Anda di halaman 1dari 5

MIOMA UTERI

Diantara berbagai tumor yang penting artinya dalam hubungannya dengan proses reproduksi adalah
mioma uteri, karsinoma serviks uteri, dan karsinoma korpus uteri.

Mioma uteri merupakan kelainan tumor jinak ginekologis yang paling sering dijumpai. Pada
usia reproduksi 20-25% wanita mengidap penyakit tersebut dan kejadiannya meningkat 40% pada
wanita dengan usia lebih dari 35 tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap
kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam
kurun kronologi kehidupan wanita. Usia termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor
jinak ini mempunyai kecenderungan untuk regresi pada masa post menopause.(1)
Pada kepustakaan menyebutkan berdasarkan hasil otopsi, ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Dalam penulisan ini hanya kasus mioma uteri yang akan dibahas lebih lanjut. Kasus mioma
uteri menarik untuk dipelajari karena umumnya adanya mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologis. Penderita datang umumnya bukan karena adanya tumor ini, tetapi karena
keluhan lain, misalnya perdarahan pervaginam yang abnormal atau rasa nyeri pada perut bagian bawah
yang seringkali mengganggu. Gejala yang muncul sangat tergantung pada lokasi, besarnya tumor, dan
komplikasi yang terjadi.

A.Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
Penyebab pembesaran uterus tersering disamping kehamilan adalah mioma uteri. Mioma uteri
adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-
sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus
normal.

B.Angka Kejadian
Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,30–11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai.
Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma
uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari
laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering
ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa
pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada
wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 – 45 tahun yaitu kurang
dari 25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih
dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang
kurang subur.

C.Patogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan
dari selaput otot yang matur.

D.Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus berasal dari korpus uterus dan serviks uterus. Menurut
letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
 Mioma Submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus.
 Mioma Intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
 Mioma Subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan


melalui saluran servik (mioma geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian
membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali
ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke
dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari
jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan
200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan
pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang sekali mioma ditemukan
pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%).
Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran
sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak
mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur.
Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi
sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang mioma.

E.Perubahan Sekunder
 Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
 Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium
atau suatu kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia lanjut
oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
 Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan
dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor
pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran
tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

F.Keluhan Utama
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung
pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma
Uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah :

 Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi keluhan utama
penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia.Hal ini sering menyebabkan penderita juga
mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus.
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan.
Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh
abnormalitas dari endometrium.Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan
abnormal ini disebabkan karena :
o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma.
o Permukaan endometrium yang lebih luas.
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium.
o Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti,
nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium.

 Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa
menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.

 Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri
pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan
frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis.
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang
menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis
yang bisa menimbulkan edema tungkai.

G.Komplikasi

1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus
mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai
jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika
dijumpai pada penderita yang sudah menopause.
2. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi.
3. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
muntah dan shock.
4. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
oleh karena distorsi rongga uterus.Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

Mioma uteri dan kehamilan


Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan misalnya mempengaruhi letak janin;
menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada servik uteri; menyebabkan inersia
maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya
gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas dari
dasarnya dan mengganggu proses involusi dalam nifas. Memperhatikan hal-hal tersebut di
atas, adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain:
 Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
kadarnya meningkat.
 Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan
di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang
mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak
perdarahan.
 Meskipun jarang, mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom abdomen akut.

H.Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada
perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-
benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.
Mioma intramural akan mnyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan
dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadangkala dapat teraba
dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan
kavum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus
dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu
adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG
abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.

I.Penanganan
Pemilihan penanganan dari mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas,
status kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan.(4)
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari
semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran
mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada
penderita-penderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan.(6). Dalam
menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu
perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist
(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di
hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi
lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu
tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat.
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi :
 Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
 Ukuran tumor yang besar
 Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah
menopause
 Retensio urin
 Tumor yang menghalangi proses persalinan
 Adanya torsi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus,
miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita
masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan
memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi
berkisar ± 30% sampai 50%.Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma
yang mengganggu proses persalinan.Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang
dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt dengan melakukan
ekstirpasi lewat vagina.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan yang jelas mengganggu.(1)
Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya
histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat
dilakukan lebih bersih dan teliti.
Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya
hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal PKM-K Pisang
    Proposal PKM-K Pisang
    Dokumen26 halaman
    Proposal PKM-K Pisang
    Pimnas Unpad
    67% (6)
  • Ooooioi
    Ooooioi
    Dokumen1 halaman
    Ooooioi
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • HDGDGF
    HDGDGF
    Dokumen1 halaman
    HDGDGF
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Sdsdsasa
    Sdsdsasa
    Dokumen17 halaman
    Sdsdsasa
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Laporan Resmi Kelompok 4
    Laporan Resmi Kelompok 4
    Dokumen23 halaman
    Laporan Resmi Kelompok 4
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Jijijii
    Jijijii
    Dokumen2 halaman
    Jijijii
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Njoo
    Njoo
    Dokumen1 halaman
    Njoo
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • NKNL
    NKNL
    Dokumen24 halaman
    NKNL
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Iiji
    Iiji
    Dokumen2 halaman
    Iiji
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Kalimat Efektif
    Kalimat Efektif
    Dokumen4 halaman
    Kalimat Efektif
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Amal LBM 1
    Amal LBM 1
    Dokumen25 halaman
    Amal LBM 1
    Khairunnisa10in
    Belum ada peringkat
  • Kanker Serviks BPLP PDF
    Kanker Serviks BPLP PDF
    Dokumen73 halaman
    Kanker Serviks BPLP PDF
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • WDWWDW
    WDWWDW
    Dokumen19 halaman
    WDWWDW
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Adadadw
    Adadadw
    Dokumen7 halaman
    Adadadw
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    Dokumen18 halaman
    LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Master LBM 5 SGD 10 - Repro
    Master LBM 5 SGD 10 - Repro
    Dokumen8 halaman
    Master LBM 5 SGD 10 - Repro
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Khansa Nabila LBM 5 Modul Reproduksi
    Khansa Nabila LBM 5 Modul Reproduksi
    Dokumen16 halaman
    Khansa Nabila LBM 5 Modul Reproduksi
    Khansa Nabila
    Belum ada peringkat
  • Master Uro LBM 2
    Master Uro LBM 2
    Dokumen5 halaman
    Master Uro LBM 2
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • LBM 5 Repro - Rossa
    LBM 5 Repro - Rossa
    Dokumen12 halaman
    LBM 5 Repro - Rossa
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Jojojo
    Jojojo
    Dokumen15 halaman
    Jojojo
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    Dokumen18 halaman
    LBM 2 MDL Reproduksi Kel 16
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Hihoih
    Hihoih
    Dokumen11 halaman
    Hihoih
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • LBM 6 - Nia
    LBM 6 - Nia
    Dokumen9 halaman
    LBM 6 - Nia
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • NKNL
    NKNL
    Dokumen24 halaman
    NKNL
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • KNKN
    KNKN
    Dokumen19 halaman
    KNKN
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • Pediatric Urology
    Pediatric Urology
    Dokumen27 halaman
    Pediatric Urology
    Adwin Alamsyaputra
    Belum ada peringkat
  • Batu Saluran Kemih
    Batu Saluran Kemih
    Dokumen2 halaman
    Batu Saluran Kemih
    Danang Setiaji
    Belum ada peringkat
  • Rifdy - LBM 6 Modul Ug
    Rifdy - LBM 6 Modul Ug
    Dokumen8 halaman
    Rifdy - LBM 6 Modul Ug
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat
  • BPH LBM 6 Urogenetalia
    BPH LBM 6 Urogenetalia
    Dokumen22 halaman
    BPH LBM 6 Urogenetalia
    Kemal Fathur
    Belum ada peringkat