ANEMIA
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Belajar Lapangan
(PBL)
Disusun Oleh
Sentia Dewi NPM: AK.1.14.083
Ruangan Anyelir I
1.1 PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (BPOM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. (Smeltzer & Bare, 2002)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
1.2 ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu
dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil
KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).
Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi
dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit
ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing
tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang
parah.
1.4 PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. (Sjaifoellah, 2006)
1.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1) Transpalasi sel darah merah
2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas ayng
membutuhkan oksigen
5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayur hijau
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya):
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)
2. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
c. Mengatur makanan ayng mengandung zat beso, usahakan
makananan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
3. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selamahidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi (Doenges,
1999) :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : - Keletihan, kelemahan, malaise umum.
- Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
- Toleransi terhadap latihan rendah
- kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : - Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- .Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda
lainnya yang menunjukkan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala : - Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI
kronis, menstruasi berat; angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebih)
- Riwayat endo karditis infeksi kronik
- Palpitasi
Tanda : - TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan
tekanan nadi melebar, hipotensi postural
- Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST
dan pendataran arau depresi gelombang T; takikardia
- Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit daan membran
mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku;
kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (PA)
- Sklera (Biru atau utih)
- Pengisian kapiler melambat
- kuku mudah patah
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature.
3. Eliminasi
Gejala : - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunanhaluaran urin
Tanda : Distensi Abdomen
4. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya
penurunn berat badan.
Tanda : - Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
- Membran mukosa kering, pucat
- Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisita
- Stomatitis dan glositis
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, keseimbangan buruk, sensasi
menjadi dingin.
Tanda : gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7. Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8. Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore,
hilang libido (pria dan wanita), impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
6. Monitor masukan
6. Untuk megetahui
nutrisi, keluaran urine,
apabila terjadi
dan berat badan pasien
ketidakseimbangan
dengan tepat
cairan sehingga dapat
diberikan intervensi yang
tepat kepada pasien
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Menentukan 1. Dapat menentukan
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan kerjasama degan ahli dengan tepat kebutuhan
kebutuhan tubuh selama ...x 24 jam gizi jumlah kalori yang nutrisi pada pasien
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan tepat dan jenis nutrisi
intake nutrisi yang tidak nutrisi pasien yang dibutuhkan untuk
adekuat tercukupi dengen memenuhi persyaratan
kriteria hasil: gizi
1. Intake nutrisi 2. Mendorong
2. Membantu
sesuai kebutuhan peningkatan konsumsi
kebutuhan nutrisi pada
2. Intake
protein, zat besi, dan
klien agar terpenuhi
makanan sesuai
vitamin C sesuai.
dengan baik
kebutuhan 3. Memberikan pasien
3. Intake cairan
protein tinggi, kalori 3. Memenuhi
sesuai kebutuhan
tinggi, makanan dan kebutuhan nutrisi pasien
4. Pasien tidak
minuman bergizi yang
menunjukan tanda-
siap dapat dikonsumsi
tanda kekurangan
dengan sesuai
energi
4. Monitor catatan
5. Kadar Ht
asupan untuk kandungan
normal 4. Memastikan
gizi da kalori
kandungan nutrisi pada
5. Timbang BB klien makanan pasien sudah
pada interval yang tepat tepat sesuai indikasi
5. Untuk mengetahui
perkembangan berat
6. Memberikan
badan pasien
informasi yang tepat
6. Untuk nantinya agar
tentang kebutuhan nutrisi
keluarga pasien mampu
dan bagaimana
menentukan dengan
memenuhinya
tepat kebutuhan nutrisi
pada pasien.
3. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Monitor respon 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan kardiorespirasi terhadap tanda-tanda yang muncul
kelemahan umum selama .... x 24 jam aktivitas (takikardi, yang menyebabkan
diharapkan klien dapat disritmia, dispneu, intoleransi aktivitas pada
kembali beraktifitas diaphoresis, pucat, klien
dengan kriteria hasil : tekanan hemodinamik
1. Keseimbangan
dan jumlah respirasi)
aktifitas dan 2. Bantu pasien untuk 2. Agar klien tidak
istirahat mengidentifikasi pilihan- melakukan aktivitas
2. Menggunakan
pilihan aktivitas yang berlebihan
tidur dan istirahat 3. Rencana aktivitas 3. Agar aktivitas yang
untuk memulihkan untuk periode dimana dilakukan berjalan
energy pasien mempunyai optimal
3. Berpartisipasi
energi paling banyak
4. Untuk mengetahui
dalam aktifitas 4. Monitor pola tidur
apakah klien mengalami
fisik tanpa disertai pasien dan jumlah tidur
gangguan
peningkatan
5. Monitor pasien dari 5. Istirahat yang cukup
tekanan darah,
kelelahan fisik dan mampu memulihkan
nadi, RR.
emosional berlebihan energi klien sehingga
klien tidak merasa lelah
lagi
6. Monitor pasien dari 6. Karena kelelahan
kelelahan fisik dan fisik dan emosional yang
emosional berlebihan. berlebihan dapat
membuang energy klien
lebih banyak
4. Defisiensi pengetahuan Setelah diberikan 1. Nilai pengetahuan 1. Membantu dalam
berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tentang spesifik penaympaian informasi
kurangnya pajanan selama ... x 24 jam penyakitnya yang akan diberikan
2. Tanyakan 2. Mengkaji tingkat
diharapkan
pengetahuan klie tentang pengetahuan pasien
pengetahuan klien
3. Membantu dalam
kondisinya
bertambah dengan
3. Gali kemampuan proses terapi
kriteria hasil: 4. Pasien akan
klien untuk gejalanya
1. Klien
4. Diskusikan untuk dilibatkan langsung
mengetahui
spesifik memilih terapy/ dalam proses
penyakitnya perawatan peneymbuhan sehingga
2. Klien
merasa lebih nyaman.
mengetahui faktor
penyebab
penyakitnya
3. Klien
mengetahui tanda
dan gejala
penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah P, dkk. 2012. Anemia Gravis Et Causa Perdarahan Pervaginam.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman:
Purwokerto.
Bulechek G, Butcher H, Dochterman J. 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC), fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan (3 ed.). Jakarta: EGC.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC), fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012 - 2014. (M. Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans.) Jakarta:
EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action
Publishing.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.
Suryadi, & Yuliani, R. (2001). Praktek klinik asuhan keperawatan pada anak.
Jakarta: Sagung Seto.