Anda di halaman 1dari 2

Saya Sabarina Nur Sarah, lahir di Bandung 33 Tahun yang lalu.

Anak-anak di Sekolah tempat saya


mengajar biasa memanggil saya dengan sebutan Bu Sarah. Saat ini saya tinggal bersama suami di
Kota Cimahi. Mengawali karier sebagai customer care online di sebuah perusahaan telekomunikasi
terbesar di negeri ini pada tahun 2008. Bekerja sebagai customer care merupakan hal yang paling
menyenangkan dalam hidup saya. Saya bisa membantu banyak orang untuk memberikan solusi atas
permasalahan yang dihadapinya. Terlebih lagi ilmu pelayanan pelanggan yang tidak saya peroleh
saat di bangku kuliah dulu memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi karier saya saat ini
sebagai seorang guru. Ya, setelah satu tahun saya bekerja di perusahaan tersebut, saya harus
terpaksa mengikuti keinginan orang tua saya untuk melamar sebagai PNS di Kota Bandung pada
akhir tahun 2008. Berbagai alasan sudah saya berikan demi berusaha menolak keinginan ayah saya
saat itu. Menjadi seorang sarjana pendidikan matematika di tahun 2007 memaksa saya untuk
akhirnya harus mau mengalah atas permintaan ayah saya saat itu. Februari 2009 saya resmi dilantik
sebagai seorang PNS dan bertugas sebagai guru matematika di salah satu SMP Negeri di Kota
Bandung. Mengawali karier baru di bidang yang baru pasti mengharuskan saya untuk bekerja keras
menyesuaikan diri dengan segala hal. Namun, setelah rutinitas mendidik saya jalani, banyak
bertanya kepada rekan, serta banyak belajar dari banyak sumber ternyata saya mulai asik dengan
kerjaan mulia ini. Satu dekade ini menikmati menjadi seorang pengajar banyak pengalaman dan ilmu
berharga yang saya peroleh. Menjadi guru zaman now itu harus multi talenta karena yang
dihadapinya anak anak millenial yang unik. Guru kaum milenial adalah guru yang harus mau
membuka wawasan, guru yang harus mau banyak belajar, guru yang harus selalu mengupdate
strategi jitu agar upayanya untuk mencerdaskan anak bangsa ngga jadi sia sia. Menyiapkan generasi
yang mampu menghadapi revolusi industri 4.0 itu bukan hal yang mudah. Membekali mereka untuk
mampu berkompetisi dengan baik namun berkarakter itu juga PR besar guru masa kini. Mengasah
keterampilan abad 21 siswa menjadi hal yang sangat penting saat ini. Siswa yang siap menghadapi
abad 21 adalah siswa yang terbiasa berpikir kritis, siswa yang kreatif, siswa yang mampu
berkolaborasi dalam setiap interaksinya, serta siswa yang mampu komunikasi dengan baik. Keempat
hal itu menjadi fokus utama yang menjadi tantangan bagi guru. Mencetak siswa yang kreatif
membutuhkan kemampuan guru yang kreatif pula tentunya. Generasi sekarang adalah generasi yang
ngga bisa dipaksa lagi untuk melakukan sesuatu. Anak zaman now lebih suka meniru apa yang
dilakukan oleh orang di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika awal tahun 2016 pemerintah
menggulirkan program gerakan literasi sekolah (GLS) maka pihak sekolah beramai ramai “memaksa”
siswa untuk membaca buku non pelajaran setiap 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar.
Namun, tidak semua siswa mampu melaksanakan kegiatan itu ikhlas. Buktinya setiap saat para guru
harus terus mengingatkan mereka. Saya berpikir bahwa strategi yang diterapkan belum pas saat itu.
Sebab, bagaimana siswanya mau terbiasa membaca jika gurunya hanya mampu memberikan
perintah tanpa memberikan tauladan. Jika begitu, artinya gurunya dulu harus mau berliterasi. Saya
bersama tim mencoba membuat strategi lain dengan cara mengajak para guru untuk mau keluar dari
zona nyamannya. Akhir tahun 2017 kami mencoba melakukan gerakan guru menulis. Diawali dengan
mengikuti pelatihan menulis buku populer yang saya ikuti di Cianjur Januari 2018. Setelah
menghasilkan satu buku populer, ternyata virus menulis itu mulai menular di beberapa guru.
Ternyata strategi itu dinilai berhasil mendobrak motivasi siswa untuk mau membaca dengan
kesadaran dirinya. Seiring waktu pembiasaan gerakan literasi sekolah berjalan dengan baik. Sampai
saat ini, hampir 60% guru di sekolah saya adalah guru penulis. Karya setiap guru pun terus
bertambah. Dan itu membuat saya mulai kecanduan untuk terus belajar berkarya dalam tulisan.
Buku ke 12 pun sedang berusaha saya rampungkan saat ini. Virus menulis ini sudah mulai menjalar
di kalangan siswa dan hal ini tentunya merupakan sarana bagi para siswa untuk dapat menjadi
pribadi yang kreatif. Beberapa Buku antologi siswa telah berhasil diterbitkan. Menghasilkan ratusan
siswa penulis merupakan pencapaian yang luar biasa menurut saya. Upaya meningkatkan mutu
pendidikan tentunya dapat dicapai dengan berbagai strategi. Salah satunya adalah membentuk guru
guru yang kreatif.

Anda mungkin juga menyukai