Mata Kuliah
PRODUKSI TERNAK PERAH
Disusun oleh:
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena dengan karunia dan
hidayah-Nya, sehingga tugas Laporan Akhir Praktikum Produksi Ternak Perah
mengenai Uji Kualitas Susu dapat diselesaikan oleh penyusun dengan baik. Tugas
laporan ini dibuat kemudian diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum
Produksi Ternak Perah.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Dr. Ir. Didin Subriat
Tasripin, M.Si. selaku Dosen Praktikum dan kepada Asisten Laboratorium
Produksi Ternak Perah juga kepada berbagai pihak terkait yang telah membantu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan akhir ini. Sehingga dengan bantuan-
bantuan tersebut penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penyusun pada bidang pengetahuan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan
akhir praktikum ini, dari sisi sistematika penulisan maupun dari sisi isi laporan.
Berdasarkan hal tersebut penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan ke arah yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
I
PENDAHULUAN
Susu menjadi produk yang sangat diminati bagi masyarakat luas baik dari
bahan mentah berupa susu murni ataupun produk olahannya. Susu merupakan
produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan lengkap, juga sebagai
sumber protein yang paling baik karena kecenaannya yang cukup tinggi. Susu
adalah produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh mikroba. Hal ini
disebabkan oleh kandungan nutrien dan kondisi lingkungan susu yang cocok
seperti air, protein, lemak, mineral Ca dan P, dan vitamin serta kolostrum.
Kualitas susu merupakan bagian penting dalam produksi dan pemasaran
susu. Selain dari kelayakan konsumsi produk susu, kualitas susu juga penting
dalam membentuk harga dari pemasaran susu itu sendiri apakah susu tersebut
murni ataukah terjadi pencampuran atau pemalsuan. Derajat kualitas susu hanya
dapat dipertahankan selama waktu tertentu dikarenakan sifatnya yang mudah
rusak sehingga akan mengalami penurunan kualitas susu seiring berlanjutnya
lamanya penyimpanan. Pengukuran derajat kualitas susu dapat dilakukan dengan
uji reduktase, uji warna, bau, rasa dan kekentalan, uji didih, uji alkohol, uji
kebersihan, penetapan berat jenis, kadar lemak dan uji pemalsuan. Uji-uji tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman
dan layak untuk dikonsumsi juga untuk melihat susu tersebut murni atau tidak.
Perlunya dilakukan praktikum mengenai uji kualitas susu dengan
menggunakan metode-metode pengukuran derajat kualitas susu sehingga dapat
ditentukan kelayakan produk susu dan kemurniannya. Pengetahuan mengenai uji
kualitas susu perlu dipahami untuk selanjutnya dapat dilakukan usaha preventif
dalam pemilihan ataupun konsumsi susu.
1.2 Maksud dan Tujuan
(1) Mahasiswa mampu mengetahui kualitas fisik dan kimia susu yang baik
dan sesuai standar mutu.
1.3 Kegunaan
(1) Mahasiswa mampu menyimpulkan kondisi susu dan mutu susu untuk
konsumsi
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Alat
(a) uji penyaringan: pipet Mohr steril 20 ml, gelas ukur, kertas saring, dan
corong;
(b) uji katalase: tabung katalase, pipet Mohr steril 20 ml, pipet Mohr 5 steril
(c) uji reduktas: pipet Mohr steril 20 ml, tabung reduktase pipet Mohr steril
(d) uji derajat keasaman: pipet Mohr steril 20 ml, Tabung Erlenmayer, pipet
(e) uji alkohol: pipet Mohr steril 5 ml, pipet Mohr steril 20 ml, dan dua buah
tabung reaksi;
(f) uji warna: tabung reaksi dan pipet Mohr steril 20 ml;
(g) uji bau: tabung reaksi, kapas penutup, dan penjepit tabung reaksi;
(i) uji masak: pipet Mohr 20 ml, tabung reaksi, gegep, dan pembakar spirtus.
3.2. Bahan
(4) NaOH
(5) Phenopthaline
3.3. Prosedur
(1) Memasukan susu segar kedalam gelas ukur hingga 2/3 bagian tabung
(3) Memasukan laktodensimeter kedalam gelas ukur lalu lihat skalanya dan
mencatat.
(1) Menuangkan susu kedalam gelas kimia lalu mengamati warna susu,
(2) Menuangkan susu dalam gelas lalu melakukan penciuman terhadap susu,
kedalam mulut lalu rasakan susu tersebut, susu yang baik ialah rasanya
balikan tabung tersebut dan amati seberapa cepat susu tersebut kembali
(2) Mempersiapkan gelas kimia yang bagian atasnya telah ditutup dengan
kertas saring
(3) Setelah semuanya siap tuangkan susu kedalam gelas kimia yang telah di
beri kertas saring bagian atasnya, lalu amati apakah ada kotoran yang
4. Uji Reduktase
(3) Setelah itu masukan sample tersebut kedalam penangas air (Autoklaf)
dengan suhu 36ºC lalu amati seberapa lama waktu Perubahan sampel
5. Uji didih
(2) Lalu lakukan penutupan susu didalam tabung reaksi dengan kapas
6. Uji Alkohol
IV
Pengamatan Hasil
Susu A Susu B Susu C
Uji Reduktase :
Prinsip :
Enzim
reduktase
yang Banyak
terbentuk Bakteri
oleh
kuman
pada susu
mereduksi
zat biru –
+
Grade
+
Grade
metilen Rendah Cukup
menjadi
larutan
yang tidak
berwarna
Uji Organoleptik Bau : Sedikit Bau : Asam Bau : Normal
: Asam Warna : Putih Warna : Putih
Susu A : Bau Warna : Putih Rasa : Sedikit Rasa : Normal
susu segar; Warna Kekuningan Asam Kekentalan :
putih susu; Rasa Rasa : Normal Kekentalan : Normal
Kekentalan : Kental
masih segar;
Normal
Kekentalan cair
Susu B : Bau
susu asam; Warna
putih susu (agak
kuning); Rasa
asam; Kekentalan
cair agak pekat
Uji Didih : Sedikit (-) Banyak
Prinsip : gumpalan menggumpal (+)
Kestabilan (Hampir tidak
kasein ada)
susu
berkuran
bila
menjadi
asam
sehingga
menggum
pal saat
dididihkan
. Positif
saat
derajat
keasaman
9-10°SH
Kegunaa
n :
Memeriks
a derajat
keasaman
susu
Uji Alkohol : (-) sedikit (-) sedikit
Prinsip : gumpalan ( gumpalan (
Semakin Hampir tidak Hampir tidak
tinggi ada) ada)
derajat
keasaman
susu,
semakin
berkurang
jumlah
alkohol.
Percobaan
ini positif
saat 9-10°
asam
Kegunaa
n:
Memeriks
a derajat
keasaman
susu
Uji Kebersihan : Bersih (-)
Prinsip : negatif
Kotoran
yang
terdapat
disusu
dapat
dilihat
dengan
kertas
saring
Kegunaa
n:
Mengetah
ui
kebersihan
penangana
n susu
ditempat
produksin
ya
Penetapan Berat BJ=1,018+(28- BJ=1,028+(28-
Jenis : 27,5)x0,002=1,0 27,5)x0,0002=1,
Prinsip : 181 0283
Benda
padat
yang
dicelupka
n pada
suatu
cairan
akan
mendapat
tekanan ke
atas
sebanyak
cairan itu
dipindahk
an
Kegunaa
n:
Mengukur
berat jenis
susu
Kadar Lemak : 1,4%
Prinsip :
Asam
sulfat
pekat
merombak
dan
melarutka
n kasein
serta
protein
lainnya
sehingga
bentuk
dispersi
lemak
hilang
Kegunaa
n:
Mengukur
kadar
lemak
susu
dengan
metode
Gerbor
Uji Pemalsuan : Kuning (-) Kuning(-)
Prinsip :
Membandi
ngkan
susu
sampel
dengan
susu dari
kandang
Kegunaa
n:
Mengetah
ui ada atau
tidaknya
bahan
tambahan
pada susu
4.2. Pembahasan
Uji reduktase untuk sampel susu A perlu waktu lebih dari 2 jam ( 20 juta )
pada saat di inkubator yang hasil tersebut terbilang rendah. Kebersihan susu dapat
diuji dengan cara penyaringan, berfungsi untuk melihat kondisi susu bersih atau
kotor. Pada percobaan yang dilakukan setelah susu disaring ditemukan sedikit
kotoran pada kertas saring. Partikel yang terlihat merupakan partikel yang
berukuran besar seperti rambut dan debu sehingga dapat dengan mudah terlihat
oleh mata. Susu tersebut dapat dikatakan kotor, karena adanya pengotor yang
telah menyebabkan susu tersebut terkontaminasi mikroba.
Derajat keasaman susu A sedikit ada gumpalan, berarti kondisi susu dalam
keadaan yang baik atau aman dikonsumsi. Menurtu SNI (1998) susu segar
umumnya mempunyai derjat keasaman sekitar 6 sampai 8, penentuan derajat
keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi asam-basa. Nilai derajat
keasaman didapatkan dengan mengalikan volume NaOH yang dibutuhkan untuk
mentitrasi susu sampai warnanya pink dikalikan faktor koreksi sebesar sepuluh.
Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein
susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir
protein terutama kasein. Terdapat pada penambahan pertama 5 ml alkohol 70% ke
dalam susu segar setelah dihomogenkan tidak adanya butir-butir susu berarti
hasilnya negatif atau kualitas susu baik untuk dikonsumsi, tetapi setalah
ditambahkan lagi 5 ml alkohol 70% dan dihomogenkan kembali maka terlihat di
dinding tabung reaksi terdapat butir-butir susu berarti hasilnya positif. Menurut
Sudarwanto (2005) susu terlihat positif pada penambahan 10 ml alkohol 70%,
yang menandakan kemungkinan susu yang positif pada uji alkohol dapat
disebabkan oleh susu mulai masam, terdapat kolustrum dan permulaan adanya
mastitis.
Menurut Maheswari (2004) warna susu yang normal adalah putih
kekuningan. Warna putih disebabkan karena refleksi sinar matahari dengan
adanya butiran-butiran lemak, protein dan garam-garam didalam susu. Warna
kekuningan merupakan cerminan warna karoten dalam susu. Diluar batas warna
normal tersebut, kadang dijumpai susu berwarna kebiruan, kemerahan, atau
kehijauan. Warna kebiruan kemungkinan diakibatkan berkembangnya bakteri
Bacillus cyanogenes atau kemungkinan susu ditambahi air. Warna kemerahan
sering disebabkan adanya butir eritrosit atau hemoglobin akibat ternak yang
diperah mengalami sakit, khususnya mastitis. Adapun warna kehijauan
kemungkinan merupakan refleksi kandungan vitamin B kompleks yang relatif
tinggi. Pengujian warna susu didapatkan warna putih normal hal ini
mengindikasikan bahwa susu baik untuk dikonsumsi.
Pengamatan dengan indra pembau mendapatkan hasil uji bau berupa bau
susus normal sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas susu baik. Menurut
Lukman (2009) susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama
karena adanya asam-asam lemak. Bau tersebut dapat mengalami perubahan,
misalnya menjadi asam karena adanya pertumbuhan mikroba didalam susu, atau
bau lain yang menyimpang akibat terserapnya senyawa bau dari sekeliling oleh
lemak susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat wadah susu juga akan
mudah mempengaruhi bau susu tersebut.
Rasa susu yang telah dimasak adalah agak manis berarti kondisi susu
dalam keadaan baik. SNI (1998) melaporkan bahwa senyawa vanilin di dalam
susu yang terdegradasi menjadi asam vanilat dapat menyebabkan off-flavor
selama penyimpanan. Degradasi tersebut terkait erat dengan reaksi oksidatif dari
enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik ada didalam susu. senyawa lain
yang ikut berperan menentukan flavor susu adalah beberapa senyawa phenol
khususnya alkyl-phenol.
Uji didih atau pemasakan menunjukkan adanya gumpalan-gumpalan putih
di dinding tabung reaksi hal ini berimplikasi bahwa kualitas susu kurang baik
untuk dikonsumsi. Sudarwanto (2005) menyatakan bahwa beberapa jenis bakteri
dapat melakukan fermentasi pada susu sehingga merubah laktosa menjadi asam
laktat sehingga susu tersebut mengalami penggumpalan jika masih menyatu dan
homogen maka susu tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi.
KESIMPULAN
5.1) Susu yang di uji menunjukan hasil bahwa susu A layak konsumsi namun
memiliki grade yang rendah, sedangkan pada susu B tidak layak konsumsi
karena bisa dikatakan sudah basi, dan pada susu C dinyatakan masih layak
konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah H, Maheswari RAA, Bakrie B. 2004. Effectiveness of lactoperoxidase
system activator® in milk preservation of different volume. Seminar.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Gonggo ST, Ratman M. 2013. Penuntun praktikum kimia dasar II. Penuntun. Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako.
SNI [Standar Nasional Indonesia]. 1998. Standar Mutu Susu Segar No. 01-3141-
1998. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar
di desa pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal
Penyuluhan Pertanian volume 5 nomor 1 halaman 67-77.
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat
pemberian pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus
(l.) merr) yang berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume 6
nomor 1 halaman 1-6.