak langsung dapat
memperbaiki setatus nutrisi pasien.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan pada penderita nefrotik sindrom yaitu dengan memberikan informasi
tentang pola makan yang benar melalui pengarahan tentang pengaturan diet atau
pola makan.
2. Bagi pasien Nefrotik sindrom diharapkan dapat mengetahui informasi tentang
penyakit yang dialaminya dan dapat mengetahui diet yang teratur dan pola makan
yang benar untuk dapat mempercepat proses kesembuhannya.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan Sindrom nefrotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Muttaqin dan kumala sari. Asuhan keperawatan sistem perkemihan. Jakarta:
salemba medika. 2012
2. Nursalam, Fransisca B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. 2011
3. Suriadi, SKp, MSN dan Rita Yuliani, SKp, M. Psi. Asuhan keperawatan pada anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2006
4. Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden. Buku saku keperawatan pediatri, Edisi ke-3.
Jakarta: EGC. 2002
5. Ngastiyah. Perawatan anak sakit, Edisi ke-2.jakarta: EGC. 2005

Anda mungkin juga menyukai