Anda di halaman 1dari 14

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL


PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU
DALAM PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI
BAGI ANAK (STUDI PENELITIAN TINDAKAN TERHADAP
10 IBU YANG BERASAL DARI KELUARGA MISKIN DI
KELURAHAN SEMPER BARAT, JAKARTA UTARA)

Getar Hati1
Isbandi Rukminto Adi2

ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi program peru-
bahan perilaku komunitas ibu dalam pemberian makanan sehat dan bervariasi bagi anak. Proses
ini merupakan penerapan dari hasil identifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi komunitas yang
didasarkan melalui perencanaan partisipatoris dengan memetakan alur asesmen kualitas hidup
terkait dengan kondisi anak-anak pada usia 6-24 bulan dari keluarga miskin perkotaan tidak
memiliki kecukupan gizi. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan dari hasil analisis
tahap look 1. Artikel ini dibahas mengenai tahapan think, act, dan look 2. Hasil penelitian meng-
gambarkan tahapan think yang mencakup proses perencanaan mencakup kegiatan merumuskan
tujuan, strategi, dan program intervensi. Tahap act menggambarkan implementasi kegiatan se-
bagai program intervensi berupa program pemasaran sosial. Sedangkan tahap look 2 menggam-
barkan hasil perubahan perilaku komunitas sasaran yang menunjukkan adanya 3 (tiga) varian
perilaku yaitu continued adoption, proses adoption berlanjut, dan continued rejection.

ABSTRACT
This article discusses about the process of community development included in planning, program
implementation, and evaluation of behavior change program in women community in child feed-
ing. The application of these processes were based on the result of community problems, needs,
and capitals through participatory planning. It mapped on quality of life assessment scheme which
related on malnourished children of 6-24 months old in urban poor families. This research con-
ducted by action research method which based on analysis result of look 1 phase. This article
discusses about think, act, and look 2 phases. Think phase describes planning process included
formulating the aim, strategy, and intervention program. Act phase describes the implementation
of social marketing program. Look 2 phase describes the results of community behavior change in
3 (three) behavior variations, i.e. continued adoption, process of adoption, and continued rejection
related to the supporting and inhibiting factors within them.

KEY WORDS: Action research, community development, behavior change, family empowerment

1 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia


2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia

30
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

PENDAHULUAN 9). Hal ini dikarenakan anak adalah individu


yang belum matang secara fisik, mental ma-
Kualitas hidup anak-anak yang tidak
upun sosialnya.
menguntungkan untuk tumbuh dan berkem-
Kajian yang dilakukan oleh Blair, et.al
bang dengan maksimal akibat permasalahan
(2003) menemukan fakta bahwa kesehat-
kekurangan gizi menjadi prioritas yang perlu
an anak sangat bergantung pada orang tua
diatasi. Tidak hanya mengandalkan peme-
dan apa yang mampu dipenuhi oleh orang
rintah, permasalahan ini juga memerlukan
tua, sehingga perubahan perilaku orang tua
upaya sinergis dari berbagai pihak termasuk
telah memainkan peran yang penting yang
keluarga dan masyarakat karena jika dilihat
ditunjukkan dengan adanya peningkatan
mengenai faktor penyebab munculnya masa-
kesejahteraan anak pada sedikitnya di tiga
lah ketidakcukupan gizi pada anak tidak di-
negara berkembang bahkan intervensi yang
pengaruhi oleh kondisi kemiskinan keluarga
dilakukan oleh tenaga kesehatan terbukti ti-
saja, tetapi juga beragam faktor sekunder la-
dak dapat memberikan perbaikan (hal.104).
innya sehingga jelas terlihat bahwa kebijak-
Dari kajian tersebut memperlihatkan bahwa
an dan program yang dilakukan pemerintah
orang tua adalah kunci yang menentukan ku-
tidak akan berjalan efektif tanpa adanya in-
alitas hidup anak serta memiliki tugas untuk
tervensi pada pihak lain yang berpengaruh.
mempersiapkan anak menjadi generasi masa
Seperti kajian yang dilakukan oleh UNICEF
depan yang berkualitas. Melalui tanggung
(2013) yang menyebutkan bahwa kurang-
jawab ini, Dobelstain (2003, hal. 241-242)
nya pangan (kemiskinan) bukan satu-satu-
meyakini kebijakan kesejahteraan anak yang
nya faktor yang menyebabkan persoalan gizi
paling utama adalah menunjuk pada cara ter-
pada anak tetapi juga karena adanya anggap-
baik untuk melindungi anak dengan cara me-
an dari orang tua bahwa masalah gizi bukan
maksimalkan tanggung jawab orang tua.
merupakan masalah serius, disamping kelu-
Kondisi kemiskinan keluarga kerap men-
arga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi
jadi salah satu faktor yang disorot ketika per-
dan perilaku kesehatan. Untuk itu, keluarga
masalahan ini muncul. Namun dari beragam
memainkan peran penting dalam pencapaian
hasil penelitian yang diungkapkan bahwa
kesejahteraan anak.
selain adanya kondisi kemiskinan juga terda-
Kirst-Ashman & Karen (2007, hal 272)
pat faktor lain yang juga sangat berpengaruh
menegaskan bahwa kesejahteraan anak sela-
terhadap masalah kesehatan anak yaitu faktor
lu berfokus pada anak dan keluarga dengan
perilaku dari orang tua terutama ibu sebagai
layanan publik. Dalam pandangan yang tidak
pihak yang memiliki peran terbesar dalam
jauh berbeda, Liederman (1995) menyebut
menentukan kualitas kesehatan anak sehing-
keluarga sebagai pihak primer yang ber-
ga pengetahuan dan keyakinan yang kurang
tanggung jawab memenuhi kebutuhan anak.
sesuai mengenai kesehatan anak serta adanya
Berdasar pada kebijakan yang diakui pe-
faktor-faktor pendorong lain di sekitar juga
merintah, perlu dipahami juga bahwa orang
turut memunculkan kondisi yang kurang
tua adalah yang pertama-tama bertanggung-
menguntungkan bagi anak.
jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak
Anak-anak yang memiliki masalah kese-
baik secara rohani, jasmani, maupun sosial
hatan tidak sedikit datang dari ibu yang tidak
(Undang-Undang Kesejahteraan Anak, pasal

31
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

peduli untuk menjangkau layanan maupun pada penggambaran 3 (tiga) tahapan siklus
informasi kesehatan anak. Kasus-kasus yang lanjutan yang mencakup tahap think (proses
tergambar pada realitasnya menunjukkan perencanaan), act (implementasi program in-
adanya kebiasaan orang tua yang tidak meng- tervensi), dan look 2 (evaluasi perubahan pe-
untungkan anak dengan memberikan makan- rilaku sebagai hasil dari program intervensi)
an tidak yang sehat dan bervariasi. Hal ini yang dapat digambarkan sebagai berikut.
juga diperkuat dengan adanya beberapa fak-
Gambar 1. Proses Penelitian dalam Upaya
tor lain di sekitar orang tua yang ikut mempe-
Perubahan Perilaku Komunitas Sasaran
ngaruhi munculnya permasalahan ini seperti
diantaranya adalah suami, keluarga besar,
dan pelayan kesehatan. Oleh karena itu, ko-
munitas memiliki peran penting sebagai agen
perubah melalui sumber-sumber daya yang
dimiliki untuk mendorong perubahan di level
keluarga dan individu melalui pemberdayaan
masyarakat. Perlu diingat bahwa perbaikan Penelitian ini dilakukan pada komunitas
kondisi suatu masyarakat juga memerlukan miskin perkotaan yang berada di salah satu
upaya peningkatan kesadaran masyarakat RW di Kelurahan Semper Barat, Jakarta Uta-
atas permasalahan yang dialami. Seperti ra dengan melibatkan 10 (sepuluh) orang.
yang dikemukakan oleh Ife (2006, hal. 299) Adapun kriteria partisipan adalah ibu kan-
yang menyatakan bahwa salah satu karakter- dung dari anak usia 6-24 bulan berkategori
istik dari penyadaran masyarakat (conscio- anak tidak berkecukupan gizi yang diperoleh
usness-rasing) adalah dengan mengupaya- dari data Posyandu RW, berasal dari keluar-
kan kesadaran masyarakat atas struktur dan ga miskin dengan dibuktikan dari data Ru-
strategi perubahan sosial yang kemudian ma- mah Tangga Sasaran (RTS), serta memiliki
syarakat dapat berpartisipasi dan bertindak perilaku yang konsisten dalam memberikan
secara efektif dan juga Ife (2013) menekan- makanan yang tidak sehat dan tidak bervari-
kan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk asi pada anak-anak mereka. Oleh karena itu,
meningkatkan kekuatan (power) dari kondisi penentuan partisipan ini dilakukan dengan
ketidakberuntungan (disadvantages). teknik non-probability sampling untuk men-
dukung pencapaian tujuan penelitian dengan
METODE mempertimbangkan situasi serta kebutuhan
dalam proses penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekat- Penarikan partisipan penelitian menggu-
an kualitatif deskriptif untuk menggambar- nakan teknik snowball sampling yang ditu-
kan proses dalam upaya perubahan perilaku jukan untuk menentukan informan yang me-
komunitas sasaran yang dilakukan melalui rupakan ibu-ibu dari komunitas sasaran yang
penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini sesuai dengan kriteria yang telah dirancang.
merupakan kelanjutan dari tahap look 1 ya- Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bah-
itu berdasar pada hasil identifikasi masalah, wa ibu-ibu dengan kriterita tersebut cende-
kebutuhan, dan potensi yang telah dipeta- rung menarik diri dari lingkungan, terutama
kan, sehingga dalam artikel ini ditekankan

32
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

dari layanan kesehatan seperti posyandu dan pendidikan anak, serta pimpinan lokal ma-
puskesmas setelah anaknya dikategorikan se- syarakat untuk memberikan masukan dalam
bagai penderita kekurangan gizi. Informasi rancangan intervensi program. Pada tahap
awal mengenai digali melalui kader posyan- ini dilakukan perumusan tujuan dan strategi
du dan tokoh masyarakat kemudian dilan- pemasaran sosial untuk mengatasi perma-
jutkan dengan mencari informan berikutnya salahan yang terdapat di komunitas sasaran
yang berasal dari informan sebelumnya. berdasarkan hasil identifikasi permasalahan
dan potensi yang diperoleh.
HASIL Jika dilihat secara keseluruhan, tergam-
barkan bahwa ibu merupakan pihak utama
Kondisi kualitas hidup anak-anak dari ko-
dalam menentukan kualitas kesehatan anak
munitas sasaran yang tidak menguntungkan
di wilayah ini dimana ibu memiliki perilaku
bagi pencapaian kesejahteraan mereka men-
yang kurang menguntungkan bagi anak ter-
jadi landasan dari adanya kebutuhan untuk
kait dalam pemberian makanan sehari-hari.
upaya perubahan melalui intervensi sosial.
Perilaku tersebut menunjukkan bahwa kebi-
Dari hasil identifikasi pada tahap look 1 ter-
asaan-kebiasaan tersebut mengarah pada pe-
gambar adanya faktor-faktor yang menjadi
rilaku ibu untuk memberikan makanan yang
penyebab munculnya kualitas hidup tersebut
tidak sehat dan tidak bervariasi bagi anak se-
serta terdapat modal-modal yang dapat dija-
hingga kebutuhan gizi anak yang diperlukan
dikan potensi untuk melakukan perubahan.
untuk tumbuh kembangnya tidak terpenuhi
Dalam proses pengembangan masyarakat
dengan baik.
dengan komunitas sasaran merujuk pada 10
Melihat kondisi ini, objektif dari program
(sepuluh) ibu dari anak-anak yang menga-
yang dirancang melalui prinsip SMART, de-
lami kekurangan gizi, dengan faktor penye-
ngan parameter awal yang diperoleh pada
bab yang mencakup faktor perilaku dan gaya
tahap look 1 adalah ibu-ibu yang menjadi ko-
hidup komunitas sasaran, faktor predisposisi,
munitas sasaran program ini memiliki perila-
faktor penguat yang berasal dari suami dan
ku atau kebiasaan dalam memberikan makan-
keluarga besar, adanya mdal sosial yang be-
an yang tidak sehat dan tidak bervariasi pada
rupa nilai dan norma yang tidak mendukung,
anaknya. Dengan upaya intervensi melalui
serta adanya faktor program dan regulasi
kegiatan pelatihan dan pendampingan maka
yang berasal dari pihak layanan kesehatan
objektif dari program pemasaran sosial yang
masyarakat yang belum mampu mengedu-
dirumuskan dalam penelitian ini adalah bisa
kasi komunitas sasaran. Selain itu juga ada-
mencapai perubahan perilaku sasaran untuk
nya potensi untuk melakukan perubahan baik
dapat memberikan makanan sehat dan ber-
berasal dari internal maupun eksternal komu-
variasi bagi anak setidaknya pada 2 dari 10
nitas sasaran.
sasaran yang dilibatkan. Penetapan evaluasi
keberhasilan sebanyak 2 sasaran ini didasar-
1. Proses Perencanaan
kan pada kondisi bahwa pada hasil pre-test
Proses perencanaan melibatkan beberapa yang digunakan sebagai baseline data me-
tokoh yang berperan di masyarakat yaitu to- nunjukkan bahwa tidak ada satupun dari sa-
koh di layanan kesehatan posyandu, layanan saran telah memiliki kebiasan menyediakan

33
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

makan yang baik bagi anak serta adanya ke- Kegiatan pre-test yang dilakukan sebelum
terbatasan waktu dari pelaksanaan program sasaran mengikuti kegiatan serta evaluasi
sampai dengan evaluasi. post-test 1 yang dilakukan satu minggu sete-
lah kegiatan dan post-test 2 yang dilakukan
Tabel 1. Rencana Program Aksi
Parameter Baseline Program Objektif setelah satu minggu setelah dilakukan post-
Data -test 1 untuk mengukur bagaimana perubah-
Memiliki 0 dari 10 Kegiatan 2 dari 10 an perilaku dari sasaran dan mengukur berha-
perilaku atau partisipan Pelatihan partisipan
kebiasaan memiliki dan Pendam- mampu sil atau tidaknya target pencapaian program
memberikan kebiasaan pingan memberikan yang telah dirancang sebelumnya.
makanan memberikan makanan
tidak sehat makanan sehat dan
dan tidak tidak sehat bervariasi 2. Implementasi Program
bervariasi dan tidak bagi anaknya Pemasaran Sosial
kepada bervariasi
anaknya Implementasi program untuk mengupa-
Strategi pemasaran sosial yang digunakan yakan perubahan perilaku komunitas sasar-
dalam upaya mengatasi permasalahan komu- an dilakukan melalui program pemasaran,
nitas sasaran di wilayah ini adalah melalui dengan 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan pela-
penyampaian pesan yang dilakukan dengan tihan dan pendampingan. Kegiatan pelatih-
melakukan pendekatan emosional yang ber- an ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
tujuan untuk menyadarkan komunitas sasar- dan pengetahuan komunitas sasaran tentang
an bahwa mereka memiliki peran dan tang- peran pentingnya mereka dalam mencapai
gung jawab yang besar untuk menentukan kesejahteraan anak. Kegiatan pelatihan ini
kualitas masa depan anak. Berkaitan dengan diawali dengan menggambarkan harapan ko-
permasalahan yang ada, maka pesan yang munitas sasaran terhadap masa depan anak-
disampaikan adalah berisi pengetahuan dan -anak mereka secara berkelompok kemudian
informasi terkait hak anak dan kewajiban dipresentasikan hasil dari interpretasi mereka
orang tua dalam mengupayakan kesejahtera- tentang harapan-harapan tersebut. Beberapa
an anak terutama pada aspek kesehatan anak representasi yang tergambar diantaranya se-
untuk memenuhi kebutuhan makanan sehat perti penggambaran harapan dalam gambar
dan bervariasi. Metode penyampaian pesan stetoskop yang merepresentasikan harapan
yang digunakan adalah melalui metode ke- anak menjadi praktisi kesehatan, gambar
lompok dan individual, dimana pada metode al qur’an yang menggambarkan keinginan
kelompok dilakukan dengan cara pelatihan partisipan agar anaknya menjadi ahli aga-
serta metode individual melalui upaya pen- ma, gambar rumah berisi mobil yang artinya
dampingan. Upaya pendampingan menjadi orang tua mengharapkan anaknya nanti bisa
suatu hal yang penting karena adanya variasi menjadi orang yang sukses dan kaya, gambar
usia anak yang berbeda dengan kebutuhan buku yang berarti orang tua mengharapkan
dan tantangan yang berbeda untuk mengatasi anak menjadi sarjana, dan sebagainya.
permasalahannya. Fasilitator menggali perasaan partisipan
Terkait dengan pengontrolan untuk me- mengenai kesiapan mereka mempersiapkan
lihat perubahan perilaku komunitas sasaran masa depan anak-anak untuk mewujudkan
dilakukan pada tahap pre-test dan post-test. harapan-harapan tersebut. Sebagian dari

34
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

mereka memiliki perasaan optimis bahwa Dari hasil pemaknaan peserta tergambar
meskipun dengan kondisi keterbatasan ke- bahwa sebagian dari mereka sudah menya-
luarga, mereka akan mampu menyekolahkan dari bahwa untuk mencapai harapan tersebut,
dan mendukung anak-anak untuk mencapai orang tua memiliki peran penting termasuk
keberhasilannya. Namun tidak sedikit pula dalam menyediakan makanan yang sehat.
yang meragukan kemampuan mereka karena Kesadaran ini menjadi pintu masuk bagi fasi-
terkendala dengan kondisi ekonomi seperti litator untuk menggali kebiasaan peserta da-
saat ini. Seperti Ibu Su yang mengatakan bah- lam menyediakan makanan bagi anak-anak
wa yang terbayang saat ini adalah anak-anak- mereka dan menyampaikan materi terkait
nya kelak hanya akan mampu menjadi buruh makanan yang sehat dan bervariasi untuk
seperti halnya orang tua dan saudara-sauda- mendukung optimalisasi tumbuh kembang
ranya saat ini: “pengennya bisa lebih dari anak.
orang tuanya. Tapi sampai sekarang mikir Salah seorang partisipan mengungkap-
apa iya bisa. Bapaknya buruh, sayanya juga kan bahwa ia terbiasa memberi bubur ayam
dulu buruh. Kebayangnya anak ntar mentok- kepada anaknya saat pagi hari kemudian un-
-mentok jadi buruh lagi.” (Ibu Su, 29 No- tuk makan siang ia terbiasa hanya memasak
vember 2013). Selain Ibu Su, salah seorang nasi sedangkan sayur dan lauknya dibeli dari
partisipan juga memunculkan ungkapan rasa warung nasi milik tetangganya dengan menu
pesimisnya terhadap terwujudnya harapan seadanya, sedangkan untuk makan anak
tersebut karena ia menyadari bahwa selama pada sore hari biasanya ia memberikan bak-
ini anaknya terbiasa makan makanan yang so yang dibeli dari tukang bakso langganan.
tidak bergizi dan nantinya akan membuatnya Setelah itu para partisipan yang lain mulai
menjadi tidak pintar: “lah gimana mau jadi ikut mengungkapkan kebiasaannya dalam
dokter, mau pinter ya? Makannya juga nggak hal pemberian makan pada anaknya. Seper-
ada gizinya.” (Ibu Aa, 29 November 2013). ti halnya Ibu Yi yang memiliki anak usia 9
bulan menceritakannya sebagai berikut: “dari
bayi sih ni anak saya makannya bubur p*a
apa n*e (merk bubur bayi instan) terus udah
dicoba bubur tim dibikin sendiri nggak mau.
Jadi sampe sekarang masih p*a. Kadang bu-
bur ayam tapi buburnya doang sama kuah ku-
ningnya.” (Ibu Yi, 29 November 2013).
Selama sesi diskusi berlangsung, peserta
mulai mengenali kembali permasalahan yang
dihadapi terkait dengan kebiasaan mereka
memberikan asupan makanan yang tidak
menguntungkan bagi anak. Kesadaran yang
terbentuk adalah bahwa mereka perlu meru-
bah bahwa kebiasaan dengan diawali adanya
Gambar 1. Partisipan sedang menggambarkan dan memp- kemauan dari orang tua untuk memberikan
resentasikan harapan mereka kepada anaknya yang terbaik bagi anak demi tercapainya ha-

35
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

rapan orang tua dan anak. Cita-cita anak di iritan anggaran rumah tangga. Hal ini karena
masa depan dapat terwujud jika orang tua selain bisa disantap oleh anak terkecilnya ter-
memenuhi hak anak, dimana hak anak salah nyata makanan tersebut juga bisa dinikmati
satunya adalah sehat. Anak yang sehat nan- oleh seluruh anggota keluarganya termasuk
tinya juga dapat berpikir lebih baik, lebih suami, anak pertama dan dirinya sendiri. Se-
kreatif, dan ketika masuk sekolah juga ia perti yang disampaikan oleh seorang infor-
bisa lebih fokus belajar, sehingga anak yang man, “murah meriah. Beli kacang ijo mentah
sehat punya kemungkinan lebih besar untuk tiga ribu sama santennya dua ribu dimasak
menjadi pintar dan cerdas. Sedangkan un- bisa dimakan rame-rame ya. Abangnya da-
tuk menjadikan anak yang sehat dan cerdas, pet bapaknya kebagian. Biasanya semangkok
maka orang tua punya kewajiban untuk sela- orang lewat juga tiga ribu cuma bisa dimakan
lu memberikan makanan yang sehat. sekali.” (Ibu Tu, 30 November 2013).
Selain meningkatkan kesadaran dan pe- Sedangkan pada informan lain seperti Ibu
ngetahuan peserta terkait makanan yang Ab, sampai saat ini ia masih sulit untuk mem-
baik untuk anak, kegiatan pelatihan juga me- biasakan anaknya, Ri untuk makan makanan
nyadarkan peserta bahwa sebagai ibu yang lengkap karena Ri sudah terbiasa dengan
memiliki kesempatan waktu yang banyak jajan seperti sosis kemasan dan susu UHT
dibandingkan ibu-ibu yang bekerja untuk yang dibeli di warung tetangganya. Dengan
membesarkan dan mendampingi anak maka kondisi ini maka perlu pembiasaan untuk
ibu juga memiliki kesempatan untuk membe- mulai tidak memberikan anggaran jajan dan
rikan yang terbaik bagi anak terutama dalam mencoba berkomunikasi dengan Ri yang
memberikan makanan. Makanan yang baik sudah berusia 20 bulan untuk mencari tahu
dan sehat tidak harus mahal karena yang di- apa yang dia suka dan coba buatkan makan-
perlukan anak adalah anak dapat mempero- an yang dia suka, serta bisa mengajak anak
leh asupan gizi yang lengkap untuk memban- untuk menyusun bersama kreasi hidangan
tu tumbuh kembangnya. makanan yang sehat dan lengkap yang terdiri
Selanjutnya, kegiatan pendampingan di- dari nasi, sayuran, dan lauk pauk serta buat
lakukan berselang satu hari setelah dilaksa- suasana makan dengan menyenangkan.
nakan kegiatan pelatihan dengan tujuan agar Pada hari ketiga pendampingan, beberapa
permasalahan-permasalahan yang khas dari partisipan sudah mulai mencoba untuk mem-
masing-masing partisipan dapat diupayakan berikan makanan yang lebih sehat dan berva-
solusinya sesuai dengan kapasitas dan po- riasi untuk anak-anaknya. Namun kebanyak-
tensi yang dimiliki masing-masing partisi- an dari mereka masih merasa kesulitan untuk
pan. Kegiatan pendampingan ini dilakukan melakukannya dengan konsisten.
dengan cara kunjungan ke rumah partisipan
(home visit) dan berdiskusi secara informal. 3. Evaluasi Perubahan Perilaku sebagai
Beberapa komunitas sasaran mulai meng- Hasil dari Program Intervensi
upayakan perubahan perilaku, seperti menco- Evaluasi kegiatan pemasaran sosial dila-
ba untuk memasak makanan. Upaya tersebut kukan sebanyak dua kali yaitu post-test 1 dan
dirasakan bermanfaat karena selain anak- post test 2. Post-test 1 dilakukan selang satu
-anak menyukai, juga berdampak pada peng- minggu setelah dilakukan kegiatan pelatihan

36
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

Tabel. 2. Variasi Perubahan Perilaku Komunitas Sasaran


Varian Capaian Perubahan Perilaku Perubahan Perilaku yang Digambarkan
3 dari 10 partisipan telah mampu mem- • Membiasakan masak sendiri untuk makanan anaknya dengan menu
berikan makanan sehat dan bervariasi bervariasi.
bagi anak • Terbiasa untuk membuat dan memberikan jajanan yang lebih sehat
kepada anaknya
• Meminta dukungan suami untuk ikut makan bersama dengan anaknya
• Meminta bantuan tetangga untuk mengajari memasak
• Memasak sendiri makanan sehat untuk anaknya dengan memperhi-
tungkan kandungan gizi seperti karbohidrat, vitamin, dan protein dalam
makanan tersebut dengan menu bervariasi
• Mengkreasikan hasil masakannya agar anak dapat makan lahap
4 dari 10 partisipan masih berupaya • Masih memerlukan bantuan kakaknya untuk memenuhi kebutuhan
untuk memberikan makanan sehat dan makanan (sayur dan lauk pauk) untuk anaknya
bervariasi bagi anak • Masih berupaya mengurangi kebiasaan anaknya untuk makan makanan
instan dan menggantinya dengan memberikan makanan utama lebih
sering
• Memberikan bubur bayi instan untuk makan pagi saja.
• Membeli makanan matang dengan menu yang sama untuk anaknya
• Memberikan susu kemasan kepada anaknya bukan untuk pengganti
makan utama
• Memberikan bubur yang dijual dari bubur ayam keliling pada pagi hari
saja
• Membiasakan anak-anaknya untuk makan bersama sehingga anak bung-
sunya bisa ikut makan sayur seperti kakaknya
• Masih memberikan makanan yang disukai anak yaitu bubur ayam seduh
pada pagi dan sore hari, dan sudah berusaha membiasakan anaknya
untuk makan nasi, sayur dan lauk pada siang hari
3 dari 10 partisipan belum mampu • Masih terbiasa untuk memberikan jajanan yang dianggapnya bergizi
memberikan makanan sehat dan berva- untuk menggantikan asupan makanan anak ketika anak malas makan
riasi bagi anak • Masih memberikan bubur bayi instan atau bubur beras yang dijual dari
tukang bubur ayam keliling untuk makan anaknya dalam tiga kali sehari.
• Masih memberikan bubur bayi instan untuk makan utama anaknya
selama tiga kali sehari

dan dengan mempertimbangkan beberapa ru- kondisi kesehatan anak yang diartikan seba-
mah partisipan yang letaknya berjauhan serta gai kualitas hidup yang tidak menyenangkan.
waktu yang terbatas maka kegiatan post-test Adapun communication objective yang dite-
1 ini dilakukan selama dua (2) hari. Evaluasi tapkan setelah partisipan mengikuti kegiatan
ini ditujukan untuk melihat proses perubahan ini adalah 2 dari 10 sasaran mampu memberi-
yang dilakukan oleh komunitas sasaran serta kan makanan sehat dan bervariasi bagi anak.
melihat kendala-kendala yang dihadapi da- Berdasarkan uraian terkait perubahan pe-
lam melakukan perubahan tersebut. Setelah rilaku yang terjadi pada sepuluh (10) partisi-
dilakukan upaya intervensi melalui kegiatan pan yang dilibatkan dalam kegiatan pemasar-
pemasaran sosial pemberian makanan sehat an sosial ini menunjukkan adanya keragaman
dan bervariasi bagi anak di keluarga mis- hasil yaitu partisipan yang mampu merubah
kin perkotaan untuk merubah perilaku atau perilakunya untuk memberikan makanan
kebiasaan ibu dalam memberikan makanan sehat dan bervariasi, partisipan yang masih
kepada anak yang selama ini mempengaruhi mengupayakan perubahan perilaku, dan par-

37
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

tisipan yang belum mampu merubah perila- jahteraan salah satunya adalah melalui pene-
kunya dalam pemberian makan pada anak. rapan pengetahuan dan keterampilan untuk
Evaluasi hasil capaian dari implementasi memecahkan masalah anak-anak. Pendidik-
kegiatan pemasaran sosial dapat dilihat pada an kesehatan dilakukan sebagai upaya dari
tabel sebagai berikut. mempromosikan hidup sehat yang nantinya
Setelah mengikuti kegiatan pemasaran dapat merubah perilaku dari orang tua seba-
sosial, terdapat beberapa variasi yang dicapai gai pihak yang berperan terhadap anak untuk
oleh partisipan yaitu: dapat menciptakan kondisi kesehatan yang
lebih kondusif bagi anak. Pendekatan yang
PEMBAHASAN digunakan untuk mengatasi permasalahan ini
adalah dengan cara perubahan perilaku mela-
Keluarga merupakan pihak yang utama
lui empowerment, dimana ibu-ibu dari anak
untuk mendukung kesejahteraan anak. Kese-
tidak berkecukupan gizi yang menjadi ko-
jahteraan anak mencakup pada upaya peme-
munitas sasaran kegiatan ini akan diberikan
nuhan aspek kesehatannya sehingga dengan
edukasi dan penyadaran sehingga mereka
adanya kondisi permasalahan terkait kualitas
dapat mengenali masalah mereka sendiri dan
hidup anak yang tidak menyenangkan saat
mengatasi masalah tersebut dengan strategi
ini yaitu anak-anak yang tidak berkecukup-
dan kepercayaan diri yang mereka miliki se-
an gizi perlu diupayakan intervensi untuk
perti yang telah dikemukakan oleh Naidoo &
memperbaiki keadaan. Oleh karena itu, se-
Wills (2000); Adi, (2013) dan Notoatmodjo
perti yang dinyatakan oleh Kirst-Ashman &
(2007). Penyampaian edukasi dan penyadar-
Karen, 2007; dan Johnson & Schwartz,1991
an kepada komunitas ini dilakukan dengan
bahwa kesejahteraan dan perlindungan anak
melalui komunikasi baik di dalam kelompok
merujuk pada program yang dirancang untuk
maupun individu.
memberdayakan keluarga, mengupayakan
Perbaikan atau yang bisa disebut sebagai
lingkungan yang sehat, melindungi anak-
perubahan perilaku memerlukan strategi. Da-
-anak, dan memenuhi kebutuhan anak-anak.
lam penelitian ini digunakan strategi pema-
Dengan kondisi permasalahan yang ada di
saran sosial seperti yang didefinisikan oleh
komunitas ini maka intervensi yang dilaku-
Kotler & Roberto (1989); Cheng, Kotler, &
kan perlu mempertimbangkan perubahan
Lee (n.d.); dan Adi (2013) bahwa dalam pe-
dari perilaku orang tua terutama ibu sebagai
rancangan upaya intervensi yang dilakukan
pihak utama yang memiliki peran dalam me-
dalam kegiatan pemasaran sosial ini menggu-
nyediakan makanan bagi anak.
nakan indikator SMART-Spesifik (Spesific),
Kualitas kesehatan anak yang rendah
Terukur (Measurable), Dapat dicapai (Achie-
di wilayah ini ditunjukkan dengan adanya
vable), Relevan (Relevan), dan Terikat Waktu
kondisi ketidakcukupan gizi ini telah diurai-
(Time-Bound). Untuk itu, ditetapkan objektif
kan dari faktor-faktor penyebabnya pada bab
dalam perencanaan kegiatan pemasaran sosi-
sebelumnya. Salah satu upaya yang dapat
al yang didasarkan pada data pre-test sebagai
dirancang untuk mengatasi permasalahan ini
baseline data dimana dari keseluruhan sa-
adalah melalui pendidikan kesehatan, dimana
saran (10 orang) memiliki kebiasaan mem-
seperti yang dikatakan oleh Skidmore, Mil-
berikan makanan yang tidak sehat dan tidak
ton, dan William (1991) bahwa usaha kese-

38
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

bervariasi pada anaknya, sehingga melalui kan informasi (informing) dan meningkatkan
kegiatan pemasaran sosial dengan menggu- kesadaran (consciousness-raising) seperti
nakan metode komunikasi kelompok (pela- yang dikemukakan oleh Ife (2006) dan Adi
tihan) dan individu (pendampingan) dengan (2013). Sedangkan kegiatan pendampingan
objektifitas kegiatannya adalah 2 sasaran lebih menfasilitasi partisipan sekaligus mem-
mampu merubah perilakunya dengan mem- bantu partisipan untuk mengenali sendiri per-
berikan makanan yang sehat dan bervariasi masalahan dan potensi serta strategi untuk
bagi anaknya. melakukan perubahan.
Masing-masing partisipan memiliki bera- Healy dalam Payne (2007) dan Ife (2006)
gam perilaku yang dapat dilihat pada aspek menjelaksan bahwa pemberdayaan masyara-
kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Pada kat salah satunya dilakukan melalui pening-
tingkat kognitif, beberapa partisipan telah katan pendidikan dan kesadaran untuk mem-
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prakarsai masyarakat dalam meningkatkan
gizi anak, meskipun sebagian besar masih kekuatannya dan menekankan bahwa antara
menunjukkan keterbatasan pengetahuannya klien dan pekerja sosial masing-masing me-
yang belum cukup membedakan kandungan miliki kekuatan dan di satu sisi juga memi-
makanan. Sedangkan pada tingkat afektif, liki kelemahan, untuk itu diperlukan beragam
kebanyakan partisipan merasa kesulitan un- strategi untuk meningkatkan aspek-aspek ke-
tuk memberikan makan utama pada anak ter- kuatan yang dapat memperbaiki kondisi da-
utama sayuran sehingga mereka cenderung lam kaitannya dengan kesehatan anak.
menyerah dengan mengganti makanan yang Sedangkan konsekuensi yang bera-
disukai anak meskipun mereka tahu bahwa gam ini mengansumsikan adanya rangkai-
makanan tersebut tidaklah sehat. Pada tahap an ‘learn-feel-do’ dari target adopters ini
psikomotorik menunjukkan bahwa semua menggambarkan bagaimana partisipan bisa
partisipan belum mampu memberikan ma- mempelajari sesuatu dari mengikuti kegiat-
kanan yang sehat dan bervariasi bagi anak an pemasaran sosial (terkait dengan aspek
untuk mencukupi kebutuhan gizi anak. kognitif) yang kemudian dirasakan oleh par-
Sesi pengidentifikasian harapan orang tua tisipan sebagai suatu hal yang perlu dilaku-
terhadap anaknya menjadi salah satu moti- kan (aspek afektif) dan pada akhirnya terjadi
vasi bagi partisipan untuk bisa mewujudkan pengambilan keputusan untuk memutuskan
kesejahteraan anak dan selanjutnya muncul apakah ia akan merubah perilakunya atau ti-
kesadaran yang ditunjukkan dengan beragam dak (aspek psikomotorik). Paradigma difusi
pertanyaan dan pernyataan dari partisipan pengadopsian ini menunjukkan adanya vari-
untuk mulai mengenali masalah serta ke- asi perubahan perilaku dari partisipan setelah
mampuan mereka untuk mengatasi masalah mengikuti kegiatan pemasaran sosial yang
tersebut. Kegiatan pemasaran sosial ini juga dilihat dari perubahan pada aspek psikomo-
memberikan informasi terkait dengan kebu- toriknya.
tuhan gizi anak dan cara pemberian makan Upaya intervensi pemasaran sosial me-
yang baik bagi anak. Untuk itu, proses terse- lalui kegiatan pelatihan dan pendampingan
but menunjukkan adanya peran fasilitator se- yang mencakup pada upaya memberikan
bagai community worker untuk menyampai- informasi/informing terkait knowledge (pe-

39
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

ngetahuan materi kebutuhan gizi anak dan pada tahap outputnya yang menunjukkan
cara pemberian makanan yang baik bagi adanya continued adoption yang telah dica-
anak) dan juga mencakup upaya penyadaran/ pai yaitu perubahan perilaku yang menetap
consciousness-raising terkait persuasion (pe- dengan variasi perilaku untuk memberikan
nyadaran hak anak atas makanan bergizi dan makanan yang sehat dan bervariasi bagi anak.
penyadaran kepada partisipan untuk menge- Sedangkan variasi perubahan perilaku
nali masalah dan potensi diri untuk menga- yang lain terjadi pada 4 partisipan yang me-
tasi permasalahan). Selanjutnya pada proses nunjukkan bahwa mereka masih dalam upaya
informing tersebut tercapai proses belajar/le- atau proses untuk melakukan perubahan pe-
arn yang dilakukan oleh partisipan sehingga rilaku menunjukkan adanya dinamika proses
pada terjadi adanya peningkatan pengetahu- yang dilalui oleh keempat partisipan ini di-
an akan kebutuhan gizi anak dan peningkatan mana pada tahap proses pelaksanaan kegiat-
keterampilan terkait cara pemberian makan an pemasaran sosial terjadi proses pemberian
yang baik bagi anak. sedangkan pada upa- informasi (informing) terkait knowledge ke-
ya consciousness-raising terproses menjadi pada partisipan dan penyadaran (conscious-
sesuatu yang dapat dirasakan oleh partisi- ness-raising) terkait persuasion yang pada
pan (feel) dan tercapai adanya peningkatan akhirnya menunjukkan adanya proses learn
kesadaran partisipan akan perlunya mereka melalui adanya peningkatan pengetahuan ter-
untuk memberikan makanan yang sehat dan kait kebutuhan gizi anak dan cara pemberian
bervariasi bagi anak dan adanya peningkatan makanan yang baik bagi anak. Begitu juga
kesadaran akan masalah dan potensi untuk pada proses feel yang menunjukkan adanya
mengatasi permasalahan. peningkatan kesadaran partisipan terkait de-
Peningkatan pengetahuan dan kesadar- ngan hak anak atas makanan sehat dan ber-
an yang mampu dicapai oleh partisipan ini variasi serta adanya penyadaran terkait masa-
menguatkan faktor predisposisi untuk mem- lah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki
perbaiki keadaan melalui upaya untuk meng- untuk memberdayakan dirinya mengatasi
akses ke sumber-sumber dukungan seperti permasalahan tersebut.
pasangan dan keluarga yang terlibat dalam Melalui peningkatan pengetahuan dan
pengasuhan anak sebagai sumber penguat kesadaran ini memperkuat kapasitas inter-
(reinforcing). Selain itu juga dengan adanya nal dari partisipan yang ditunjukkan dengan
peningkatan pada faktor internal partisipan adanya peningkatan pada faktor predisposisi
(predisposisi) ini menjadikan mereka mampu sebagai sumber kekuatan untuk melakukan
mengakses jaringan (network) yang berada perubahan. Dengan adanya peningkatan pada
di kelompok masyarakat yang lebih berdaya faktor predisposisi ini membuat partisipan
seperti tetangga yang lebih memiliki kemam- mampu mengakses sumber kekuatan ekster-
puan dan pengalaman dalam memberikan nal yaitu modal sosial yaitu jaringan (net-
makanan yang baik bagi anak. work) ke kelompok yang lebih berdaya yai-
Proses inilah yang pada akhirnya mampu tu organisasi masyarakat dan keluarga yang
menjadikan partisipan dalam mengadopsi memiliki kemampuan finansial untuk dapat
atau mencoba untuk menerapkan ke dalam membantu partisipan untuk merubah perila-
perilaku mereka (adoption) dan berujung kunya. Namun pada tahap adoption, parti-

40
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

Gambar 2. Proses dan Output Perubahan Perilaku Komunitas Sasaran

sipan masih menemui beragam faktor yang pa tahapan. Pada artikel ini dibahas tahapan
menghambat yaitu belum optimalnya sum- yang mencakup think, act, dan look 2, dimana
ber-sumber yang seharusnya dapat menjadi prosesnya berdasar pada tahap look 1 yaitu
penguat seperti keluarga baik dari pasangan asesmen masalah, kebutuhan, dan potensi ko-
maupun keluarga besar yang terlibat dalam munitas sasaran. Pada tahap think, dirumus-
mengasuh anak, sehingga pada tahap ini par- kan rencana program aksi yang mengukur
tisipan masih melakukan upaya untuk mela- kondisi saat ini dan menetapkan kondisi yang
kukan perubahan perilaku (tahap adoption diharapkan, strategi pemasaran sosial mela-
masih berlanjut). lui pelatihan dan pendampingan, serta strate-
gi pengontrolan proses perubahan perilaku.
KESIMPULAN Sedangkan pada tahap act mengimplementa-
sikan rencana dan strategi yang dirumuskan
Proses pemberdayaan masyarakat dalam
berdasarkan sumber daya yang dapat diakses.
mengupayakan perubahan perilaku komu-
Pada tahap look 2 menujukkan adanya
nitas sasaran untuk meningkatkan kualitas
output perubahan perilaku yaitu dari 10 orang
hidup anak, salah satunya dapat dilakukan
yang dilibatkan sebagai sasaran, 3 partisipan
melalui strategi pemasaran sosial. Strategi ini
menunjukkan bahwa mereka mampu meru-
muncul sebagai alternatif untuk melakukan
bah perilakunya dalam memberikan makan-
penelitian tindakan yang mencakup bebera-

41
JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 31-43

an yang lebih sehat dan bervariasi bagi anak, faktor penguat tidak muncul dan menjadikan
4 partisipan yang masih mengupayakan peru- sebagai faktor penghambat. Situasi ini mem-
bahan perilakunya dan 3 partisipan lain yang bentuk proses pengadopsian yang terus diu-
belum mampu melakukan upaya perubahan payakan. Sedangkan pada variasi perubahan
perilakunya. ketiga menunjukkan adanya proses informing
Gambaran variasi konsekuensi lain yang yang berlanjut pada meningkatnya pengeta-
muncul dari hasil evaluasi kegiatan ini ada- huan, tetapi tidak ada peningkatan kesadaran
lah 3 partisipan yang belum mampu melaku- sehingga perilaku yang ditunjukkan oleh ko-
kan perubahan perilakunya dalam pemberi- munitas sasaran adalah bentuk menolak (re-
an makan pada anak. menunjukkan adanya jection) terhadap perubahan perilaku.
rangkaian dinamika yang pada akhirnya me-
munculkan kondisi partisipan yang belum DAFTAR PUSTAKA
mengalami perubahan. Pada tahap proses
Adi, Isbandi Rukminto. (2013). Intervensi
terlihat adanya upaya intervensi yang dilaku-
Komunitas: Pengembangan Masya-
kan yaitu terkait dengan pemberian informasi
rakat Sebagai Upaya Pemberdayaan
(informing) tentang knowledge yang berhu-
Masyarakat. Edisi Revisi 2012. Jakar-
bungan dengan kebutuhan gizi anak dan cara
ta: Rajawali Ife (2013)
pemberian makanan yang baik bagi anak
Blair, Mitch, et.al. (2003). Child Public He-
serta adanya dan upaya penyadaran (consci-
alth. New York: Oxford University
ousness-raising) melalui persuasion dengan
Press.
menyadarkan partisipan atas hak anak untuk
Cheng, Hong., Philip Kotler., & Nancy R.
mendapatkan makanan yang sehat dan berva-
Lee. (n.d.). Social Marketing for Pub-
riasi serta menyadarkan partisipan untuk me-
lic Health. Jones & Barlett Publishers,
ngenali masalah yang dirasakan dan potensi
LLC. 19 Oktober 2013. http://samples.
diri yang dimiliki partisipan untuk mengatasi
jbpub.com/.../57977_ch01_final.pdf
permasalahan tersebut. Proses informing ini
Dobelstein, Andrew W. (2003). Social Welfa-
menggambarkan adanya proses learn sehing-
re: Policy and Analysis. USA: Thom-
ga partisipan mampu meningkatkan pengeta-
son Brooks/Cole
huannya terkait dengan kebutuhan gizi anak,
Ife, Jim. & Frank Tesoriero. (2006). Commu-
dan proses consciousness raising ini yang
nity Development: Community-Based
meningkatkan kesadaran. Peningkatan pada
Alternatives in An Age of Globalizati-
kedua aspek dari internal komunitas sasaran
on. 3rd ed. Australia: Pearson Johnson
ini kemudian diperkuat dengan faktor pengu-
& Schwartz,1991
at (reinforcing) dan modal sosial sehingga
Kirst-Ashman, Karen K. (2007). Introducti-
mereka mampu mengadopsi perubahan peri-
on to Social Work and Social Welfare:
laku yang konsisten.
Critical Thinking Perspectives. USA:
Pada variasi perubahan kedua menunjuk-
Thomson Brooks/Cole
kan adanya peningkatan pengetahuan dan
Liederman, David. S. (1995). Child Welfare
kesadaran, serta adanya modal sosial yang
Overview. Dalam Buku: 19th Encyclo-
mempengaruhi perubahan perilaku, akan te-
pedia of Social Work. Editors: Edwar-
tapi pihak-pihak yang diharapkan menjadi

42
PROSES PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN HASIL PROGRAM PERUBAHAN PERILAKU KOMUNITAS IBU DALAM
PEMBERIAN MAKANAN SEHAT DAN BERVARIASI BAGI ANAK (GETAR HATI, ISBANDI RUKMINTO ADI)

ds, Richard L., & June Gary Hopps.


Washington: NASW Press
Naidoo, Jennie., & Jane Wills. (2000). Health
Promotion: Foundation for Practice.
2nd Ed. UK: Bailliere Tindall.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Ke-
sehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta Kotler, Philip., Eduardo
L. Roberto. (1989). Social Marketing:
Strategies for Changing Public Beha-
vior. New York: The Free Press.
Payne, Malcom. (2007). What Is Proffesional
Social Work?. 2nd ed. Chicago: Lyche-
um
Skidmore, Rex., Milton G.T., & William F.
(1991). Introduction to Social Work
(ed: 5). New Jersey: Prentice-Hall In-
ternational, Inc
Undang-Undang dan Dokumen
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 ten-
tang Kesejahteraan Anak
UNICEF (2013). Ringkasan Kajian: Gizi Ibu
dan Anak. Ed. Oktober. Jakarta: UNI-
CEF.

43

Anda mungkin juga menyukai