1.2 Tujuan
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk menentukan tingkat reaksi MnO4- dengan
H2C2O4.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kalium permanganat merupakan salah satu bahan yang cukup berbahaya. Kalium
permanganat merupakan salah satu bahan kimia yang berupa kristal berwarna ungu. Bahan
ini tidak berbau dan memiliki nilai pH antara 7-9. Kalium permanganat merupakan salah
satu oksidator yang cukup kuat sehingga mampu membantu dalam proses pembakaran.
Senyawa ini berbentuk padat, sangat reaktif dengan bahan-bahan organik, logam,
asam. Bahan dapat bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, ammonia, ammonium
garam, phosphor. Sifat fisiknya tidak berbau, berat molekul 158,03 g/mol dengan warna
ungu. Titik didihnya 150°C. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Kalium
permanganat biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan yang bersifat basa dalam
kimia organik (Anonim, 2015).
Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan
mekanisme reaksi. Berdasarkan penelitianyang mula–mula dilakukan oleh Wilhelmy
terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi atau tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu. Berdasarkan jumlah
molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
1. Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : N2O5 N2O4 + ½ O2
2. Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : 2 HI H2 + I2
3. Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi
Contoh : 2 NO + O2 2NO2
(Stroker, 1993).
Laju reaksi dapat berlangsung atau tidaknya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Sifat Pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan
ada juga yang kurang reaktif. Misalnya saja bensin lebih cepat terbakar daripada minyak
tanah. Demikian juga logam Natrium bereaksi cepat dengan air. Sedangkan logam
magnesium lambat.
2. Konsentrasi Pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi
pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak
kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul sehingga akan mempercepat jalannya
reaksi. Akan tetapi harus bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi
meningkatkan laju reaksi. Karena laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang akan
diterangkan pada pasal
3. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat apabila terjadi peningkatan suhu, karena
kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah
dan energi tabrakan bertambah besar.
4. Katalis
Laju suatu reaksi dapat (umumnya dipercepat) dengan menambahkan zat yang
disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam
organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim yang dapat mempercepat proses
terjadinya reaksi di dalam tubuh
( Syukri, 1999 ).
Hukum laju dan kostanta laju, hukum laju reaksi mempunyai dua penerapan utama.
Penerapan praktisnya setelah diketahui hukum laju dan kostanta laju, maka laju reaksi
dalam komposisi campuran dapat diramalkan. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah
hukum laju merupakan pemandu untuk mekanisme reaksi. Penentuan hukum laju
reaksi,yang bertujuan untuk menentukan hukum laju dan kostanta laju, seringkali
dilakukan pada beberapa temperatur. Idealnya, langkah pertama untuk mengenali semua
produknya, dan untuk menyelidiki ada tidaknya hasil sementara dan reaksi samping.
Penentuan hukum laju disederhanakan dengan metode isolasi. Konsentrasi semua, kecuali
satu reaktan dibuat berlebih contohnya, jika B sangat berlebih, maka dianggap
konsentrasinya akan konstan selama reaksi.
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
186
3. 4 2 4 203,5
221
208
4. 5 2 5 195,5
183
205
5. 4 2 2 204
203
Konsentrasi Konsentrasi
H2C2O4 setelah KMnO4 setelah ln C ln C 1/t
No.
pengenceran pengenceran (H2C2O4) (KMnO4) (det-1)
(M) (M)
1. 0,175 0,033 -1,743 -3,41 0,00393
2. 0,21 0,037 -1,561 -3,30 0,00472
3. 0,233 0,04 -1,457 -3,22 0,00491
4. 0,25 0,042 -1,386 -3,17 0,00512
5. 0,233 0,033 -1,457 -3,41 0,00490
4.2 Pembahasan
Percobaan yang berjudul kinetika reaksi kalium permanganat dengan asam oksalat
bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi KMnO4 dengan H2C2O4. Laju reaksi umum
dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan
konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu sedangkan tingkat reaksi merupakan
salah satu cara memperkirakan sejauh mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju
reaksi tertentu. Tingkat reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari
konsentrasi komponen tersebut dalam hukum laju.
Percobaan ini dilakukan dengan cara mereaksikan asam oksalat dengan kalium
permanganat dengan perbandingan antara volume asam oksalat dengan KMnO4 yang
divariasi. Laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar
pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu
sedangkan tingkat reaksi merupakan salah satu cara memperkirakan sejauh mana
konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju reaksi tertentu.
Percobaan ini bersifat semi kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan
pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi. Reaksi yang akan diamati adalah reaksi
oksidasi reduksi apabila kalium permanganat (KMnO4) direaksikan dengan asam (H+).
Reaksi ini dikatakan semi kuantitatif, karena pada percobaan ini tidak secara langsung
dilakukan pengukuran konsentrasi, yang diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang
diperlukan ketika KMnO4 (berwarna ungu) terduksi menjadi Mn2+ (berwarna merah
kecoklatan). Persamaan reaksi reduksi oksidasi dari KMnO4 dan H2C2O4 dapat ditulis
sebagai berikut :
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengisi bret 1 dengan asam oksalat, buret 2
dengan akuades dan buret 3 dengan KMnO4. Pengisian KMnO4 pada buret harus dilakukan
dengan hati-hati karena KMnO4 merupakan oksidator kuat sehingga dikhawatirkan akan
menyebabkan kebocoran pada buret. Selanjutnya ditambahkan asam oksalat pada 5
erlenmeyer masing-masing 2, 3, 4, 5 dan 4 mL selanjutnya masing-masing Erlenmeyer
yang telah terisi ditambah dengan akuades masing-masing 2 mL. campuran asam oksalat
dan akuades dikocok kemudian ditambah dengan KMnO4 masing masing Erlenmeyer dari
Erlenmeyer 1 sampai 5 dengan volume 2, 3, 4, 5 dan 2. Pada penambahan KMnO4
dinyalakan stopwatch untuk menghitung waktu reaksi dari larutan. Stopwatch dimatikan
pada saat larutan berubah menjadi berwarna kemerahan.
Asam oksalat dan KMnO4 pada percobaan ini merupakan reaktan sedangkan
penambahan aquades berfungsi agar molekul-molekul asam oksalat dan kalium
permanganat terurai, sehingga jumlah partikel yang bereaksi semakin banyak. Jika asam
oksalat dan kalium permanganat langsung direaksikan tanpa diberi akuades maka yang
bertumbukan dan bereaksi kemungkinan hanyalah pada sisi-sisi partikel asam oksalat yang
kontak secara langsung dengan kalium permanganat, sedangkan sisi-sisi partikel yang
tidak terkontak tidak akan mengalami tumbukan dan tidak bereaksi.
Larutan asam oksalat ketika ditambahkan dengan aquades tidak mengalami
perubahan warna maupun menimbulkan bau tertentu. Ketika ditambahhkan dengan kalium
permanganat, secara perlahan larutan berubah warna menjadi ungu dan lama-lama menjadi
ungu pekat. Setelah beberapa saat, warna larutan yang semula berwarna ungu pekat
berubah menjadi merah kecoklatan. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan bilangan
oksidasi dari ion Mn yan semula +7 (berwana ungu) menjadi +2 (merah kecoklatan).
Selain itu dihasilkan gelembung-gelembung gas yang relatif berjumlah banyak.
Gelembung-gelembung tersebut merupakan gas CO2 yang dihasilkan pada saat reaksi.
Ketika lautan asam oksalat–kalium permanganat didiamkan beberapa saat warna
larutannya semakin lama semakin jernih. Jernihnya larutan tersebut disebakan adanya
molekul-molekul air yang dihasilkan pada reaksi. Secara lengkap reaksi dari asam oksalat
dan kalium permanganat adalah sebagai berikut:
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O x2
Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e x5
------------------------------------------------------------------ +
2MnO4- (aq) + 16H+ (aq) + 5C2O42- (aq) 2Mn2+ (aq) + 8H2O(l) +10CO2 (g)
Berdasarkan persaan diatas diatas jelas bahwa reaksi antara kalium permanganat dan asam
oksalat akan menghasilkan larutan yang berwarna merah kecoklatan (Mn2+), air (H2O), dan
gas CO2.
Berdasarkan data yang diperoleh semakin besar volume asam oksalat dan kalium
permanganate yang ditambahkan maka waktu yang dibutuhkan untuk berekasi menjadi
lebih sedikit. Volume yang bertambah sejalan dengan bertambahnya konsentrasi. Sesuai
dengan perhitungan yang dilakukan konsentrasi bertambah pada saat volume bertambah.
Erlenmeyer yang bereaksi dengan waktu yang paling lama adalah Erlenmeyer 1 yang berisi
2 mL akuades, 2 mL asam oksalat dan 2 mL KMnO4. Waktu reaksi yang paling cepat
adalah Erlenmeyer 4 dengan 5 mL asam oksalat dan 5 mL KMnO4. Erlenmeyer kelima
yang berisi 4 mL asam oksalat, 2 mL akuades dan 2 mL KMnO4 menghasilkan waktu yang
lebih lambat daripada Erlenmeyer 4. Hal ini dapat terjadi karena penambahan volume
KMnO4 yang hanya sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih lama.
Reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat dapat dikatakan sebagai autokatalisator
karena ion Mn2+ yang terbentuk sebagai katalis. Kemudian reaksi ini tidak perlu indikator
secara khusus untuk menentukan titik ekuivalen karena laju ditentukan dari perubahan
warna proses tersebut. Berdasarkan penjelasan dari literatur, katalis dapat mempercepat
terjadinya reaksi dengan membentuk kembali zat katalis itu pada akhir reaksi. Katalis
adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi dan menurunkan energi aktivasi.
Secara umum, katalis yang digunakan dalam reaksi kimia ada tiga jenis, yaitu katalis
homogen, katalis heterogen, biokatalis (enzim), dan autokatalis.
0.005
y = 0.0156x + 0.0013
0.004 R² = 0.9564
1/t
0.003
1/t
0.002 Linear (1/t)
0.001
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
C
0.005
y = 0.0364x + 0.0029
0.004 R² = 0.9363
1/t
0.003
Series1
0.002
Linear (Series1)
0.001
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
C2
-1.00 ln C
-1.20 Linear (ln C)
-1.40
-1.60
-1.80
-2.00
t
3 Series1
2 Linear (Series1)
1
0
0 100 200 300
t
0.02 Series1
0.015
Linear (Series1)
0.01
0.005
0
0 0.002 0.004 0.006
C
0.001
0.0008 Series1
0.0006 Linear (Series1)
0.0004
0.0002
0
0 0.002 0.004 0.006
C2
-3.4
ln C
Series1
-3.5
Linear (Series1)
-3.6
-3.7
-3.8
t
20 Series1
15
Linear (Series1)
10
5
0
0 100 200 300
t
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam praktikum kinetika reaksi ion permanganat dengan
asam oksalat adalah reaksi diantara ion permanganat dengan asam oksalat memiliki orde
reaksi total dua. Orde reaksi asam oksalat adalah 1 dan orde reaksi KMnO4 adalah 1.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya melakukan praktikum dengan hati-hati dan tanpa terburu-buru.
Pengocokan dan penambahan bahan sebaiknya secara konstan agar hasil yang diperoleh
baik dan sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
KMnO4 0,1 N
𝑁 0,1 𝑁
M = 𝐵𝐸 = = 0,10 𝑀
1
0.15
Series1
0.1
Linear (Series1)
0.05
0
0 0.002 0.004 0.006
C
0.03 Series1
0.02 Linear (Series1)
0.01
0
0 0.002 0.004 0.006
C2
-1 Series1
-1.2 Linear (Series1)
-1.4
-1.6
-1.8
-2
t
3 Series1
2 Linear (Series1)
1
0
0 100 200 300
t
Grafik C versus 1/t menggunakan konsentrasi (M) KMnO4 + asam oksalat + air
1/t C
0,00393 0,033
0,00472 0,036
0,00491 0,040
0,00512 0,042
0,00490 0,025
Grafik 1/t terhadap C KMnO4
0.045
y = 4.1454x + 0.0157
0.04
R² = 0.0819
0.035
0.03
0.025
1/t
0.02 Series1
0.015
Linear (Series1)
0.01
0.005
0
0 0.002 0.004 0.006
C
Grafik 1/t versus C2 menggunakan konsentrasi (M) KMnO4 + asam oksalat + air
1/t C
0,00393 0,001089
0,00472 0,001296
0,00491 0,0016
0,00512 0,001764
0,00490 0,000625
0.001
0.0008 Series1
0.0006 Linear (Series1)
0.0004
0.0002
0
0 0.002 0.004 0.006
C2
-3.4
ln C
Series1
-3.5
Linear (Series1)
-3.6
-3.7
-3.8
t
Grafik t versus 1/C menggunakan konsentrasi (M) KMnO4 + asam oksalat + air
1/C t
30,30 254,5
26,67 212
25,00 203,5
23,81 195,5
40 204
Grafik t terhadap 1/C KMnO4
45
40 y = 0.0389x + 20.84
35 R² = 0.0194
30
25
1/C
20 Series1
15
Linear (Series1)
10
5
0
0 100 200 300
t