Askep Nefrotik Sindrom
Askep Nefrotik Sindrom
Disusun oleh:
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur Imun dan hematologi
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami askep
ini.
Demikianlah askep ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami menyadari bahwa askep ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini agar
menjadi lebih baik.
Kelompok VII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ..............................................................................................16
B. Saran ........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang anak-
anak dan memerlukan perawatan di rumah sakit, sindrom nefrotik lebih sering dijumpai
pada anak-anak dari pada orang dewasa.
Angka kejadian Sindrom nefrotik di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di Indonesia
dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dan
perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta, sindrom
nefrotik merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus
Nefrologi, dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara
tahun 1995-2000.
Penyakit sindrom nefrotik ini dapat kambuh kembali apabila pengobatan dan
perawatannya tidak teratur. Di samping itu sindrom nefrotik perlu pengobatan yang
relatif lama. Pengobatan steroid yang lama dapat menimbulkan efek samping. Nancy
pomerhn Nelson dan Julie deckle, menerangkan beberapa efek samping dari
penggunaan steroid yaitu: distensi abdomen, wajah bulat, ulkus gaster, gagal dalam
pertumbuhan, hipertensi, panu dan demineralisasi tulang.
Tidak jarang penderita sindrom nefrotik dengan komplikasi berakhir dengan
kematian. Masalah utama pada penderita sindrom nefrotik adalah penimbunan cairan
dan rentan terhadap infeksi sekunder. Perawat sebagai profesi yang memiliki ilmu dan
ketrampilan khusus , diharapkan dapat berperan dalam pelaksanaan perawatan yang
paripurna melalui proses keperawatan.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran penanganan pada
pasien nefrotik sindrom serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
nefrotik sindrom.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi nefrotik sindrom
B. Etiologi
Penyebab dari Nefrotik Sindrom yang pasti belum di ketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun jadi merupakan suatu reaksi antigen-
antibodi. Umumnya para ahli membagi penyebabnya menjadi:
Di sebabkan oleh: Malaria kuartana atau parasit lain, penyakit kolagen seperti
lupus eritomatosus diseminata, purpura anafilaktoid, Glomerulonefritis akut atau
glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetaidon,
paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun dan air raksa,
Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membran proliferatif
hipokomplementemik.
c) Glomerulus Proliferatif
a. Glomerulonefritif proliperatif eksudasi difus
b. Penebalan batang tubular (lobular stalk thickening)
c. Bulan sabit (crescent)
d. Glomerulonefritis membranoproliferatif
C. Patofisiologi
- Pada Nefritik sindrom juga disertai dengan gejala menurunnya respon imun
karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Diabetes melitus, amiloidosis ginjal, lupus erythematosus
sistemik, trombosis vena renal. dll
Edema
Nefrotik Sindrom
Gangguan ADL
Respon edema: Respon sistemik:
Kelebihan volume
- edema (piting edema) di sekitar - Mual, muntah, anoreksia Ketidak seimbangan nutrisi
cairan
mata, ekstrimitas dan abdomen. - Malaise kurang dari kebutuhan
- Sakit kepala
- Keletihan umum
- Respon psikologis Kecemasan
D. Manifestasi klinis
1. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari
bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila
ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut
ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
2. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
3. Pucat
4. Hematuri
5. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
6. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi.
7. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang).
E. Pemeriksaan penunjang
1. Uji urine
a) Protein urin – meningkat
b) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin – meningkat
2. Uji darah
a) Albumin serum – menurun
b) Kolesterol serum – meningkat
c) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
d) Laju endap darah (LED) – meningkat
e) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
3. Uji diagnostik
a) Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.
F. Penatalaksanaan
1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan
tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan
yang cepat.
2. Diet protein tinggi sebanyak 2-3 g/kg/BB dengan garam minimal bila edema masih
berat, bila edema berkurang dapat diberikan garam sedikit.
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50
mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
4. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney
Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :
a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
5. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diusap dengan air hangat.
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan sekarang
Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual.
Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Aktual/risiko kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium.
- Berikan diuretik,
- Untuk menurunkan
contoh: furosemide,
volume plasma dan
sprinolakton,
menurunkan retensi
hidronolakton.
cairan di jaringan
sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema
paru.
- Adenokortikosteroid, - Adenokortikosteroid,
golongan prednison. golongan prednison
digunakan utnuk
menurunkan
proteinuria.
- Pantau data - Pasien yang mendapat
laboratorium elektrolit terapi diuretik
kalium. mempunyai risiko
terjadi hipokalemia
sehingga perlu
- dipantau.
2. Tujuan: setelah
diberikan tindakan - Kaji pengetahuan - Dengan mengetahui
keperawatan pasien tentang asupan tingkat pengetahuan
diharapkan pasien nutrisi. pasien, perawat dapat
dapat lebih terarah dalam
mempertahankan memberikan pendidikan
nutrisi yang adekuat. yang sesuai dengan
pengetahuan pasien
Kriteria hasil: secara efisien dan
Membuat pilihan efektif.
diet utnuk
- Mulai dengan - kandungan makanan
memenuhi
makanan kecil dan dapat mengakibatkan
kebutuhan nutrisi
tingkatkan sesuai ketidaktoleransian GI,
dalam situasi
dengan toleransi. Catat memerlukan perubahan
individu.
tanda kepenuhan pada kecepatan atau tipe
formula.
menunjukkan gaster, regurgitasi, dan
peningkatan BB. diare.
- masukan minuman
- Fasilitasi pasien mengandung kafein
memperoleh diet dihindari karena kafein
sesuai indikasi dan adalah stimulan sistem
anjurkan menghindari saraf pusat yang
asupan dari agen meningkatkan aktivitas
iritan. lambung dan sekresi
pepsin. Penggunaan
alkohol juga dihindari,
demikian juga merokok
karena nikotin akan
mengurangi sekresi
bikarbonat pankreas dan
karenanya menghambat
netralisasi asam
lambung dalam
duodenum dan juga
meningkatkan stimulais
parasimpatis yang
meningkatkan aktivitas
otot dalam usus dan
dapat menimbulkan
mual dan muntah.
- untuk meningkatkan
- Beri makanan dalam selera dan mencegah
keadaan hangat dan mual, mempercepat
porsi kecil serta diet perbaikan kondisi, serta
TKTPRG (tinggi mengurangi beban kerja
kalori tinggi protein jantung.
rendah gula).
- nutrisi secara intravena
- Berikan nutrisi secara dapat membantu
parenteral. memenuhi kebutuhan
nutrisi yang diperlukan
oleh pasien untuk
mempertahankan
kebutuhan nutrisi
harian.
3. Tujuan: setelah
diberikan tindakan - Tingkatkan istirahat - Aktivitas yang tenang
keperawatan dan berikan aktivitas mengurangi
diharapkan aktivitas tenang. penggunaan energi yang
sehari-hari pasien dapat menyebabkan
dapat terpenuhi dan kelelahan.
meningkatnya
kemampuan - Jelaskan pola - Aktivitas yang maju
beraktivitas. peningkatan bertahap memberikan kontrol
dari tingkat aktivitas, jantung, meningkatkan
Kriteria hasil: contoh bangun dari regangan dan mencegah
kursi, bila tak ada aktivitas berlebihan.
Menunjukkan
nyeri, ambulasi, dan
kemampuan
istirahat selama 1 jam
beraktivitas tanpa
setelah makan.
gejala yang berat,
terutama
- Pertahankan rentang - Meningkatkan kontraksi
mobilisasi di
gerak pasif selama otot sehingga membantu
tempat tidur.
sakit kritis. venous return.
- Evaluasi tanda vital - Untuk mengetahui
saat kemajuan fungsi jantung, bila
aktivitas terjadi. dikaitkan dengan
aktivitas.
- orientasi dapat
- Orientasikan pasien
menurunkan
terhadap prosedur
rutin dan aktivitas kecemasan.
yang diharapkan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan pada penderita nefrotik sindrom yaitu dengan memberikan informasi
tentang pola makan yang benar melalui pengarahan tentang pengaturan diet atau
pola makan.
2. Bagi pasien Nefrotik sindrom diharapkan dapat mengetahui informasi tentang
penyakit yang dialaminya dan dapat mengetahui diet yang teratur dan pola makan
yang benar untuk dapat mempercepat proses kesembuhannya.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan Sindrom nefrotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Muttaqin dan kumala sari. Asuhan keperawatan sistem perkemihan. Jakarta:
salemba medika. 2012
2. Nursalam, Fransisca B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. 2011
3. Suriadi, SKp, MSN dan Rita Yuliani, SKp, M. Psi. Asuhan keperawatan pada anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2006
4. Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden. Buku saku keperawatan pediatri, Edisi ke-3.
Jakarta: EGC. 2002
5. Ngastiyah. Perawatan anak sakit, Edisi ke-2.jakarta: EGC. 2005