BROKOPNEUMONIA
Disusun oleh :
Margaretha Meytha M
112017153
Moderator :
dr. Roedi Djatmiko, Sp.A
Tutor :
dr.Martaviani B.MKes,Sp.A
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. NJKW
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/ Usia : 06 November 2017 / 1 tahun 9 bulan
Alamat : Komp Inkopad, Bogor
No. rekam medis : 871XXX
Tanggal datang ke IGD : 20 Agustus 2019
Datang sendiri/ rujukan : Sendiri tanpa rujukan
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
II. ANAMNESIS
Alloanamnesa dengan Ibu kandung pasien
Tanggal 21 Agustus 2019 pukul 12.00 WIB.
KELUHAN UTAMA :
Sesak
RIWAYAT KEHAMILAN
Ibu P3A0. Tidak ada riwayat sakit pada masa kehamilan. Tidak ada riwayat mengkonsumsi
obat-obatan semasa mengandung. ANC empat kali di bidan selama kehamilan.
RIWAYAT KELAHIRAN
Bayi laki-laki lahir pada tanggal 07 November 2017 dengan persalinan caesar, lahir cukup
bulan 37 minggu dibantu oleh dokter dengan berat badan lahir 3200 gram, panjang badan lahir
48 cm. Keadaan setelah lahir langsung menangis, bergerak aktif. Tidak ada cacat, tidak ada
gambaran lidah menonjol, tidak ada penonjolan pada daerah umbilikus/hernia umbilikalis.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Motorik Kasar
Menegakkan kepala : 2 bulan
Membalikkan badan : 3 bulan
Duduk : 6,5 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 13 bulan
Bahasa
Bicara : 11 bulan
Motor Halus dan Kognitif
Menjumpit benda : 5 bulan
Menulis : - tahun
Membaca : - tahun
Prestasi Belajar :-
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan normal
RIWAYAT NUTRISI
Usia (Bulan) ASI/PASI dan takaran Buah Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
RIWAYAT KELUARGA
Anak ketiga dari tiga bersaudara
Jenis Lahir Mati
No Usia Hidup Abortus Keterangan
Kelamin Mati (sebab)
1 10 tahun L Sehat
2 8 tahun P Sehat
3 1 tahun L Pasien
Ayah Ibu
Nama Tn YY Ny LL
Usia 38 35
Pernikahan ke 1 2
Usia saat menikah 27 24
Pendidikan S1 D3
Pekerjaan PNS AD PNS AD
Agama Islam Islam
Suku bangsa Sunda Jawa
Riwayat penyakit Tidak ada Sindrom Guillain barre
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Anggota keluarga lain yang serumah : Tidak ada
TANDA VITAL
Nadi : 125x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 28x/menit, reguler, tipe pernafasan abdominothorakal
Suhu : 36.6 oC aksila
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, ceria, aktif
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5), Compos Mentis
Status mental : tenang
Status Gizi
Menurut kurva WHO 2006 untuk anak laki-laki usia 0-5 tahun :
Berdasarkan kurva weight for age BB/U : 0 sampai 1, berat badan cukup
Berdasarkan kurva length for age TB/U : -2 sampai 0, normal
Berdasarkan kurva weight for length/height BB/TB : 0 sampai +1, gizi cukup
Kesan: Status gizi baik, berat badan cukup , tinggi badan normal
Status Generalis
Kelainan mukosa/kulit/subkutan yang menyeluruh
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterik : (-)
- Perdarahan : (-)
- Edema : (-)
- Lesi/efloresensi : (-)
- Turgor : Baik
Kelenjar getah bening : Tidak teraba
Kepala
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Wajah
- Raut Muka : Normal
Mata
- Palpebra : Normal
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Sklera : Tidak ikterik
- Pupil : Bulat, isokor, letak sentral
- Reflek cahaya langsung : + / +
- Reflek cahaya tak langsung: + / +
Telinga
- Daun telinga : Normotia
- Lubang telinga : Lapang
- Perdarahan / sekret : sekret minimal
Hidung
- Bentuk : Normosepta
- Septum : Tidak deviasi
- Sekret : minimal
- Epistaksis : (-)
Mulut
Tidak tampak gambaran makroglosi, bibir lembab, tidak sianosis, tidak pucat
Faring hiperemis, tonsil tidak membesar T1-T1
Leher
- Tiroid : Tidak teraba
- KGB : Tidak teraba
Toraks
Bentuk Normochest, tidak ada retraksi sela iga
Paru
- Inspeksi : Gerak dada simetris tidak ada yang bagian tertinggal pada keadaan
statis dan dinamis
- Palpasi : Vokal fremitus simetris sama kuat pada kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada rhonki,
tidak ada wheezing
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga IV garis midklavikularis sinistra, tidak
uat angkat, tidak ada thrill.
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis sternalis sinistra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, simetris, hernia umbilikalis (-), bekas luka operasi (-),
- Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
- Palpasi : Supel, turgor baik, tidak ada nyeri tekan,
Hepar, ginjal dan lien tidak teraba
- Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-), undulasi
(-), nyeri ketok CVA (-)
Ekstremitas : Akral sedikit hangat, tidak sianosis, tidak edema,
capillary refill time <2 detik.
Refleks Fisiologis
BPR : +/+
APR : +/+
KPR : +/+
TPR : +/+
Monosit 8 2-8%
MCV 74 73 77-95 fL
MCH 25 25 25-33 pg
MCHC 34 34 31-37 f/dL
FOLLOW UP HARIAN
21 – 08 – 2019 S : orangtua mengatakan anak sudah P :
Hari ke 1 tidak demam, anak masih batuk IVFD D5 ¼ NS 1000 cc/24
berdahak namun dahak tidak keluar, jam
keluhan mual, muntah disangkal, makan Inj cefotaxim 3 x 250mg iv
dan minum sedikit. Inj dexametason 3 x 1 mg iv
Paracetamol syrup 3 x 5cc
O : CM, tampak sakit sedang,
inhalasi ventolin + NaCl 0.9%
HR: 120 x/mnt, RR:28x/mnt, T:36.5C 3cc
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera MB 1000 kkal/hari
Ikterik -/-
THT: nafas cuping hidung tidak ada,
faring hiperemis, sekret pada hidung
dan telinga minimal.
leher : tidak ada pembesaran KGB
A: Bronkopneumonia
A: bronkopneumonia
A: bronkopneumonia
1. Bronkiolitis akut
2. Tuberkulosis Paru
Edukasi:
Anak harus banyak istirahat
Memberikan makanan yang bergizi
Jaga kebersihan rumah dari debu dan ventilasi yang cukup
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstitial. Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada
bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli. Bronkopneumonia memicu terjadinya eksudat mukopurulen yang
dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil dan menyebabkan
konsolidasi yang merata ke lobules yang berdekatan. 1,2
Epidemilogi
Klasifikasi
1. Asal Infeksi
a. Community-acquired pneumonia (CAP)
infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang dalam
perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum timbulnya gejala.
b. Hospital-acquired pneumonia (HAP)
infeksi parenkim paru yang didapatkan selama perawatan di rumah sakit yang
terjadi setelah 48 jam perawatan (Depkes : 72 jam) atau karena perawatan di rumah
sakit sebelumnya, dan bukan dalam stadium inkubasi.
Karakteristik penyakit
- Pneumonia tipikal
- Pneumonia atipikal (mis. Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae).4
Derajat keparahan penyakit
Tabel 1.1 pneumonia, pneumonia berat, sangat berat, dan bukan pneumonia
Patogenesis4
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam
paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. refleks batuk
8. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat
dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.
Gejala klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan dirumah
sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah
imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang
kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic
invasive, etiologi noninfeksi yang relative lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping
itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana
pneumonia. 6,7
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu: demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratory, yaituL: batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping
hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.6,7
Pemeriksaan fisik4,8
- Pada nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan
cuping hidung.
- Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. Konsolidasi yang kecil pada paru
yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka,
namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi
energi vibrasi akan berkurang.
- Pada perkusi tidak terdapat kelainan
- Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi non
musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi
antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya
frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo
osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar
(tergantung dari mekanisme terjadinya). Crackles dihasilkan oleh gelembung-
gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba
terbuka.
Berdasarkan lokasi lesi di paru :
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi
virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan
neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru,
cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan.1,5
- Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks
pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Umumnya
pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah
pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral pada
foto rontgen toraks tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas penegakkan
diagnosis. 1,2
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
- infiltrat alveolar, merupakan kondisi paru dengan air bronchogram. Konsolidasi dapat
mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau terlihat sebagai lesi tunggal
yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas dan
menyerupai lesi tumor paru disebut sebagai round pneumonia.
- bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.1,2,
- Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan
mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.1,4
Diagnosis4,6
2 bl-< 12 bl : ≥ 50x/menit
12 bl-5 th : ≥ 40x/menit
≥ 5 tahun : ≥ 30x/meni
- Sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
- Panas badan
- Ronki basah sedang nyaring pada bronkopneumonia atau suara pernafasan
bronkial (pada daerah yang dengan perkusi bernada pekak) pada pneumonia lobar
- Foto toraks menunjukkan adanya infiltrat berupa bercak-bercak (bronko) difus merata
(lober) pada satu atau beberapa lobus
- Leukositosis Pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil dominan.
Pedoman diagnose dan tatalaksana yang lebih sederhana menurut WHO. Berdasarkan
pedoman tersebut bronkopneumoni dibedakan berdasarkan :
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah
sakit dan diberi antibiotika.
- Bronkopneumonia berat :
Bila di jumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus
dirawat di rumah sakit dan d beri antibiotic.
Diagnosis banding7
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau kesulitan bernafas.
Penatalaksanaan1,5,7
yang mendasarinya
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
amoksisillin-amoksisillin klavulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksazol
makrolid (eritromisin)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam
à ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga
(sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang
menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
- Antibiotik selanjutnya ditentukan atas dasar pemantauan ketat terhadap respons klinis dalam
24-72 jam pengobatan antibiotik awal Kalau penyakit menunjukkan perbaikan → antibiotik
diteruskan sampai dengan 3 hari klinis baik (Pneumokokus biasanya cukup 5-7 hari, bayi <
2 bulan biasanya 10-14 hari) Kalau penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 72 jam antibiotik awal dihentikan dan→ diganti dengan antibiotik
lain yang lebih tepat (sebelumnya perlu diyakinkan dulu tidak adanya penyulit seperti
empiema, abses, dll, yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
Indikasi rawat
Pada bayi
Pada anak
distress pernapasan
grunting
Kriteria pulang7:
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Komplikasi
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.4
Pencegahan
Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 17-12 bulan
diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1 kali, namun
keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah
dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali.
Vaksinasi H.Influenzae
Vaksinasi varisela
Yang di anjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah dapat diberikan
setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan
pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu
Vaksinasi influenza
Diberiikan pada umur > 6 bulan setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6
bulan - < 9 tahun di berikan 2 kali dengan interval minimal 4 minggu.
BAB III
ANALISIS KASUS
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit pada pasien saat
ini tidak mengancam nyawa. Prognosis quo functionam adalah bonam karena organ-organ vital
pada pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat kolaps paru atau atelectasis.
Prognosis quo ad sanactionam adalah dubia ad bonam karena kekambuhan pada
bronkopneumonia dapat terjadi jika terdapat reinfeksi yang disebabkan oleh penghuni rumah
yang padat, polusi atau debu, gizi yang buruk. Dengan edukasi yang tepat, maka dapat
dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi ini.
DAFTAR PUSTAKA