Anda di halaman 1dari 19

LBM 6

KENCING MENGEJAN PADA ORANG TUA

STEP 1
1. KATETERISASI : PEMASANGAN SELANG PADA BULI-BULI MELALUI
SALURAN OUE
2. RECTAL TOUCHER : COLOK DUBUR DGN MENGGUNAKAN JARI
TELUNJUK UNTUK MENGETAHUI KELAINAN PADA RECTAL ATAU
ORGAN DIDALAMNYA
Step 2
1. mengapa penderita merasakan pancaran urin melemah,mengejan dalam memulai
kencing dan merasa masih terdapat sisa urin sehabis kencing?
Pancaran urin melemanada penghambat jalanya urin
Saat mulai kencing mengejandicurigai di sekitar buli2RTada pembesaran
prostate
Masih merasa ada sisa urinobstruksiurin yang kluar hanya sedikit
DD :
KARSINOMA PROSTAT
BPH
STRIKTUR URETRA
Step 3
 BPH
1. definisi
pembesaran pada kelj prostate yang dapat menyebabkan hambatan pada retra pars
prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin.
2. etiologi
o teori dihidrotestoteron testoteron menghasilkan DHT5 alfa-reduktase
terlalu sensitivehiperplasi prostat
o adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testoterontestoteron
menuruntidak ada yang menghambat hiperplasi,estrogenapoptosi
dihambat,
o interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostate
perbandingan sel stroma dgn epitel4:1stroma semakin banyak
mempoliferasi
o berkurangnya kematian sel
o teori stem cel
tidak ada apoptosis

fungsi testoteron:
memberi cirri kelamin sekunder pada laki2
estrogenmemberi cirri kelamin sekunder pada wanita
3. factor resiko
o usia lanjut > 50 th
o diet makan makanan yang terlalu banyak lemak jenuh
o lingkungan terkena paparan zat2 karsinogen
o infeksi
4. klasifikasi
berdasarkan gambaran klinis
derajat 1 RT penonjolan kelj prostate,batas atas mudah diraba,volume urin
<50ml
derajat 2penonjolan prostate jelas,batas atas dapat dicapai,vol urin 50-100ml
derajat 3  batas atas tidak dapat diraba,vol urin >100ml
derajat 4retensi urin total
5. patofisiologi
pembesaran prostatepenyempitan lumenaliran urin terhambattubuh
berusaha mengeluarkan urinbuli2 berkontraksi lebih kuatperubahan anatomi
buli2penebalan detrusordetrusor lelahretensi urin
6. manifestasi klinis
o gejala iritasi:sering : buang air kecil,urgensi,nokturi,disuri
o gejala obstruksi : sisa urin menetes
o hematuri

7. diagnosis
o anamnesis :
bagian bawah:miksinya gimana?apakah mengganggu,apakah ada sisa urin
yang menetes,pancaran urin?apakh ada darah?(segar)
Bagian atas:nyeri pinggang,apakah perlu mengejan saat miksi,ada darah?
(gelap)
Pf : rectal toucher,pf abdomennyeri suprapubis
PP : foto polos abdomen, PIV,TRUS(transrectal ultrasonografi)
8. penatalaksanaan
watchfull waiting untuk penderita dengan keluhan ringan
medikamentosa
derajat 1penghambat adeno reseptor alfa
terapi bedahderajat 2
reseksi endoskopikderajat 3
derajat 4pemasangan kateter kemudian pembedahan terbuka
terapi invasif
9. prognosis
tergantung derajatnya
10. komplikasi
o batu kandung kemih
o hematuri
o hidroureter
o hidronefritis
o refluk vesikoureter
o pyelonefritis
o gagal ginjal
o retensi urin akut dan kronik
11. apkah ejakulasinya juga bisa terhambat
12. proses degenerasi
 KARSINOMA PROSTAT
1. definisi
2. etiologi
3. factor resiko
4. klasifikasi
5. patofisiologi
6. manifestasi klinis
7. diagnosis
8. penatalaksanaan
9. prognosis
10. komplikasi

step 4

Teori DHT Pembesaran prostat


Teori stem cel
Teori ketidakseimbangan
Degenerasi
Pencaran urin melemah
Terdapat sisa urin

Kateterisasi
Rectal toucher

diagnosis sementara BPH DD ; karsinoma prostat

penghambat adenoreseptor alfa


pembedahan

step 7

 BPH
1. Definisi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat
jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang
tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat
memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami
laki-laki berusia di atas 50 tahun
Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu
keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami
hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi simpai bedah.
( Sumber : Sylvia A. Price, dkk. 2006. “Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit”. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC

2. Etiologi
Perubahan keseimbangan testosteron estrogen krn produksi testosteron menurun &
tjd konversi testosteron mjd estrogen pd jaringan adipose di perifer.
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)

Peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT)


Teori DHT :
 DHT dibentuk dr testosteron dlm sel prostat oleh enzim 5-reduktase dgn
bantuan koenzim NADPH
 DHT tsb berikatan dgn reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA
pd inti sel & tjd sintesis protein GF yg menstimulasi pertumbuhan sel prostat
 Pd BPH aktivitas enzim 5-reduktase & jml reseptor androgen lbh byk, shg
DHT yg terbentuk lbh byk & tjd replikasi sel yg lbh byk pula

Adanya ketidakseimbangan hormon estrogen & testosteron


Ketidakseimbangan estrogen-testosteron :
 Pd usia yg semakin tua, kdr testosteron menurun, sedangkan kdr estrogen
relatif tetap shg perbandingan antara estrogen-testosteron relatif meningkat
 Estrogen dlm prostat berperan dlm tjdnya proliferasi sel2 kelenjar prostat dgn
cara meningkatkan sensitifitas sel2 prostat thd rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jml reseptor androgen, & menurunkan jml kematian sel2
prostat (apoptosis)

Berkurangnya kematian sel (apoptosis)


Berkurangnya kematian sel prostat :
Berkurangnya jml sel prostat yg mengalami apoptosis menyebabkan jml sel2
prostat sec keseluruhan mjd meningkat shg menyebabkan pertambahan massa
prostat

Ketidaktepatan aktivitas stem sel


Teori stem sel :
 Stem sel mempunyai kemampuan berploriferasi yg sgt ekstensif, & kehidupan
sel ini bergantung pd keberadaan hormon androgen, shg jk kdr hormon ini
menurun menyebabkan tjdnya apoptosis
 Tjdnya proliferasi sel2 pd BPH dipostulasikan sbg ketidaktepatan aktivitas sel
stem shg tjd produksi yg berlebihan sel stroma maupun sel epitel
(Basuki B.Purnomo.2008.Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua.Jakarta:Sagung Seto)

3. factor resiko
 Usia. Pria yang telah berusia 50 tahun ke atas, kemungkinan besar akan
mengidap kanker ini.
 Ras atau etnis. Belum dapat dipastikan kebenarannya, namun ada yang
mengatakan bahwa pria berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena kanker
prostat.
 Sejarah keluarga. Jika ayah atau saudara anda menderita kanker prostat,
maka resiko anda menderita penyakit yang sama akan lebih besar dari
rata-rata orang.
 Makanan. Makanan berlemak dan obesitas dapat mempertinggi resiko.
Teorinya, lemak meningkatkan produksi hormon testosteron yang dapat
menyebabkan berkembangnya sel kanker prostat.
4. Klasifikasi
derajat Colok dubur Sisa volume urine
penonjolan kelj prostate,batas atas volume urin <50ml
mudah diraba
derajat 2 penonjolan prostate jelas,batas atas vol urin 50-100ml
dapat dicapai
derajat 3 batas atas tidak dapat diraba vol urin >100ml

derajat 4 retensi urin total

Tingkat keparahan penderita BPH dapat diukur dengan skor IPSS (Internasional
Prostate Symptom Score) diklasifikasi dengan skore 0-7 penderita ringan, 8-19
penderita sedang dan 20-35 penderita berat.
Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan
gambaran klinis: (Sjamsuhidajat,1997)

5. Patofisiologi
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, retensi pada leher vesika &
daerah prostat meningkat, & detrusor menjadi lbh tebal
Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih terlihat seperti balok yang
disebut trabekulasi
Mukosa dapat menerobos keluar di antara serat detrusor, tonjolan yg kecil disebut
sakula & yg besar dsbt divertikulum
Apabila keadaan kompensasi berlanjut, detrusor mjd lelah & akhirnya mengalami
dekompensasi & tdk mampu lg utk berkontraksi shg tjd retensi urin & pd akhir
miksi ditemukan sisa urin di dlm kandung kemih
Jika keadaan ini berlanjut, akan tjd kemacetan total shg penderita tdk mampu lg
miksi
Produksi urin terus tjd, pd suatu saat vesika tdk mampu lg menampung urin shg
tekanan vesika terus meningkat
Bila tekanan vesika mjd lbh tinggi dr pd tekanan sfingter & obstruksi, akan tjd
inkontinensia paradoksa
Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, &
gagal ginjal
Pd wkt miksi penderita hrs selalu mengedan shg lama kelamaan tjd hernia atai
hemoroid
Krn selalu tdpt sisa urin, dpt terbentuk batu endapan di kandung kemih, yg
menambah keluhan iritasi, hematuria, sistitis, & pielonefritis
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)

6. manifestasi klinis
 Retensi urin
 Adanya sisa urin di VU
 Pancaran urin yg lemah
 Hidronefrosis
 Urolitiasis
 Pembesaran prostat dgn konsistensi kenyal
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)
a. Keluhan pada sal. Kemih bag. Bwh
i. Obsttuksi
1. Hesitasi : meninggu pd permulaan miksi
2. Pancaran miksi melemah
3. Intermitensi : miksi terus menerus
4. Miksi tidak puas
5. Menetes setelah miksi
ii. Iritasi
1. Frekuensi : Bertambahnya frekuensi miksi
2. Nokturi
3. Urgensi ; Rasa tidak dapat menahan kencing
4. Disuri : Nyeri pada waktu miksi

b. Keluhan pada sal. Kemih bag. Atas


i. Nyeri pinggang
c. Keluahan di luar sal.kemih
i. Hernia inguinalis atauhemoroid
(Dasar – Dasar Urologi, Basuki B Purnomo)

1. Diagnosis
 Tanda
a.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE) sangat penting.
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain
seperti benjolan pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada
perabaan prostat harus diperhatikan :
a.Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
b.Adakah asimetris
c.Adakah nodul pada prostate
d.Apakah batas atas dapat diraba
e.Sulcus medianus prostate
f.Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat kenyal
seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan
nodul. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau
teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu
prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas
kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pnielonefritis akan
disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat
teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan
untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk
melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan
miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra,
fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan
teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang
terdapat nyeri tekan supra simfisis.
2. Pemeriksaan laboratorium
a.Darah : - Ureum dan Kreatinin
-Elektrolit
-Blood urea nitrogen
-Prostate Specific Antigen (PSA)
-Gula darah
b.Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
-Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
-Sedimen
3. Pemeriksaan pencitraan

 a.Foto polos abdomen (BNO)


Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu
saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk
menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.

 b.Pielografi Intravena (IVP)


pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling
defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter
membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter
ataupun hidronefrosis serta penyulit yang terjadi pada buli – buli yaitu adanya
trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli.
foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

 c.Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram
retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi

 d.Transrektal Ultrasonografi (TRUS)


- deteksi pembesaran prostat
- mengukur volume residu urin
e. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam
potongan.

 4. Pemeriksaan lain
a.Uroflowmetri
-Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
-daya kontraksi otot detrusor
-tekanan intravesica
-resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran
mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 –
8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin berat derajat
obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
b.Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot
detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan
pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths
Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju
pancaran urin dapat diukur.
c.Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal. Pemeriksaan sisa urin dapat juga diperiksa (meskipun kurang
akurat) dengan membuat foto post voiding atau USG.

Diagnosis
Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan melalui :
1.Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
2.Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba sebagai
prostat yang membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, asimetri dan
menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat batas atas
semakin sulit untuk diraba.
3.Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada tidaknya
komplikasi.
4.Pemeriksaan pencitraan :
Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi defek isian kontras pada dasar
kandung kemih atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata
kail. Dengan trans rectal ultra sonography (TRUS), dapat terlihat prostat yang
membesar.
5.Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang.
6.Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume residu
urin yang meningkat sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml
dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi).2

1. Penatalaksanaan
 Terapi non bedah bila WHO PSS (prostate symptom score) di bwh 15
 Terapi bedah bila WHO PSS di atas 25 atau bila timbul obstruksi
 Pd penderita derajat 1, diberikan pengobatan konservatif penghambat
adrenoreseptor alfa (alfazosin, prazosin, & terazosin)
 Penderita derajat 2, dilakukan reseksi endoskopik melalui uretra (TUR) &
pengobatan konservatif
 Pd derajat 3, dilakukan reeksi endoskopik & pembedahan terbuka melalui
transveikal,retropubik, atau perineal
 Pd derajat 4, dilakukan pemasangan kateter atau sistostomi utk membebaskan
retensi urin, TUR atau pembedahan terbuka, & pengobatan konservatif
(adrenoreseptor alfa inhibitor & obat antiandrogen)
 Pengobatan lain yg invasive minimal melalui pemanasan prostat dgn
gelombang mikro yg disalurkan ke kelenjar prostat melalui antenna yg
dipasang pd ujung kateter (TUMT = Transurethral Microwave Thermotherapy)
 Penggunaan cahaya laser (TULIP = Transurethral Ultrasound Guided Laser
Induced Prostatectomy)
 Dilatasi uretra pd prostat dgn balon yg dikembangkan di dlmnya (TUBD =
Transurethral Balloon Dilatation)
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)

 Watchfull waiting, pasien diberi penjelasan mengenai hal yg dpt


memperburuk keluhan & tetap diminta utk datang kontrol
 Medikamentosa, penghambat 5-reduktase & penghambat adrenergic alfa
 Operasi pembedahan terbuka, pembedahan endourologi (TURP),
elektropavorisasi prostat, laser prostatektomi
 Tindakan invasive minimal : termoterapi (dgn gelombang mikro frekuensi 915-
1296 MHz), TUNA (Transurethral Needle Ablation of the Prostate),
pemasangan stent (prostacatch), HIFU (High Intensity Focused
Ultrasonography), & dilatasi dgn balon
(Basuki B.Purnomo.2008.Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua.Jakarta:Sagung Seto)
a. Watchfull waiting
ii. Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol setelah makan malam
iii. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yg mengiritasi buli-buli ( kopi
atau coklat)
iv. Batasi penggunaan obat-obat influenza yg mengandung
fenilpropanolamin
v. Kurangi makanan pedas dan asin
vi. Jangan menahan kencing terlalu lama

b. Medikamentosa
vii. Penghambat reseptor adrenergic α
viii. Penghambat 5 α- reduktase
ix. fitofarmaka
c. operasi
Operasi konvensional

1. Transurethral resection of the prostate (TURP)

Sembilan puluh lima persen simpel prostatektomi dapat dilakukan melalui

endoskopi. Umumnya dilakukan dengan anastesi spinal dan dirawat di rumah

sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP

lebih tinggi dan bersifat invasif minimal. Risiko TURP adalah antara lain

ejakulasi retrograde (75%), impoten (5-10%) dan inkotinensia urin (<1%).>(2).


2. Transurethral incision of the prostate
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi

hiperplasia komisura posterior (menaikan leher buli-buli). Pasien dengan keadaan

ini lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini lebih cepat dan

kurang menyakitkan dibandingkan TURP. Retrograde ejakulasi terjadi pada 25%

pasien (2).
3. Open simple prostatectomy
Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi

terbuka diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk

dilakukan enukleasi. Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan

divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak

memungkinkan. Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pendekatan

suprapubik ataupun retropubik (2).


Terapi minimal invasif
1. Laser
Dua sumber energi utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser adalah

Nd:YAG dan holomium:YAG (2).


Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah (2):
1. Kehilangan darah minimal.
2. Sindroma TUR jarang terjadi.
3. Dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan.
4. Dapat dilakukan out patient procedure.
Kerugian operasi dengan laser (2):
1. Sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi.
2. Pemasangan keteter postoperasi lebih lama.
3. Lebih iritatif.
4. Biaya besar(2) .
2. Transurethral electrovaporization of the prostate
Transurethral electrovaporization of the prostate menggunakan resektoskop. Arus

tegangan tinggi menyebabkan penguapan jaringan karena panas, menghasilkan

cekungan pada uretra pars prostatika. Prosedurnya lebih lama dari TUR (2).
3. Hyperthermia
Hipertermia dihantarkan melaluli kateter transuretra. Bagian alat lainnya

mendinginkan mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45°C, alat

pendingin tidak diperlukan (2).


4. Transurethal needle ablation of the prostate
Transurethal needle ablation of the prostate menggunakan kateter khusus yang

akan melaluli uretra (2).


5. High Intensity focused ultrasound
High Intensity focused ultrasound berarti melakukan ablasi jaringan dengan

panas. Untrasound probe ditempatkan pada rektum (2).


6. Intraurethral stents
Intraurethral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan

endoskopi dan dirancang untuk mempertahankan uretra pars prostatika tetap paten
(2)
.
7. Transurethral balloon dilation of the prostate
Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat melebarkan

fossa prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang ukurannya

kecil (<40>3). Teknik ini jarang digunakan sekarang ini (2).

2. Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi
pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk
karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada
pria setelah kanker paru-paru.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek
samping yang cukup merugikan bagi penderita.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail )

Atau
 Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi
pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
 BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk
karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
 Kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada
pria setelah kanker paru-paru.
 BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek
samping yang cukup merugikan bagi penderita.
http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0504/02/hikmah/lainnya02.htm

3. Komplikasi
Penyakit Proses peradangan Penyakit Penyebab
neurologik neoplasma obstruksi lain
- penyakit - ISK - Ca - Dis-
parkinson - Vesikuloliti prostat sinergia otot
- stroke / asis - Tumor detrusor
CVA - Sistitis kandung - Dis-
- atrofi interstitialis kemih (sel sinergia
sistemik - Sistitis transisional / sfingter
multipel - Tuberkulos karsinoma in- eksternal
- demensi is situ) - Striktur
a kortikal a uretra
- sklerosi
s multiple
Sumber : Buku Ajar GERIATRI

4. apkah ejakulasinya juga bisa terhambat


tergantung stadiumnya,bila sudah membesar dimungkinkan menutup duktus
ejakulatorius
5. hubungan proses degenerasi dengan BPH
 Pd usia yg semakin tua, kdr testosteron menurun, sedangkan kdr estrogen relatif tetap shg
perbandingan antara estrogen-testosteron relatif meningkat
 Estrogen dlm prostat berperan dlm tjdnya proliferasi sel2 kelenjar prostat dgn cara
meningkatkan sensitifitas sel2 prostat thd rangsangan hormon androgen, meningkatkan
jml reseptor androgen, & menurunkan jml kematian sel2 prostat (apoptosis)

 KARSINOMA PROSTAT
1. Definisi
Karsinoma Prostat adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di
dalam kelenjar prostat.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail_)

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang


kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara
abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya bahkan dapat mengakibatkan kematian.

2. Etiologi
o Predisposisi genetic
o Pengaruh hormonal
o Diet , yg banyak mengandung lemaak, susu yg berasal dari binatang, daging
merah dan hati
o Pengaruh lingkungan
o Infeksi
(Dasar- Dasar Urologi, Basuki B Purnomo)

3. Klasifikasi
 Stadium A :
benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik,
biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan
prostat karena penyakit lain.
 Stadium B :
tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada
pemeriksaan fisik atau tes PSA.
 Stadium C :
tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi belum
sampai menyebar ke kelenjar getah bening.
 Stadium D :
kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening
regional maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan
paru-paru).
http://www.medicastore.com/med/detail_

4. Patofisiologi
 Keganasan prostat biasanya berupa adenokarsinoma yg berasal dr kelenjar prostat yg
mjd hipotrofik pd usia decade ke-5 sampai ke-7
 Karsinoma prostat plg sering tjd pd zona perifer (75%), 15-20% pd zona central atau
transisional, biasanya berupa lesi multisentrik
 Karsinoma prostat menyebar ke kelenjar limfe di panggul kemudian ke kelenjar limfe
retroperitoneal atas
 Penyebaran hematogen tjd melalui v.vertebralis ke tlg panggul, femur proximal, ruas
tlg lumbal, & tlg iga
 Metastasis tlg sering bersifat osteoklastik
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)

 Tumor yg berada pd kelenjar prostat tumbuh menembus kapsul prostat & mengadakan
infiltrasi ke organ sekitar
 Penyebaran sec limfogen melalui kelenjar limfe pd daerah pelvis menuju kelenjar
limfe retroperitoneal & sec hematogen melalui v.vertebralis meuju tlg2 pelvis, femur
sblh proximal, vertebra lumbalis, kosta, paru, hepar, & otak
 Metastasis ke tlg mrupakan proses osteoblastik
(Basuki B.Purnomo.2008.Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua.Jakarta:Sagung Seto)
5. manifestasi klinis
Keluhan sesuai dengan gejala saluran kemih bagian bawah
( lower urinary tract symptoms = LUTS ), yaitu adanya gejala
iritatif dan obstruktif. Kecurigaan umumnya berawal dari
ditemukannya nodul secara tak sengaja pada pemeriksaan
rektal. Nodul yang ireguler dan keras harus dibiopsi untuk
menyingkirkan kemungkinan ini. Atau didapatkannya jaringan
yang ganas pada pemeriksaan patologi dari jaringan prostat
yang diambil karena gejala BPH. Karsinoma ini jarang
memberikan gejala, kecuali bila telah lanjut. Dapat terjadi
hematuria, gejala – gejala obstruksi, gangguan saraf akibat
penekanan atau fraktur patologis pada tulang belakang
( Sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II )
Atau
 Kadang gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan dalam
berkemih dan sering berkemih, gejala tersebut timbul karena kanker
menyebabkan penyumbatan parsial pada aliran air kemih melalui
uretra.
 Hematuria atau menyebabkan terjadinya penahanan air kemih
mendadak.
 Pada beberapa kasus, kanker prostat baru terdiagnosis setelah
menyebar ke tulang (terutama tulang panggul, iga dan tulang
belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal).
 Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami
anemia.
 Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan
kejang serta gejala mental atau neurologis lainnya.
http://www.medicastore.com/med/detail

6. Diagnosis
Pd palpasi ditemukan kelainan konsistensi : bgn prostat yg keras, nodul,
ketidakrataan/asimetris pd px colok dubur
Pd PSA (prostate specific antigen) & PAP (prostate acid phospatase) meninggi
Pd metastasis tlg biasanya kadar fosfatase asam di darah meningkat
USG transrektal memberikan gambaran hipoekoik
CT-scan, utk menentukan pembesaran kelenjar getah bening
Limfadenektomi pelvis, utk menentukan proses dlm kelenjar limfe & utk
mencegah edema tungkai
Px radioisotop, utk menentukan metastasis jauh ke tulang & menentukan tingkat
penyebaran
(R.Sjamsuhidajat & Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2.Jakarta:EGC)

7. Penatalaksanaan
1. Prostatektomi radikal (pengangkatan kelenjar prostat).
Seringkali dilakukan pada kanker stadium A dan B.
Prosedurnya lama dan biasanya dilakukan dibawah
pembiusan total maupun spinal.
Sebuah sayatan dibuat di perut maupun daerah perineum dan
penderita harus menjalani perawatan rumah sakit selama 5-7
harai.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensia dan
inkontinensia uri.
Pada penderita yang kehidupan seksualnya masih aktif, bisa
dilakukan potency-sparing radical prostatectomy.
2. Orkiektomi (pengangkatan testis, pengebirian). Pengangkatan
kedua testis menyebabkan berkurangnya kadar testosteron,
tetapi prosedur ini menimbulkan efek fisik dan psikis yang
tidak dapat ditolerir oleh penderita.
Orkiektomi adalah pengobatan yang efektif, tidak
memerlukan pengobatan ulang, lebih murah dibandingkan
dengan obat-obatan dan sesudah menjalani orkiektomi
penderita tidak perlu menjalani perawatan rumah sakit.
Orkiektomi biasanya dilakukan pada kanker yang telah
menyebar.

Terapi penyinaran

Terapi penyinaran terutama digunakan untuk mengobati kanker


stadium A, B, C.
Biasanya jika resiko pembedahan terlalu tinggi, maka dilakukan
terapi penyinaran.
Terapi penyinaran terhadap kelenjar prostat bisa dilakukan
melalui beberapa cara:

1. Terapi penyinaran eksterna, dilakukan di rumah sakit tanpa


perlu menjalani rawat inap.
Efek sampingnya berupa penurunan nafsu makan, kelelahan,
reaksi kulit (misalnya kemerahan dan iritasi), cedera atau luka
bakar pada rektum, diare, sistitis (infeksi kandung kemih) dan
hematuria.
Terapi penyinaran eksterna biasanya dilakukan sebanyak 5
kali/minggu selama 6-8 minggu.

2. Pencangkokan butiran yodium, emas atau iridium radioaktif


langsung pada jaringan prostat melalui sayatan kecil.
Keuntungan dari bentuk terapi penyinaran ini adalah bahwa
radiasi langsung diarahkan kepada prostat dengan kerusakan
jaringan di sekitarnya yang lebih sedikit.
Obat-obatan

1. Manipulasi hormonal.
Tujuannya adalah mengurangi kadar testosteron.
Penurunan kadar testosteron seringkali sangat efektif dalam
mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker.
Manipulasi hormonal terutama digunakan untuk meringankan
gejala tanpa menyembuhkan kankernya, yaitu misalnya pada
penderita yang kankernya telah menyebar.

Obat sintetis yang fungsinya menyerupai LHRH (luteinizing


hormone releasing hormone), semakin banyak digunakan untuk
mengobati kanker prostat stadium lanjut. Contohnya adalah
lupron atau zoladeks.
Obat ini menekan perangsangan testis terhadap pembentukan
testosteron (hal seperti ini disebut pengebirian kimiawi karena
memiliki hasil yang sama dengan pengangkatan testis).
Obat diberikan dalam bentuk suntikan, biasanya setiap 3 bulan
sekali.
Efek sampingnya adalah mual dan muntah, wajah kemerahan,
anemia, osteoporosis dan impotensi.

Obat lainnya yang digunakan untuk terapi hormonal adalah zat


penghambat androgen (misalnya flutamid), yang berfungsi
mencegah menempelnya testosteron pada sel-sel prostat.
Efek sampingnya adalah impotensi, gangguan hati, diare dan
ginekomastia (pembesaran payudara).

2. Kemoterapi
Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker
prostat yang kebal terhadap pengobatan hormonal.
Biasanya diberikan obat tunggal atau kombinasi beberapa obat
untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker


prostat adalah:
- Mitoxantron
- Prednisone
- Paclitaxel
- Dosetaxel
- Estramustin
- Adriamycin.
Efek sampingnya bervariasi dan tergantung kepada obat yang
diberikan.
Atau
Tergantung stadium, umur harapan hidup, dan derajat
diferensiasinya.

Stadium Alternative terapi


T1 – T2 Radikal prostatektomi
Observasi (pasien tua)
T3 – T4 Radiasi
Prostatektomi
N atau M Radiasi
Hormonal

Pemberian terapi hormonal berdasrkan atas konsep dari Hugins


yaitu “sel epitel prostat akan mengalami atrofi jika sumber
androgen ditiadakan”.
Tabel terapi hormonal pada Ca prostat stadium lanjut.
Tindakan / obat Mekanisme kerja Macam obat
Orkidektomi Menghilangkan sumber -
androgen dari testis.
Estrogen Anti androgen. DES (dietilstilbesterol).
LHRH agonis Kompetisi dengan LHRH. Leuprolide, Buserelin,
Antiandrogen non Menghambat sintesa Goserelin
steroid androgen. Ketonazole,
aminoglutetimid,
Menghambat aktivitas spironolaktone.
androgen. Flutamid, casodex,
Blockade androgen total megesstrol asetat, &
Menghilangkan sumber siproheptadin.
androgen dari testis maupun Kombinasi orkidektomi
dari kelenjar suprarenal. atau LHRH agonist
dengan antiandrogen.

Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

8. Prognosis
Tingkat Gejala dan tanda Tata laksana Prognosis
penyebaran klinis hidup 15
tahun
A1 Tidak ada Observasi Normal
A2 Tumor difus Postatektomi 30-45 %
radikal
B1 Nodul tunggal 1- Postatektomi 50-60%
1,5 cm radikal
B2 Nodul tunggal > Postatektomi 35-45%
1,5 cm radikal
C Pengluasan Radiasi dan 20-30%
periprostat limfadenektomi
D N+ atau M+ Terapi hormonal 0-10%
Buku Ajar ilmu Bedah edisi 2, wim de jong

9. Komplikasi
Metastasis ke tulang
Hematogen
Limfogen

Anda mungkin juga menyukai