Anda di halaman 1dari 4

Sejarah mikrobiologi

1. Pendahuluan
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil
yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa yunani: mikros= kecil. Bios = hidup,
logos = kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisme, mikroba,
prostatica atau jasad renik.
Antoni van Leewenhoek (1632 -1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui
adanya dunia mikroorganisme itu.dengan mikroorganisme ciptaannya ia dapat melihat
bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak diduga sama sekali
keadaannya. Mikroorganisme buatan leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai
300 kali. Dari air hujan yang menggenang di kubangan-kubangan dan air jambangan
bunga ia peroleh beraneka hewan bersel satu yang olehnya diberi nama Infusiora atau
“Hewan tuangan”.
Antara 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan lembaga
“Royal Society” di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya dengan mikroskop itu
kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai dengan gambar-gambar
mikroorganisme yang beraneka ragam. Didalaam sejarah mikrobiologi, Leewenhoek
dapat dipandang sebagai peletak batu pertamanya.
Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi), pengetahuan
tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan bersel satu (protozoologi),
pengetahuan tentang jamur (mikologi), terutama yang meliputi jamur-jamur rendah
seperti Pycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta Deuteromycetes. (dasar-dasar
mikrobiologi)

2. Parasitology
Pendahuluan
Parasite adalah organisme yang dihidup didalam atau pada organisme lain dari spesies
berbeda. Organisme tempat parasite mengambil makanannya dinamakan inang atau host.
Parasit seperti sengkenit atau tick, yang hidup pada inangnya dinamakan ektoparasit.
Parasite yang hidup didalam inangnya seperti cacing tambang atau amoeba disebut
endoparasit.
a. Pemeriksaan specimen feses untuk parasit
Pengambilan specimen
- Ambil kira-kira 100 gram feses dalam wadah yang bersih dan kering tanpa
pengawet, wadah yang paling coco adalah wadah yang bertutup ulir.pastikan
setiap bahwa setiap cacing dewasa atau sigmen-sigmennya itu terambil.

Hal-hal yang harus diperhatikan :


1. Jangan sekali-kali membiarkan feses terpapar udara tanpa tertutup.
2. Jangan sekali-kali menerima resimen feses yang tercampur urin misalnya dalam pispot
3. Jangan sekali-kali memeriksa specimen feses tanpa mengenakan sarung tangan
4. Periksa selalu specimen tinja dalam 1-4 jam setelah pengambilan. Bila beberapa
specimen diterima dalam waktu bersamaan, periksa specimen fese yang cair dan yang
mengandung lender atau darah lebih dahulu karena specimen-sepesimen tersebut dapat
mengandung amoeba motil (yang mati dalam waktu singkat)

 Pemeriksaan visual
Pelaporan hasil pemeriksaan sampel feses yang ideal meliputi warna, konsistensi, dan
ada-tidaknya eksudat atau darah makroskopik.
1. warna
Warna dapat dilaporkan sebagai
-hitam (darah samar, occult blood)
-Coklat, kuning pucat (lemak)
-putih (iterus okstrutif, obstructive jaundice)

2. Konsistensi
Konsistensidapat dilaporkan sebagai :
- Konsistensi padat (konsistensi feses yang normal)
- Konsestensi lunak
- Konsistensi cair (encer)

Darah atau lender pada fese biasanya terlihat sebagai bercak(atau noda) merah atau
putih. Darah pada feses dijumpai pada kondisi medis tertentu(misalnya colitis
ulseratif, skistosomiasis).

 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik feses dalam larutan saline atau iodin secara langsung
bermanfaat untuk :
- Mendeteksi trofozoit motil
- Mendeteksi telur dan kista ( yang terdapat dalam jumlah sedang)
- Mendeteksi eritrosit, debris seluler, atau kelebihan lemak.

Pilih feses berkonsistensi cair atau encer sewaktu melakukan mikroskopik secara
langsung untuk mendeteksian trofozoit. Feses berkonsistensi padat jarang mengandung
trofozoit motil. Lakukan juga pemeriksaan langsung untuk mendeteksi darah atau lender
eksternal.

Alat dan Bahan :


 Mikroskop
 Kaca objek
 Penutup kaca objek
 Aplikator kayu atau sengkelit(0,45 mm, kawat campuran nikel-kromium)
 Pensil minyak(grease pencil)
 Larutan natrium klorida 0,85% (reagen no.53)
 Larutan lugol iodin 0,5% (reagen no.37)
 Larutan asam asetat 50 % (reagen no.3), diencerkan 1:1 dengan air suling
 Larutan biru metilen (reagen no.39)
 Larutan eosin 2% dalam saline (reagen no.24)

Metode :

1. Buat campuran dari larutan lugol dan larutan asam asetat 1:1 (encerkan sepergi
diatas). Encerkan campuran tersebut dengan air suling sebanyak empat kali
volumenya dan aduk hinggak merata.
2. Siapkan sebuah kaca objek kering dan labeli dengan nma atau nomor pasien.
3. Teteskan :
- Setetes larutan natrium klorida yang dipanaskan sampai 37oC di tengah bagian
setengah kiri kaca objek.
- Setetes larutan iodin-asam asetat ditengah bagian setengah kanan kaca objek
4. Dengan aplikator atau sengkelit, ambil sedikit (kia-kira diameter 2-3 mm) feses
tersebut.
- Bila feses berkonsistensi padat, ambil sediaan dari bagian tengah sampel dan dari
permukaan sampel untuk mendeteksi telur parasite.
- Bila feses berkonsistensi cair atau mengandung lendir, ambil sediaan dari lendir di
permukaan feses atau dari permukaan cairan untuk pendeteksian ameba.
5. Campurkan sediaan tersebut dengan tetesan natrium klorida diatas kaca objek tadi.
6. Dengan aplikator atau sengkelit, ambil sediaan kedua dari sampel feses, seperti di atas
dan campurkan dengan tetesan larutan iodin-asam asetat. Buang aplikator ( atau
panaskan sengkelit) sehabis digunakan
7. Taruh penutup kaca objek di atas tiap tetesan tersebut.
8. Periksa preparat dengan mikroskop. Untuk preparat saline, gunakan objektif x10 dan
x40 serta okuler x5. Karena telur dan kista tidak berwarna, kurangi jumlah cahaya
dengan mengatur bukan kondensator atau menurunkan kondensator untuk
mempertajamkan kontras.
Periksa preparat pertama dengan objektif x10, mulai dari bagian sudut kiri atas.
Fokuskan pengamatan pada bagian tepi penutup kaca objek dengan objektif x10 dan
amati keseluruhan preparat di kedua sisi kaca objek untuk mendeteksi telur dan larva
Strongyloides stercoralis. Selanjutnya, ganti dengan objektif x40 lalu amati kemballi
keseluruhan bagian preparat saline(untuk mendeteksi trofozoit motil) dan preparat
iodin(untuk mendeteksi krista).
9. Larutan lugol iodin-asam asetat menyebabkan trofozoit menjadi non motil. Nucleus
terwarnai dengan jelas, tetapi mungkin sukar untuk membedakan anatar nucleus-
berlobus polimorfik dan nucleus-soliter besar pada sel mukosa.
10. Bila ditambahkan setetes larutan eosin, seluruh bagaian preparat akan terwarnai,
kecuali protozoa(terutama ameba), protozoa tetap tidak berwarna sehingga mudah
dikenali.

 Pengiriman specimen fese untuk pendeteksian parasite


Specimen feses mungkin dikirim ke laboratorium spesialistik untuk pengidentifikasian
parasite yang jarang ditemukan dan sulit dikenali. Dalma hal ini, suatu bahan pengawet
harus ditambahkan ke spesimen sebelum spesimen tersebut dikirim untuk pemeriksaan.
Berbagai bahan pengawet berikut dapat digunakan :
- Larutan formaldehid 10 % (reagen no.28), untuk spesimen basah
- Larutan lugol iodn 0,5 % (reagen no.37)
- Larutan fiksatif polivinil alcohol(PVA) (reagen no.44)
- Larutan fiksatif tiomersal-iodin-formadehid(TIF) (reagen no.58), untuk spesimen
basah

Buku (pedoman teknik dasar untuk laboratorium untuk kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai