Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA PADA ANAK

RSUD H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:

NAMA : THALITHA NOVIA

NIM : PO.62.20.1.17.347

POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA

SARJANA TERPAN KEPERAWATAN REGULER IV

TAHUN 2019
1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut
pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat.
Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas
cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur
2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita
umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur
kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.

B. ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a) Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri

E. colli Bakteri anaerob

Streptoccus group B Streptoccous group D

Listeria monocytogenes Haemophilllus influenzae


Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3 bulan Bakteri Bakteri

Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis

Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe


B

Virus Moraxella catharalis

Virus Adeno Staphylococcus aureus

Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus

Respiratory Syncytial Virus Virus sitomegalo

4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae


tipe B

Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

Virus Staphylococcus aureus

Virus Adeno Virus

Virus Influenza Virus Varisela-Zoster

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial virus


5 tahun – remaja Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae

Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial Virus

Virus Varisela-Zoster

b) Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,
pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat
dan kadang menyebabkan kematian.
c) Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia,
tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
d) Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari
paru.
C. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air
hunger, merintih, sianosis
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil

a) Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses
persalinan
b) Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya
melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.
c) Serangan apnea
d) Sianosis
e) Merintih
f) Napas cuping hidung
g) Takipnea
h) Letargi, muntah
i) Tidak mau minum
j) Takikardi atau bradikardi
k) Retraksi subkosta
l) Demam
m) Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam
pertama
n) Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
o) Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih
tinggi
Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar
a) Takipnea
b) Retraksi subkosta (chest indrawing)
c) Napas cuping hidung
d) Ronki
e) Sianosis
f) Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar
g) Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna
h) Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah
yang menimbulkan infiltrasi diafragma
i) Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.

D. PATOFISIOLOGI
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi
yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang
mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih,
kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang
biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena
sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau
alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang
memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke
sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini
akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma,
fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus
termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling
umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga
tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari
virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar
dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui
kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini
menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum,
pneumonia ini mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis
bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan
masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan
dalam pneumonia bakterial.
E. PATHWAY
Virus, bakteri, Protozoa, atau jamur

Infeksi saluran nafas

Terjadi peradangan

Perubahan membran alveolus-kapiler Produksi mukus meningkat

Sekresi yang tertahan Anoreksia

Bersihan jalan napas tidak efektif ketidakmampuan menelan makanan

Defisit nutrisi

Sumber: https://kusnulchotimah-fks15.web.unair.ac.id

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae;
bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau
mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan
mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior
lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar,
lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat
Staphylococcus atau bakteriemia.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi
yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah.
Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi
kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan
kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
c) Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi
empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z.
Nielsen.
d) Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila
titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk
menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
G. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan,
tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan
intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa,
elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik.
Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi
dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.
a) Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah
25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB
sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat
digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. Pneumoniae
dan bakteri atipik.
b) Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat
diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi .
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis. Antibiotik
yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-
laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila
keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10
hari.
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa klavulanat. Pada kasus yang
lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid
baru intravena, sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau
keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji:
a) Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat
penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang
menyertai.
b) Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernapasan tambahan, faring
hiperemis, pembesaan tonsil, sakit menelan.
c) Faktor perkembangan
Umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping,
kemampuan mengerti tindakn yang dilakukan.
d) Pengetahuan klien/keluarga
Pengalaman terkena penyakitr pernapasan, pengetahuan tentang penyakit
pernapasan dan tindakan yang dilakukan.
B. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Virus, bakteri, Bersihan jalan napas
1. Keluarga klien Protozoa, atau tidak efektif
mengatakan klien jamur
kesulitan mengeluarkan
dahak Infeksi saluran
DO: nafas
1. Klien tampak
mengelurkan sputum Terjadi peradangan
warna kuning
2. Klien tampak batuk Produksi mukus
produktif meningkat
3. Klien tampak sesak
4. Klien tampak gelisah Sekresi yang
tertahan

Bersihan jalan
napas tidak efektif
2 DS: Virus, bakteri, Gangguan
1. Kelurga klien Protozoa, atau pertukaran gas
mengatakan klien sesak jamur
saat bernapas
DO: Infeksi saluran
1. Klien tampak sianosis nafas

Terjadi peradangan

Perubahan
membran alveolus-
kapiler

Gangguan
pertukaran gas

3 DS: Virus, bakteri, Defisit nutrisi


1. Keluarga klien Protozoa, atau
mengatakan klien tidak jamur
nafsu makan
DO: Infeksi saluran
1. Klien tampak tidak nafas
menghabiskan
makanannya Terjadi peradangan
2. Klien tampak mengalami
penurunan berat badan Produksi mukus
10% dibawah rentang meningkat
ideal
Anoreksia
Ketidakmampuan
menelan makanan

Defisit nutrisi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran alveolus-
kapiler
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
D. RENCANA KEPERAWATAN

N T Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


o gl Keperawatan hasil
1 Bersihan Setelah dilakukan 1. Monitor pola 1. Untuk
jalan napas tindakan napas mengetahui pola
tidak efektif keperawatan 2. Monitor napas klien
selama ..x 24 jam kemampuan batuk 2. Untuk
diharakan bersihan efektif mengetahui
jalan napas tidak 3. monitor adanya kemampuan
efektif dapat sumbatan jalan klien dalam
teratasi dengan napas batuk efektif
kriteria hasil: 4. 3. Untuk
1. klien bisa dokumentasikan mengetahui
mengeluarkan hasil pemantauan adanya sumbatan
dahak 5. Jelaskan tujuan jalan napas
2. klien tidak sesak dan prosedur 4. Untuk
napas lagi pemantauan mengetahui
3. klien tampak perkembangan
tenang klien
5. Untuk klien
mengetahui
tujuan dan
prosedur dari
pemantauan
2 Gangguan Setelah dilakukan 1.identifikasi 1.Untuk mengetahui
pertukaran tindakan indikasi dilakukan indikasi dari
gas keperawatan fisioterapi dada fisioterapi dada
selama ..x 24 jam (mis. ada sputum 2. Untuk
diharakan yang tertahan) mengetahui jumlah
gangguan 2. monitor jumlah dan karakter dari
pertukaran gas dan karakter sputum
dapat teratasi sputum 3. Untuk
dengan kriteria 3. lakukan perkusi memudahkan dalam
hasil: dengan posisi pengeluran sekret
1. Klien tampak telapak tangan 4. Agar tidak
tidak sesak ditangkupkan membuat klien
dalam bernapas selama 3-5 menit mengelurkan
2. Klien tidak 4. lakukan makanannya
sianosis fisioterapi dada 5. Jika sputum tidak
setidaknya dua dapat keluar
jam setelah 6. Untuk
makan mengelurkan
5. Lakukan sputum
penghisapan
lendir untuk
mengeluarkan
sekret, jika perlu
6. Ajarkan batuk
segera setelah
prosedur selesai
Defisit
3 nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
3 tindakan status nutrisi mengetahui
3 keperawatan 2. Berikan status nutrisi
3 selama ..x 24 jam suplemen 2. Untuk
3 diharakan defisit makan, jika menambah nafsu
3 nutrisi dapat perlu makan
3 teratasi dengan 3. Anjurkan 3. Agar tidak terjadi
3 kriteria hasil: posisi duduk, aspirasi
3 1. Nafsu makan jika perlu 4. Untuk
klien 4. Kolaborasi mengetahui
meningkat dengan ahli jumlah kalori dan
2. BB klien gizi untk jenis nutrien
bertambah menentukan yang diperlukan
jumlah kalori oleh tubuh
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu
Daftar Pustaka

Smeltzer, Bare (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi
12. Volume 2. Jakarta, EGC
Setiasi, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing
https://kusnulchotimah-fks15.web.unair.ac.id
PPNI (2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai