Anda di halaman 1dari 5

TONSILITIS

Definisi
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel merupakan kumpulan jaringan
limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut.
Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil adenoid, tonsil palatina, dan tonsil faringeal yang
ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer.1
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa bakteri atau virus yang masuk secara
aerogen atau foodborn.2
Berdasarkan waktu berlangsung (lamanya) penyakit, tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni
tonsilitis akut jika keluhan berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis jika
inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap.2

Epidemiologi
Anak-anak dan remaja usia sekolah adalah yang paling mungkin untuk menderita
tonsilitis, karena anak-anak suka memakan jajanan yang mengandung banyak pemanis buatan
dan kurang higenis, serta sistem imunnya yang masih rentan terhadap infeksi, tetapi dapat
menyerang siapa saja. Angka kejadian tertinggi terutama antara anak-anak dalam kelompok
usia antara 5 sampai 10 tahun, dewasa muda usia 15 – 25 tahun dan dewasa tua berumur di atas
45 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi dari berbagai jenis bakteri.2

Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri atau virus. Hal-hal yang dapat memicu
peradangan pada tonsil adalah seringnya kuman masuk kedalam mulut bersama makanan atau
minuman.1
Tonsilitis akut dan tonsilitis kronik memiliki perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis
akut lebih sering disebabkan oleh kuman grup Astreptococusβ-hemolyticus, pneumococcus,
Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik kuman
penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang pola kuman berubah menjadi
kuman dari golongan gram negatif.3
Tonsilitis dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak tangan, menghirup udara
setelah seseorang dengan tonsilitis bersin atau berbagi peralatan seperti sikat gigi dari orang
yang terinfeksi.2
Patofisiologi
Bakteri atau virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil atau
amandel berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara
menahan kuman memasuki tubuh dan membentuk antibody terhadap infeksi. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya peradangan pada tonsil atau amandel. Akibat peradangan berulang
menyababkan epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses peyembuhan
jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar.1
Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan peningkatan
stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan integritas epitel kripta
sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil. Bakteri yang masuk ke dalam
parenkim tonsil akan mengakibatkan terjadinya infeksi tonsil. Pada tonsilitis kronis bisa
ditemukan bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil menjadi
sumber infeksi yang berulang terhadap tonsil.4

Gejala klinis
Pada tonsilitis akut, terdapat gejala seperti berikut:4
a) Kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok dan adanya rasa nyeri
saat menelan.
b) Pembesaran tonsil dan hiperemis, ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim
atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil.
c) Pembengkakan pada bagian leher, karena aliran getah bening dari daerah tonsil menuju
ke rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di
bawah M. sternokleidomastoideus.
d) Demam dapat terjadi karena respon tubuh akibat adanya antigen asing yang menyerang
sistem pertahanan tubuh.
e) Jika pembesaran tonsil telah menyebabkan obstruksi parsial atau total jalan nafas, hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan fisiologis berupa kesulitan bernafas saat tidur
dan mendengkur, yang dikenal dengan istilah Obstructive Sleep Apnea Syndrome
(OSAS).
Pada tonsilitis kronik, terdapat gejala sebagai berikut:5
a) Nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan
saluran napas. Keluhan demam jarang terjadi.
b) Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kripti terisi oleh detritus.
c) Terasa ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan napas
yang berbau, sering disertai halitosis dan pembesaran nodul servikal.
d) Pada umumnya terdapat dua gambaran tonsil yang secara menyeluruh dimasukkan
kedalam kategori tonsillitis kronik berupa;
a. Pembesaran tonsil karena hipertrofi disertai perlekatan kejaringan sekitarnya,
kripta melebar di atasnya tertutup oleh eksudat yang purulen.
b. Tonsil tetap kecil, bisanya mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam
dalam “tonsil bed” dengan bagian tepinya hiperemis, kripta melebar dan
diatasnya tampak eksudat yang purulen.

Penegakan diagnosis2

Anamnesis

Menanyakan biodata, keluhan pasien, sudah berapa lama keluhan tersebut diderita, apa
yang memperberat dan memperingan keluhan, riwayat keluarga, riwayat penyakit sebelumnya
(riwayat terkena tonsilitis sebelumnya untuk membedakan tonsilitis akut atau tonsilitis kronik),
keadaan lingkungan sekitar untuk melihat faktor predisposisi penyebab tonsilitis.

Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembesaran tonsil T1-T4, didapatkan pilar
anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar (hipertropi), atau dapat juga mengecil (atropi)
biasanya pada dewasa, kripte melebar detritus (+) bila tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar
limfe subangulus mandibular.

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium untuk mengetahui penyebab infeksi.


- Rapid Antigen Display Test (RADT)

Penatalaksanaan2
Penatalaksanaan tonsilitis meliputi non-medikamentosa, medikamentosa dan operatif.
Terapi non-medikamentosa yaitu menjaga hidrasi dan asupan kalori yang adekuat, mengontrol
demam dengan kompres, obat kumur untuk menjaga higenitas mulut.

Terapi medikamentosa yaitu dengan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri dan
antibiotika sesuai kultur atau antivirus ditujukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi baik pada
tonsilitis akut, maupun tonsilitis rekuren atau tonsilitis kronis eksaserbasi akut. Antibiotik yang
biasa digunakan adalah amoksisilin atau deksametason.

Penatalaksanaan operatif dengan tindakan tonsilektomi dilakukan apabila terjadi


infeksi berulang atau kronis, gejala sumbatan tenggorok serta kecurigaan neoplasma. Pada
tonsil hipertrofi dapat menyebabkan keadaan emergency berupa obstruksi saluran napas yang
merupakan indikasi absolut untuk tindakan tonsilektomi.

Pencegahan

Solusi dari pencegahan tonsillitis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada
diri, cuci tangan cara terbaik. Selain itu juga banyak istirahat, minum minuman hangat,
berkumur dengan air garam yang hangat, hindari asap rokok dan polutan udara lainnya, jangan
menggunakan gelas minum dan peralatan makan untuk bersama – sama. Pencegahan lain yang
menggunakan logika dalah saat batuk atau bersin gunakan tisu atau lengan anda dan hindari
berada dekat dengan orang yang sedang sakit.1

Komplikasi

Tonsilitis dapat menyebabkan abses peritonsiller, otitis media, atau mastoiditis akut
saat pengobatan tidak adekuat. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber
dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.1

Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan pengobatan
suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih
nyaman. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami
infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus.6

Daftar pustaka

1. Manurung R. Gambaran Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencegahan


Tonsilitis Pada Remaja Putri Di Akper Imelda Medan Tahun 2015. Jurnal Ilmiah
Keperawatan IMELDA. 2016;2(1): p28-31.
2. Shalihat AO, Novialdi, Irawati L. Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Perlakuan
Penatalaksanaan dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di Bagian
THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Fakultas Kesehatan
Andalas. 2015;4(3): p786-94.
3. Nizar M, Qamariah N, Muthmainah N. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik
Pada Pasien Anak Di Bagian Tht Rsud Ulin Banjarmasin. Berkala Kedokteran.
2016;12(2): p197-204.
4. Fakh I M, Novialdi, Elmatris. ‘Jurnal Kesehatan Andalas’ Karakteristik Pasien
Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2013. 2016 Vol. 5, No. 2.
5. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi ke-6. FKUI Jakarta: 2007. p212-25.
6. Edgren, A.L., Davitson, T., 2004. Sore Throat. Journal of the American Association.
p:13

Anda mungkin juga menyukai