Anda di halaman 1dari 22

Ayu ch

LBM 6 MODUL UROGENITAL


1. BPH
 Definisi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel
prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki-laki berusia di
atas 50 tahun

Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar
periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli
ke perifer dan menjadi simpai bedah.

( Sumber : Sylvia A. Price, dkk. 2006. “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit”. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC

 Etiologi
Belum diketahui etiologinya
BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur lebih dari
50 tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia 80–85 tahun,
kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. Beberapa teori telah dikemukakan
berdasarkan faktor histologi, hormon, dan faktor perubahan usia, di antaranya4:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron). Testosteron dengan bantuan enzim 5- reduktase
dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.
2. Teori Reawakening. Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang
pertumbuhan epitel.
3. Teori stem cell hypotesis. Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. Sel
aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada
androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan
menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
4. Teori growth factors. Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah
pengaruh androgen. Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF)
dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan ekspresi
transforming growth factor- (TGF-), akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan pembesaran prostat.

 gejala penuaan, andropause pada pria.


 + usia  testosterone ↓  ejakulasi ↓ Para ahli berpendapat bahwa
 dihidrotestosteron (DHT) : memacu pertumbuhan Prostat pd masa pubertas.
 infeksi kelenjar Prostat (Prostatitis Bacterial).
 stress kronis
 kolesterol tinggi
 zat-zat nikotin dan konitin, toksin (pestisida, deterjen, dan limbah pabrik)
kekurangan mineral (seng, tembaga, selenium)  tidak diatasi secara dini 
kanker Prostat / gagal ginjal karena urin yang tertahan akan balik ke ginjal
sehingga beban kerja ginjal semakin besar.
Hingga sekarang ini masih belum diketahui secara pasti tentang penyebab terjadinya
hiperplasi prostat, tetapi beberapa teori menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrostestosteron dan proses aging.
(DASAR2 UROLOGI)
ATAU
1.Teori Hormonal.

Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka tidak terjadi BPH, juga
terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi. Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga
berperan untuk terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi
testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di
perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang
terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan
stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan
menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa dalam keadaan
normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang
akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi
penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang
progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat
merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat
terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian
perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.

2.Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan).

Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat
empat peptic growth factor yaitu; basic transforming 2, dan1, transforming growth factor
growth factor, transforming growth factor epidermal growth factor.

3.Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel yang Mati.
4.Teori Sel Stem (stem cell hypothesis).

Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada
dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati,
keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang
dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel
stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal
sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar
periuretral prostat menjadi berlebihan.

5.Teori Dihydro Testosteron (DHT).

Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal
(10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon
binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas
inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu sel prostat melewati membran sel langsung
masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase
menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi
“hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami
transformasi reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang kemudian
melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan
sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.

6.Teori Reawakening.

Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada kelenjar
periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme “glandular budding” kemudian bercabang
yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan
“glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini,
menimbulkan perkiraan adanya “reawakening” yaitu jaringan kembali seperti perkembangan
pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari
jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic
induction potential of prostatic stroma during adult hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab terjadinya
BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum
diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol,
dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya.

 Epidemiologi
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia
40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir
sampai pubertas, waktu itu ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai
usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan
hiperplasi.
Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan kepustakaan luar
negeri diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan
pengobatan untuk prostat hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada
golongan umur. Sebenarnya perubahan-perubahan kearah terjadinya pembesaran prostat
sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahan-perubahan mikroskopoik yang
kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar membesar) dan
kemudian baru manifes dengan gejala klinik.
Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan
pada usia 30 – 40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi
perubahan patologi anatomi. Pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan
pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut diatas akan
menyebabkan gejala dan tanda klinik.
( Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong )
 Klasifikasi
Berdasarkan gambaan klinis

Derajat Rectal Toucher Sisa volume urin


I Penonjolan prostat, batas <50 ml
atas mudah diraba
II Penonjolan prostat jelas, 50-100 ml
batas atas dapat dicapai
III Batas atas prostat tidak >100 ml
dapat diraba
IV Retensi uin total

Buku Ajar ilmu Bedah edisi 2, wim de jong

PATOLOGI
Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar verumontanum4.
a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar atau nodul
campuran fibroadenomatosa.
b. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia
stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti sel-sel
kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan.
Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin di antara otot polos
yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Hal ini mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas
pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga
otot detrusor tidak stabil.

 Patofisiologi
Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar verumontanum.
c. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar atau
nodul campuran fibroadenomatosa.
d. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia
stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti sel-
sel kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan.
BPH adalah perbesaran kronis dari prostat pada usia lanjut yang berkorelasi dengan
pertambahan umur. Perubahan yang terjadi berjalan lambat dan perbesaran ini bersifat
lunak dan tidak memberikan gangguan yang berarti. Tetapi, dalam banyak hal dengan
berbagai faktor pembesaran ini menekan uretra sedemikian rupa sehingga dapat terjadi
sumbatan partial ataupun komplit.
Penurunan kadar serum testosteron, dan kadar estrogen meningkat. Juga terdapat teori
bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang hyperplasia jaringan
prostat. Proses patologis lainnya adalah penimbunan jaringan kolagen dan elastin di
antara otot polos yang berakibat melemahnya kontraksi otot. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan
penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail )

Patogenesis
Hiperplasia
prostat

Penyempitan lumen uretra


posterior

Tekanan intravesika meningkat


Ginjal dan ureter
VU

Hipertrofi otot detrusor Refluk vesiko ureter


Trabekulasi Hidroureter
Selula Hidronefrosis
Divertikel buli-buli Pionefosis Pilonefritis
Gagal ginjal
Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

 Manifest
Gejala BPH dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala obstruktif dan gejala iritatif.
Gejala obstruktif meliputi ‘hesitancy’, pancaran kencing lemah, pancaran kencing
terputus-putus, tidak lampias saat selesai berkemih, rasa ingin kencing lagi sesudah
kencing dan keluarnya sisa kencing pada akhir berkemih (terminal dribbling).
Yang termasuk gejala iritatif adalah frekuensi kencing yang tidak normal (terlalu
sering), terbangun di tengah malam karena sering kencing, sulit menahan kencing,
dan rasa sakit waktu kencing. Terkadang bisa juga terjadi hematuria (kencing
berdarah).
Gejala dan tanda :
 Gejala Klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, gejala
iritatif, terdiri dari sering buang air kecil (frequency), tergesa-gesa untuk buang air kecil
(urgency), buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia), dan sulit menahan
buang air kecil (urge incontinence). Kedua, gejala obstruksi, terdiri dari pancaran
melemah, akhir buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying), menunggu
lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy), harus mengedan saat buang air kecil
(straining), buang air kecil terputus-putus (intermittency), dan waktu buang air kecil
memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi inkontinen karena overflow.
 Tanda Klinis
Tanda klinis terpenting dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada pemeriksaan
colok dubur/digital rectal examination (DRE). Pada BPH, prostat teraba membesar dengan
konsistensi kenyal.
( Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong )

 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa yang meliputi keluhan dari gejala dan tanda
obstruksi dan iritasi.
Kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk merasakan/meraba kelenjar
prostat. Dengan pemeriksaan ini bisa diketahui adanya pembesaran prostat, benjolan
keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukkan adanya infeksi).
Selain itu biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan
untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen spesifik prostate atau PSA
Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat sekitar 30-50%. Jika terjadi peningkatan
kadar PSA, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah
penderita juga menderita kanker prostat.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail )

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan phisik diagnostik yang paling penting untuk BPH adalah colok dubur
(digital rectal examination). Pada pemeriksaan ini akan dijumpai pembesaran prostat
teraba simetris dengan konsistensi kenyal, sulkus medialis yang pada keadaan normal
teraba di garis tengah, mengalami obliterasi karena pembesaran kelenjar. Oleh karena
pembesaran kelenjar secara longitudinal, dasar kandung kemih (kutub/pole atas prostat)
terangkat ke atas sehingga tidak dapat diraba oleh jari sewaktu colok dubur.
Jika pada colok dubur teraba kelenjar prostat dengan konsistensi keras, harus dicurigai
suatu karsinoma. Franks pada tahun 1954 mengatakan: BPH terjadi pada bagian dalam
kelenjar yang mengelilingi urethra prostatika sedangkan karsinoma terjadi di bagian luar
pada lobus posterior (Jonhson,1988; Burkit,1990).

Kelenjar prostat Normal

Kelenjar prostat Hiperplasia,


ada pendorongan prostat kearah rektum
Kelenjar prostat Karsinoma,
teraba nodul keras

Gbr. 3-2A : Digital Rectal Examination , Kelenjar Prostat Normal,


pembengkakan prostate  suspect BPH.
a. Digital Rectal Examination (DRE) : pertama X  memasukkan jari ke rectum dan
merasakan Prostat dekat rectum. Test ini memberikan opini bagi dokter tentang ukuran dan
kondisi Prostat.
b. Prostate-Specific Antigen (PSA) Blood Test  mendeteksi ada tidaknya kanker BPH.
c. Rectal Ultrasound and Prostate Biopsy : klo ada kanker prostate 
menangkap gelombang suara yang diarahkan ke Prostat. Pola-pola gema suara itu dicatat
untuk menentukan ada tidaknya tumor.
d. Urine Flow Study : buang air kecil ditampung ukur seberapa cepat air seni mengalir. Suatu
arus yang dikurangi sering kali menyarankan BPH.
- lama waktu miksi
- lama pancaran
- waktu yang dibutuhkan untuk pancaran max
- rerata pancaran
- max pancaran
- volume urine yang dikemihkan
e. Cystoscopy  menyisipkan sebuah tabung kecil melalui uretra, yang memuat sebuah lensa
dan sistem pencahayaan yang membantu dokter untuk melihat bagian dalam uretra dan
kandung kemih.
Atau
Dibedakan menjadi dua kelompok.
Pertama, Gejala Iritatif:
a. sering buang air kecil (frequency),
b. tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency),
c. buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia),
 menurunnya hambatan kortikal selama tidur dan juga menurunnya tonus sfingter
dan uretra
(Sumber: Ilmu Bedah. Staf Pengajar FKUI. 1995)
d. sulit menahan buang air kecil (urge incontinence).
Kedua, Gejala Obstruksi:
a. pancaran melemah,
b. akhir buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying),
c. menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy),
d. harus mengedan saat buang air kecil (straining),
e. buang air kecil terputus-putus (intermittency),
f. waktu buang air kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan terjadi
inkontinen karena overflow
(Sumber: http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.htm)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BPH berupa :
1) Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan. Tindakan yang
dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.
2) Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa).
3) Terapi Bedah Konvensional
Open simple prostatectomy
Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas
100g, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-buli.
4) Terapi Invasif Minimal
Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
Menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang menimbulkan obstruksi dengan
menggunakan resektoskop dan elektrokauter.
Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran
prostat kecil.
5) Terapi laser
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang
dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of the
prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy.
6) Terapi alat
a) Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau
rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
b) Trans urethral needle ablation (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat
mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,
sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
c) High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound
dengan intensitas tinggi dan terfokus.
d) Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka.
e) Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan
leher kandung kemih.
( Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong )

atau
1. Penatalaksanaan
A. Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan. Tindakan yang
dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.
B. Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa).
C. Terapi Bedah Konvensional
Open simple prostatectomy
Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di atas
100g, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-buli.
D. Terapi Invasif Minimal
1. Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
Menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang menimbulkan obstruksi
dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter.
2. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan
ukuran prostat kecil.
E. Terapi laser
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang
dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of
the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy.
F. Terapi alat
1. Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau
rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
2. Trans urethral needle ablation (TUNA)
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat
mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,
sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
3. High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound
dengan intensitas tinggi dan terfokus.
4. Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka.
5. Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika
dan leher kandung kemih.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.ht

atau
Sesuai dengan derajat berat gambaran klinik:
Derajat 1:
 Belum perlu tindakan operatif
 Pengobatan konservatif  α blocker mis. Prazosin, Terazosin 1-5 mg/hr

Derajat 2:
 Sudah ada indikasi untuk tindakan operatif  Trans Urethral Resection (TUR P)
 Jika tidak mau, diberi pengobatan konservatif

Derajat 3:
 TUR P
 Operasi terbuka dengan route transvesikal, membuka vesika dan prostat
dinukleasi dari dalam vesika
 Operasi terbuka dengan route retropubik, membuka kapsul prostattanpa membuka
vesika, prostat dinukleasi dari retropubik
 Transurethral incision of the prostate (TUIP)
 Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan
bantuan USG
 Pengobatan konservatif

Derajat 4:
 Tindakan operatif
(Sumber: Ilmu Bedah. Staf Pengajar FKUI. 1995)

 Komplikasi
Inkontinensia Paradoks
Batu kandung kemih  retensi urin
Hematuria
Sistitis
Pielonefritis
Retensi urin akut atau kronik
Refluks vesiko – ureter
Hidroureter
Hidronefrosis
Gagal ginjal
(Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail )

Atau
 Inkontinensia Paradoks
 Batu Kandung Kemih
 Hematuria
 Sistitis
 Pielonefritis
 Retensi Urin Akut Atau Kronik
 Refluks Vesiko-Ureter
 Hidroureter
 Hidronefrosis
 Gagal Ginjal
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wimde Jong

Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat.
BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
Kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-
paru.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup
merugikan bagi penderita.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail )

Atau
 Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat.
 BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
 Kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-
paru.
 BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup
merugikan bagi penderita.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/02/hikmah/lainnya02.htm

PENCEGAHAN
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran kelenjar
prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto. Berdasarkan
hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon
androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan dalam proses
pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH)5. Hasilnya, kelenjar
prostat tidak bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya adalah :
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel
kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker
prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu
berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran air
seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke
susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.

Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:
2. Mengurangi makanan kaya lemak hewan
6. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut),
vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
7. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
8. Berolahraga secara rutin
9. Pertahankan berat badan ideal

2. Karsinoma prostat
 Definisi
Karsinoma Prostat adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di dalam kelenjar prostat.
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail_)

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel
kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya bahkan dapat mengakibatkan kematian.
 Etiologi
Berdasarkan epidemiologi, terdapat empat faktoryang mungkin mempengaruhi terjadinya
karsinoma prostat, yaitu : genetik, hormon, makanan dan lingkungan, serta infeksi
saluran kemih
( Sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II )
Atau
Penyebabnya tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan adanya
hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon testosteron.
http://www.medicastore.com/med/detail_

 Predisposisi genetic  orang yang saudara laki2nya menderita kanker prostat memiliki
kemungkinan menderita kanker prostat 2 kali lebih besar. Kemungkinan naik menjadi 5
kali jika ayah dan saudaranya juga menderita.
 Pengaruh hormonal.
 Diet  diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari binatang, daging
merah, dan hati meningkatkan risiko kanker prostat.
 Pengaruh lingkungan  bangsa afro-amerika yang berkulit hitam >> bangsa kulit putih.
 Infeksi.
Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

 Epidemiologi
Biasanya keganasan prostat ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Insidens di Indonesia
tidak diketahui, sedangkan di negara Barat menurut hasil autopsi ditemukan sekitar 30 %
pada pria usia 70 – 80 tahun dan sekitar 75 % pada usia di atas 80 tahun. Tetapi, hanya 10
% dari mereka itu yang berkembang sampai stadium klinik
( Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong )

 Klasifikasi
Kanker prostat dikelompokkan menjadi:
 Stadium A :
benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan secara tidak
sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain.
 Stadium B :
tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik atau tes PSA.
 Stadium C :
tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi belum sampai menyebar ke kelenjar
getah bening.
 Stadium D :
kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional maupun bagian tubuh
lainnya (misalnya tulang dan paru-paru).
http://www.medicastore.com/med/detail_

Tingkat penyebaran karsinoma prostat

AUA TNM
A1 T1a Tidak dapat di raba, penemuan histologik kebetuan
A2 T1b Difus, atau lebih dari tiga sarang ganas
B1 T2a Pada satu lobus, ukuran kurang dari 1,5 cm
B2 T2b Pada dua lobus, ukuran lebih dari 1,5 cm
T3 Menembus simpai, tidak terfiksasi pada struktur atau alat sekitarnya
C1 Tidak menginvasi vesika seminalis
C2 Vesika seminalis terkena tumor
T4 Terfiksasi pada struktur sekitarnya
D1 N1 Metastasis kelenjar limfe <2 cm
D2 N2 Metastasis kelenjar limfe 2-5 cm
N3 Metastasis kelenjar limfe >5 cm
M1 Metastasis hematogen

Buku Ajar ilmu Bedah edisi 2, wim de jong

 Patogenesis
Sebagian besar karsinoma prostat adalah adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar
prostat. Hipotesa menyebutkan karsinoma bermula dari volume yang kecil kemudian
membesar hingga membesar. 70 % ditemukan di zona perifer kelenjar prostat, 15 – 20 %
di zona sentral, dan 10 – 20 % di zona transisi
( Sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II )

Patofisiologi
Tumor pada kel. Prostat  menembus kapsul prostat  infiltrasi ke organ sekitarnya : secara
limfogen  kel. limfe pada daerah pelvis menuju kel. Limfe retroperitoneal, secara
hematogen  vena vertebralis menuju tulang2 pelvis, femur sebelah proksimal, vertebra
lumbalis, kosta, paru, hepar, dan otak.
Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

 Manifest
Keluhan sesuai dengan gejala saluran kemih bagian bawah ( lower urinary tract
symptoms = LUTS ), yaitu adanya gejala iritatif dan obstruktif. Kecurigaan umumnya
berawal dari ditemukannya nodul secara tak sengaja pada pemeriksaan rektal. Nodul
yang ireguler dan keras harus dibiopsi untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Atau
didapatkannya jaringan yang ganas pada pemeriksaan patologi dari jaringan prostat yang
diambil karena gejala BPH. Karsinoma ini jarang memberikan gejala, kecuali bila telah
lanjut. Dapat terjadi hematuria, gejala – gejala obstruksi, gangguan saraf akibat
penekanan atau fraktur patologis pada tulang belakang
( Sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II )
Atau
 Kadang gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih, gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan parsial pada
aliran air kemih melalui uretra.
 Hematuria atau menyebabkan terjadinya penahanan air kemih mendadak.
 Pada beberapa kasus, kanker prostat baru terdiagnosis setelah menyebar ke tulang (terutama
tulang panggul, iga dan tulang belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal).
 Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia.
 Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala mental atau
neurologis lainnya.
http://www.medicastore.com/med/detail
atau
 Stadium dini  tidak ada gejala & tanda.
 Pd px. Colok dubur : nodul keras pada prostat.
 Pd px. Lab : peningkatan kadar penanda tumor PSA (prostat specific antigens) yaitu suatu
glikoprotein yang dihasilkan oleh sitoplasma sel prostat dan berperan dalam melakukan
likuefaksi cairan semen.
 Bila kanker menekan uretra  keluhan gangguan saluran kemih berupa kesulitan miksi,
nyeri kencing, atau hematuria
Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

GEJALA
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan gejala sampai
kanker telah mencapai stadium lanjut.

http://www.medicastore.com/medicastore/admin_medstore/login/detail_penyakit_edit.php?
key=558 :: MedicaStore Web Administration ::
Kadang gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih.
Gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan parsial pada aliran air kemih
melalui uretra.

Kanker prostat bisa menyebabkan air kemih berwarna merah (karena mengandung darah) atau
menyebabkan terjadinya penahanan air kemih mendadak.

Pada beberapa kasus, kanker prostat baru terdiagnosis setelah menyebar ke tulang (terutama
tulang panggul, iga dan tulang belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal).
Kanker tulang menimbulkan nyeri dan tulang menjadi rapuh sehingga mudah mengalami fraktur
(patah tulang).

Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia.


Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala mental atau
neurologis lainnya.

Gejala lainnya adalah:


 Segera setelah berkemih, biasanya air kemih masih menetes-netes
 Nyeri ketika berkemih
 Nyeri ketika ejakulasi
 Nyeri punggung bagian bawah
 Nyeri ketika buang air besar
 Nokturia (berkemih pada malam hari)
 Inkontinensia uri n(beser)
 Nyeri tulang atau tulang nyeri jika ditekan
 Hematuria (darah dalam air kemih)
 Nyeri perut
 Penurunan berat badan.
 Diagnosa
o Colok dubur  benjolan keras yang bentuknya tidak beraturan.
o Jika pada pemeriksaan colok dubur ditemukan benjolan, maka dilakukan
pemeriksaan USG.
o Pemeriksaan darah:
kadar antigen prostat spesifik (PSA)  meningkat pada penderita kanker prostat,
tetapi juga bisa meningkat (tidak terlalu tinggi) pada penderita BPH.
o Dengan melakukan rontgen atau screening tulang, bisa diketahui adanya
penyebaran kanker ke tulang
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
 Analisa air kemih
 Sitologi air kemih atau cairan prostat
 Biopsi prostate
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail_)

 Penatalaksanaan
Pada stadium awal bisa digunakan prostatektomi (pengangkatan prostat) dan terapi
penyinaran
Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan manipulasi hormonal (mengurangi kadar
testosteron melalui obat-obatan maupun pengangkatan testis) atau kemoterapi.

Pembedahan

1. Prostatektomi radikal (pengangkatan kelenjar prostat).


Seringkali dilakukan pada kanker stadium A dan B.
Prosedurnya lama dan biasanya dilakukan dibawah pembiusan total maupun spinal.
Sebuah sayatan dibuat di perut maupun daerah perineum dan penderita harus
menjalani perawatan rumah sakit selama 5-7 harai.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensia dan inkontinensia uri.
Pada penderita yang kehidupan seksualnya masih aktif, bisa dilakukan potency-
sparing radical prostatectomy.

2. Orkiektomi (pengangkatan testis, pengebirian). Pengangkatan kedua testis


menyebabkan berkurangnya kadar testosteron, tetapi prosedur ini menimbulkan efek
fisik dan psikis yang tidak dapat ditolerir oleh penderita.
Orkiektomi adalah pengobatan yang efektif, tidak memerlukan pengobatan ulang,
lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan dan sesudah menjalani orkiektomi
penderita tidak perlu menjalani perawatan rumah sakit.
Orkiektomi biasanya dilakukan pada kanker yang telah menyebar.

Terapi penyinaran
Terapi penyinaran terutama digunakan untuk mengobati kanker stadium A, B, C.
Biasanya jika resiko pembedahan terlalu tinggi, maka dilakukan terapi penyinaran.
Terapi penyinaran terhadap kelenjar prostat bisa dilakukan melalui beberapa cara:

1. Terapi penyinaran eksterna, dilakukan di rumah sakit tanpa perlu menjalani rawat
inap.
Efek sampingnya berupa penurunan nafsu makan, kelelahan, reaksi kulit (misalnya
kemerahan dan iritasi), cedera atau luka bakar pada rektum, diare, sistitis (infeksi
kandung kemih) dan hematuria.
Terapi penyinaran eksterna biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8
minggu.

2. Pencangkokan butiran yodium, emas atau iridium radioaktif langsung pada


jaringan prostat melalui sayatan kecil.
Keuntungan dari bentuk terapi penyinaran ini adalah bahwa radiasi langsung diarahkan
kepada prostat dengan kerusakan jaringan di sekitarnya yang lebih sedikit.

Obat-obatan

1. Manipulasi hormonal.
Tujuannya adalah mengurangi kadar testosteron.
Penurunan kadar testosteron seringkali sangat efektif dalam mencegah pertumbuhan dan
penyebaran kanker.
Manipulasi hormonal terutama digunakan untuk meringankan gejala tanpa
menyembuhkan kankernya, yaitu misalnya pada penderita yang kankernya telah
menyebar.

Obat sintetis yang fungsinya menyerupai LHRH (luteinizing hormone releasing


hormone), semakin banyak digunakan untuk mengobati kanker prostat stadium lanjut.
Contohnya adalah lupron atau zoladeks.
Obat ini menekan perangsangan testis terhadap pembentukan testosteron (hal seperti ini
disebut pengebirian kimiawi karena memiliki hasil yang sama dengan pengangkatan
testis).
Obat diberikan dalam bentuk suntikan, biasanya setiap 3 bulan sekali.
Efek sampingnya adalah mual dan muntah, wajah kemerahan, anemia, osteoporosis dan
impotensi.

Obat lainnya yang digunakan untuk terapi hormonal adalah zat penghambat androgen
(misalnya flutamid), yang berfungsi mencegah menempelnya testosteron pada sel-sel
prostat.
Efek sampingnya adalah impotensi, gangguan hati, diare dan ginekomastia (pembesaran
payudara).

2. Kemoterapi
Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker prostat yang kebal
terhadap pengobatan hormonal.
Biasanya diberikan obat tunggal atau kombinasi beberapa obat untuk menghancurkan sel-
sel kanker.

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker prostat adalah:


- Mitoxantron
- Prednisone
- Paclitaxel
- Dosetaxel
- Estramustin
- Adriamycin.
Efek sampingnya bervariasi dan tergantung kepada obat yang diberikan.

Atau
Tergantung stadium, umur harapan hidup, dan derajat diferensiasinya.

Stadium Alternative terapi


T1 – T2 Radikal prostatektomi
Observasi (pasien tua)
T3 – T4 Radiasi
Prostatektomi
N atau M Radiasi
Hormonal

Pemberian terapi hormonal berdasrkan atas konsep dari Hugins yaitu “sel epitel prostat
akan mengalami atrofi jika sumber androgen ditiadakan”.
Tabel terapi hormonal pada Ca prostat stadium lanjut.
Tindakan / obat Mekanisme kerja Macam obat
Orkidektomi Menghilangkan sumber androgen -
dari testis.
Estrogen Anti androgen. DES (dietilstilbesterol).
LHRH agonis Kompetisi dengan LHRH. Leuprolide, Buserelin, Goserelin
Antiandrogen non steroid Menghambat sintesa androgen. Ketonazole, aminoglutetimid,
spironolaktone.
Menghambat aktivitas androgen. Flutamid, casodex, megesstrol
asetat, & siproheptadin.
Blockade androgen total Menghilangkan sumber androgen Kombinasi orkidektomi atau
dari testis maupun dari kelenjar LHRH agonist dengan
suprarenal. antiandrogen.

Dasar-dasar Urologi edisi 2, Basuki B Purnomo

Penanganan dan prognosis Ca prostat (tingkat penyebaran AUA)


Tingkat penyebaran Gejala dan tanda klinis Tata laksana Prognosis hidup 15
tahun
A1 Tidak ada Observasi Normal
A2 Tumor difus Postatektomi radikal 30-45 %
B1 Nodul tunggal 1-1,5 cm Postatektomi radikal 50-60%
B2 Nodul tunggal > 1,5 cm Postatektomi radikal 35-45%
C Pengluasan periprostat Radiasi dan 20-30%
limfadenektomi
D N+ atau M+ Terapi hormonal 0-10%
Buku Ajar ilmu Bedah edisi 2, wim de jong

Pemantauan

Apapun jenis pengobatan yang dijalaninya, penderita akan dipantau secara ketat
mengenai perkembangan penyakitnya.
Pemantauannya meliputi:
 Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar PSA (setiap 3 bulan - 1 tahun).
 Screening dan/atau CT scan tulang untuk mengetahui penyebaran kanker.
 Pemeriksaan darah lengkap untuk memantau tanda-tanda dan gejala anemia.
 Pemantauan tanda dan gejala lainnya yang menunjukkan perkembangan penyakit
(misalnya kelelahan, penurunan berat badan, nyeri yang semakin hebat, penurunan fungsi
usus dan kandung kemih serta kelemahan).
( Sumber : http://www.medicastore.com/med/detail_)
 Komplikasi
- Metastasis ke tulang
- Hematogen
- Limfogen
 Prognosis
Stadium D  prognosis buruk

3. Mengapa pada penderita merasakan pancaran urine yang lemah dan harus mengenjan
dalam memulai kencing serta merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing?
Gejala obstruksi krn prostate dg volume besar  vesika dekompensasi  retensi urine
 sisa urine dlm vesika urinaria pada akhir miksi  rasa tidak tuntas pada miksi
( Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong )

A. MENGAPA PADA AKHIR MIKSI PENDERITA MERASA BELUM TUNTAS


Gejala obstruksi krn prostate dg volume besar  vesika dekompensasi  retensi urine 
sisa urine dlm vesika urinaria pada akhir miksi  rasa tidak tuntas pada miksi
(Sumber: Ilmu Bedah. Staf Pengajar FKUI. 1995)

Anda mungkin juga menyukai