Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMASI TOKSIKOLOGI

ANTIAGINA-NITRAT

Oleh
A2D
Komang Ratih Tirtayani 171200251
Kurniawan Wisnu Putra 171200252
Hadya Aswamadanti 171200253
Ni Kadek Ayu Surya Adnyani 171200255
Ni Kadek Wiwin Natali 171200255

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadapan Tuhan Ynag Maha
Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Antiagina-Nitrat tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Farmasi
Toksikologi pada Semester III, Prodi Farmasi Klinis, Institut Ilmu Kesehatan
Medika Persada Bali. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk melatih
kreatifitas siswa dalam menulis dan menambah wawasan mahasiswa dalam
pelajaran aside-alkalimetri.
Banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan
makalah ini. Namun demikian, berkat kerja keras dan adanya bantuan dari
berbagai pihak, kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu,
melalui pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Made
Oka Dwicandra, S. Farm., M. Farm., Apt. selaku pengampu mata kuliah
Farmasi Toksikologi.
Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan demi sempurnya
karya-karya penulis berikutnya. Semoga tulisan kecil ini ada manfatnya.
Om Santih Santih Santih Om

Denpasar, 19 November 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................

KATA PENGATAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang ............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................3
1.4. Manfaat.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
2.1. Mekanisme Kerja Obat dan Tempat Kerja Obat............................4
2.2. Penggolongan Obat........................................................................6
2.3. Pengunaan Obat Secara Klinis ......................................................8

BAB III PENUTUP......................................................................................12

3.1. Kesimpulan.................................................................................12
3.2. Saran...........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

ii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Problem kesehatan yang menjadi pusat perhatian dunia salah satunya
adalah penyakit kardiovaskular. Di Indonesia telah terjadi peningkatan
kasus penyakit kardiovaskular, peningkatan ini terjadi tidak hanya di
Indonesia tetapi hampir disemua Negara maju. Data dari Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan terjadinya peningkatan
prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia dibandingkan 1980, yaitu
dari urutan kesembilan menjadi urutan keenam. Sedangkan survey tahun
1994 menunjukkan penyakit ini merupakan penyebab kematian pertama
untuk usia diatas 40 tahun, sedangkan survey tahun 1995 melaporkan
penyakit ini merupakan penyebab kematian pertama untuk usia diatas 35
tahun.
Salah satu penyebab penyakit kardiovaskular adalah angina pectoris
yaitu suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang
di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Angina pectoris
adalah deskripsi dari sekumpulan gejala khas yang berkaitan dengan
iskemia miokard dan biasanya diakibatkan oleh penyempitan ateromatosa
arteri koroner. Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak
seimbangan antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen
pada salah satu bagian jantung. Gejala ini termasuk rasa terikat pada dada,
biasanya retrosternal dan sering menjalar ke lengan, dipresipitasi oleh
aktivitas dan membaik dengn istirahat serta pemberian nitrat. (Andrajati,
retnosari dkk, 2013)

1
2

Rasa tidak enak tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan,
rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa
seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit
di daerah retrosternal, tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu,
punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar
ke lengan kanan. Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai,
sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi
akibat ischemia miokard. Aritmia maligna merupakan salah satu penyebab
kematian mendadak pada pasien iskemia jantung. (Olson,James. 2004)
Sebuah episode angina bukanlah serangan jantung yang sebenarnya,
melainkan rasa sakit yang disebabkan oleh karena otot jantung menerima
darah terlalu sedikit untuk sementara waktu. Kondisi sementara mungkin
merupakan hasil dari kegiatan yang berat seperti olahraga dan tidak selalu
menunjukkan bahwa otot jantung mengalami kerusakan permanen.
Bahkan, episode angina jarang menyebabkan kerusakan permanen otot
jantung. (Andrajati, retnosari dkk, 2013)
Berkurangnya suplai oksigen pada iskemia jantung menimbulkan
gejala angina pectoris atau tanpa genjala (silent). Gejala klasik angina
pectoris ditandai oleh adanya refered pain daerah dermatom yang
dipersarafi oleh segmen T1-t4, yaitu nyeri substernal menjalar ke lengan
kiri bagian medial. Bila iskemia berlangsung lama dan berat, maka akan
terjadi infark jantung. (Katzung,Bertram G dkk. 2002)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Antiangina – Nitrat?
2. Bagaimana etiologi dari Antiangina – Nitrat tersebut?
3. Bagaimana patofisiologi dari Antiangina – Nitrat?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat dan tempat kerja obat untuk
Antiangina – Nitrat ini?
3

5. Bagaimana golongan obat dari Antiangina – Nitrat (Farmakokinetik dan


Farmakodinamik) ini?
6. Bagaimana penggunaan obat Antiangina – Nitrat ini secara klinis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Antiangina – Nitrat
2. Untuk mengetahui etiologi dari Antiangina – Nitrat tersebut
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Antiangina – Nitrat
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat dan tempat kerja obat untuk
Antiangina – Nitrat ini
5. Untuk mengetahui golongan obat dari Antiangina – Nitrat
(Farmakokinetik dan Farmakodinamik) ini
6. Untuk mengetahui penggunaan obat Antiangina – Nitrat ini secara klinis

1.4 Manfaat
Agar bisa mengetahui tentang Antiangina – Nitrat mulai dari definisi,
etiologinya, patofisiologinya, bagaimana mekanisme kerja obat dan tempat
kerja obat untuk Antiangina – Nitrat, golongan obatnya (Farmakokinetik
dan Farmakodinamik), dan penggunaan obat dari Antiangina – Nitrat
secara klinis, serta dapat digunakan untuk referensi kedepannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Kerja Obat dan Tempat Kerja Obat

Mekanisme kerja obat secara umum terdapat tiga fase yaitu


farmasetis, farmakokinetik dan farmakodinamik. Fase farmasetis
merupakan fase dimana obat mulai masuk kedalam saluran pencernaan
hingga zat aktif tersedia untuk di absorbs. Fase farmakokinetik merupakan
fase dimana zat aktif siap untuk diabsorbsi, distribusi, deposisi,
biotransformasi hingga di ekstresikan dan siap memberikan efek, atau dapat
dikatakan fase farmakokinetik merupakan respon tubuh terhadap obat.
Sedangkan fase farmakodinamik adalah fase terjadinya interaksi obat
dengan reseptor dalam organ efektor sehingga menimbulkan efek
farmakologis yaitu efek klinis atau efek toksik, dapat juga dikatakan fase
farmakodinamik yaitu perlakuan obat terhadap tubuh. Senyawa nitrat
berguna dalam pengobatan angina. Walaupun, senyawa nitrat merupakan
vasodilator koroner yang poten, manfaat utamanya adalah mengurangi alir
balik vena sehingga mengurangi beban ventrikel kiri (Katzung,Bertram G
dkk. 2002).

Mekanisme nitrat organic, setelah masuk kedalam tubuh dan zat


aktifnya siap untuk diabsorpi maka nitrat organic akan diabsorbsi dengan
baik lewat kulit, mukosa sublingual dan oral. Metabolisme obat-obat ini
dilakukan oleh nitrat reduktase dalam hati yang mengubah nitrat organic
larut lemak menjadi metabolitnya yang larut air yang tidak aktif atau
mempunyai efek vasodilatasi lemah. Efek lintas pertama dalam hati ini
menyebabkan bioavailabilitas nitrat organic oral sangat kecil ( nitrogliserin

4
5

dan isosorbid dinitrat <20%). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kadar
obat dalam darah secara cepat,serangan akut angina diatasi dengan preparat
sublingual. Bila diinginkan masa kerja yang lebih panjang maka digunakan
nitrat organic oral. Sebagian besar nitrat organic dieksresikan melalui gnjal
(Neal,2006).

Secara in vivo nitrat organic merupakan produk yaitu menjadi aktif


setelah dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO,
endothelial derved relaxing factor / EDRF). Biotransformasi nitrat organic
berlangsung intraseluler ini dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstra sel
dan reduced tiol ( glutation ) intrasel. NO akan membentuk kompleks
nitrosoheme dengan guanilat siklase dan menstimulasi enzim ini sehingga
kadar cGMP meningkat.selanjutnya cGMP akan menyebabkan defosforilasi
myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek vasodilatasi pertama ini
bersifat non endothelium-dependent (Neal,2006; Katzung,Bertram G dkk.
2002).

Mekanisme kedua nitrat organic adalah bersifat endothelium-


dependent, dimana akibat pemberian obat ini akan dilepaskan prostasiklin
(PGI2) dari endothelium yang bersifat vasodilator. Pada keadaan dimana
endothelium mengalai kerusakan seperti aterosklerosis dan iskemia, efek ini
hilang. Atas dasar kedua hal ini maka nitrat organic dapat menimbulkan
vasodilatasi dan mempunyai efek antiagregasi trombosit (Katzung,Bertram
G dkk. 2002).

Mekanisme nitrat organic dalam memberikan efek kardiovaskuler


dengan cara nitrat organic akan menurunkan kebutuhan dan meningkatkan
suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vascular. Sehingga nitrat
organic dapat menimbulkan vasodilatasi semua system vascular. Pada dosis
rendah nitrat organic menimbulkan venodilatasi sehingga terjadi
6

pengumpalan darah pada vena perifer dan dalam splanknikus. Venous


pooling ini menyebabkan berkurangnya alir balik darah kedalam jantung,
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan ( preload) menurun.
Dengan cara ini, maka kebutuhan oksigen miokard akan menurun. Nitrat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner yang besar didaerah
epikardial dan bukan pembuluh darah yang kecil (arteriol), sehingga tidak
terjadi steal phenomenon. Steal phenomenon adalah suatu keadaan
berkurangnya aliran darah di daerah iskemik karena akan terjadinya
vasodilatasi pada daerah normal oleh pemberian vasodilator (arteriol),
sehingga perfusi di jaringan sehat menjadi lebih baik (Neal,2006;
Katzung,Bertram G dkk. 2002).

2.2 Penggolongan Obat

Dilihat dari farmakokinetiknya, nitrat organik mengalami


denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase dalam hati.
Golongan nitrat lebih mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya
bersifat lebih larut dalam air sehingga efek vasodilatasi dari metabolitnya
lebih lemah atau hilang. Maka dari itu berdasarkan cara kerjanya sediaan
nitrat organic dibagi menjadi dua golongan yaitu nitrat organic dengan
kerja singkat dan nitrat organic dengan kerja lama (Departemen
Farmakoterapi dan Terapiutik,2007).

Nitrat organic yang bekerja sediaan secara singkat atau pendek


biasanya ditujukan untuk serangan akut, dengan sediaan tablet sublingual
atau semprot, yang bekerja selama 30 menit. Nitrat organic yang bekerja
secara singkat adalah gliseril trinitat yang bekerja untuk mencegah
serangan daripada menghentikan serangan yang sudah terjadi. Pacth berisi
gliseril trinitrat ( pemberian transdermal) mempunyai durasi kerja panjang
yaitu selama 24 jam. Nitrat organic yang bekerja secara lama atau panjang
7

lebih bersifat stabil dan bias efektif selama beberapa jam, tergantung pada
obat dan sediaan yang digunakan (sublingual,oral, oral lepas lambat).
Contohnya isosorbid nitrat yang banyak digunakan karena cepat
dimetabolisme oleh hati dan isosorbid mononitrat yang merupakan
metabolit aktif utama dari nitrat yang tidak dapat diperkirakan
(Departemen Farmakoterapi dan Terapiutik,2007; stringer,2008).

Farmakokinetik dari isosorbid dinitarat ialah dalam fase absorbsi


bioavailabilitas (Isosorbid dinitrat) mudah (dan hampir sepenuhnya)
diserap dari saluran pencernaan dan mukosa mulut, tetapi variasi yang
cukup besar dalam bioavailabilitas (10-90%) sekunder untuk metabolisme
lintas pertama yang ekstensif di liver. Pendistribusiannya luas,
didistribusikan ke jaringan tubuh manusia dan cairan belum sepenuhnya
dikarakterisasi. Tidak diketahui apakah isosorbid dinitrat dan isosorbid
mononitrat didistribusikan ke susu (ASI). Protein plasma binding Isosorbid
dinitrat: Sekitar 28%. Isosorbid dinitrat dimetabolisme luas, sekitar 15-25
dan 75-85% dari dosis dimetabolisme menjadi isosorbid-2-mononitrat dan
isosorbid-5-mononitrate (disebut hanya sebagai isosorbid mononitrat),
masing-masing; kedua metabolit yang aktif secara farmakologi,
mononitrate.200 terutama isosorbid. Sebagian besar dieliminasi melalui
urine (Departemen Farmakoterapi dan Terapiutik,2007; stringer,2008).

Farmakokinetik dari isosorbid mononitrat dalam fase absorbis


bioavailabilitas (isosorbid mononitrat) mudah diserap dari saluran
pencernaan; tidak mengalami metabolisme lintas pertama di hati.
Pendistribusiannya luas, didistribusikan ke jaringan tubuh manusia dan
cairan belum sepenuhnya dikarakterisasi. Tidak diketahui apakah isosorbid
dinitrat dan isosorbid mononitrat didistribusikan ke susu (ASI). Protein
plasma binding Isosorbid dinitrat: Sekitar 4-5%. sosorbid mononitrat
dimetabolisme terutama di hati, tapi tidak seperti isosorbid dinitrat, tidak
8

mengalami metabolisme lintas pertama, metabolit tampak farmakologi


inactive (stringer,2008).

Farmakodinamik : terjadinya dilatasi pembuluh darah sehinggs


dapat menyebabkan hipotensi dan terjadinya sinkop. Relaksasi otot polos
menyebabkan nitrat organik membentuk NO dan menstimulasi guanilat
siklase sehinnga dapat menyebabkan kadar siklik-GMP meningkat
terjadinya relaksasi otot polos (vasodilatasi) maka menghilangkan nyeri
dada yang bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja
jantung. Pada dosis tinggi dan pemberian cepat venodilatasi dan dilatasi
arteriole perifer akan menyebabkan tekanan sistol dan diastol menurun ,
curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi). Efek
hipotensi terutama pada posisi berdiri karena semakin banyak darah yang
menggumpul di vena sehingga curah darah jantung menurun. Menurunya
kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik, penurunan
aliran darah balik ke jantung. Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi
pada hampir semua otot polos: bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi
efeknya sekilas yang tidak digunakan di klinik (Departemen
Farmakoterapi dan Terapiutik,2007; stringer,2008).

2.3 Penggunaan Obat Secara Klinis


Terapi farmakologis untuk angina pektoris meliputi
penggunaan obat golongan nitrat, obat golongan antagonis adrenoreseptor
β dan antagonis kalsium. Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan)
pertama dalam pengobatan angina pektoris. Mekanisme kerja obat
golongan nitrat dimulai ketika metabolisme obat pertama kali melepaskan
ion nitit (NO2–), suatu proses yang membutuhkan tiol jaringan. Di dalam
sel, NO2– diubah menjadi nitrat oksida (NO), yang kemudian
mengaktivasi guanilat siklase, yang menyebabkan peningkatan
9

konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot


polos vaskular. Bagaimana cGMP menyebabkan relaksasi, belum
diketahui secara jelas, tetapi hal tersebut akhirnya menyebabkan
defosforisasi miosin rantai pendek (MCL), kemungkinan dengan
menurunkan konsentrasi ion Ca2+ bebas dalam sitosol. Hal tersebut akan
menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat
organik menurunkan kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah
sistemik. Venodilatasi menyebabkan penurunan aliran darah balik ke
jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban hulu) dan
volume ventrikel menurun. Beban hulu yang menurun juga memperbaiki
perfusi sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi
perifer sehingga tegangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir)
berkurang. Akibatnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi
berkurang. Ini merupakan mekanisme antiangina yang utama dari nitrat
organik (Setiawati,2001)

1. Isosorbid mononitrat
a. Generik: -
b. Merek dagang (brand name):
Distributor dari Indonesia: Elantan® (Pharos) tablet 20 mg, 40 mg;
Monecta* (Pratama Nirmala) tablet 10 mg, 20 mg; Pentacad ® (Darya
Varia) tablet 20 mg.
Distributor dari luar negeri: Imdur® ( Astra pharmaceuticals-Australia)
tablet pelepasan lambat 60 mg; Mono Mack® (Heinrich Mack Nachf-
Jerman) tablet 40 mg dan tablet pelepasan lambat 50 mg; Mono Mack ® 50
D (Heinrich Mack Nachf-Jerman) tablet pelepasan lambat 50 mg dan
Drops 40 mg.
c. Indikasi: profilaksis angina, tambahan pada gagal jantung kongestif.
10

d. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi dan hipovolemia,


kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung,
perikarditis konstriktif, stenosis mitral, anemia berat, trauma kepala,
pendarahan otak, dan glaukoma sudut sempit.
e. Dosis dan aturan pakai: dosis awal 20 mg, 2-3 kali sehari atau 40 mg, 2
kali sehari (10 mg, 2 kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima
nitrat sebelumnya), bila perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis terbagi.
f. Efek samping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing hipotensi
postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksial).
Risiko khusus:
Kehamilan : faktor risiko C
Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain
diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, akantetapi pengubahan
dosis obat tidak dibutuhkan pada pasien usia lanjut yang mengalami
gangguan fungsi ginjal.
Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat
dimetabolisme di hati, akantetapi pengubahan dosis obat tidak dibutuhkan
pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan fungsi hepar
(Setiawati,2001)

2. Isosorbid dinitrat
a. Generik: Isosorbid Dinitrat tablet sublingual 5 mg, 10 mg.
b. Merek dagang (brand name):
Distributor dari Indonesia: Isoket® (Pharos) tablet 5 mg, 10 mg; Isoket
Retard® (Pharos) tablet pelepasan lambat 20 mg, 40 mg, cairan injeksi 1
mg/ml, aerosol 25 mg/ml, krim 100 mg/g; Farsorbid ® (Pratama Nirmala)
tablet sublingual 5 mg, 10 mg; Cedocard® (Darya Varia) tablet 5 mg, 10
11

mg, 20 mg; Cedocard Retard® (Darya Varia) tablet pelepasan lambat 20


mg.
Distributor dari luar negeri: Isomack Retard® (Heinrich Mack Nachf-
Jerman) kapsul 20 mg; Isomack Spray® (Heinrich Mack Nachf-Jerman)
buccal spray 13,9 mg/ml; Td. Spray Iso Mack (Heinrich Mack Nachf-
Jerman) spray transdermal 96,7 mg/ml; Vascardin (Nicholas) tablet 5 mg,
10 mg.
c. Indikasi: profilaksis dan pengobatan angina, gagal jantung kiri.
d. Kontraindikasi: lihat Isosorbid mononitrat.
e. Dosis dan aturan pakai: oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg;
gagal jantung kiri 40-160 mg sampai 240 mg bila perlu. Infus intravena 2-
10 mg/jam, dosis lebih tinggi sampai 20 mg/ jam mungkin diperlukan.
f. Efek samping: lihat isosorbid mononitrat
Risiko khusus:
Kehamilan : faktor risiko C
Menyusui : ekskresi melalui air susu tidak diketahui
Gagal ginjal : obat dapat memperparah kerusakan ginjal karena obat selain
diekskresi melalui feses juga dieksresi melalui urin, sehingga dosis obat
perlu diturunkan.
Kelainan hepar : obat dapat memperparah kerusakan hati karena obat
dimetabolisme di hati, sehingga dosis obat perlu diturunkan
(Setiawati,2001).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan
antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah
satu bagian jantung. Mekanisme antiangina nitrat terdiri dari tiga fase yaitu
fase farmasetis, farmakokinetik dan farmakodinamik. Adapun
penggolongan obatnya berdasarkan sediaan ada yang bekerja pendek dan
bekerja panjang, contohnya adalah isosorbid dinitrat, gliserin trinitrat dan
isosorbid mononitrat. Penggunaan obat secara klinis meliputi dari indikasi,
dosis, efek samping obat, kontra indikasi.
3.2 Saran
Banyak kekurangan dari tulisan ini maka para pembaca tidak boleh
hanya berpatokkan dengan tulisan ini saja, untuk kedepannya penulis akan
menulis dengan lebih baik dan menggunakan sumber-sumber yang
terpercaya sehingga materi yang di paparkan lebih rinci dan benar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andrajati, retnosari dkk.2013. ISO farmakoterapi. Jakarta : PT.ISFI penerbitan

Departemen Farmakologi dan Terapeutik UI. 2007. Farmakologi dan Terapi


Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Katzung,Bertram G dkk. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12.Jakarta:


EGC

Neal, J Michael. 2006. At a Glance Famakologi Medis edisi kelima. Jakarta:


Erlangga

Olson,James. 2004. Farmakologi. Jakarta: buku kedokteran EGC

Setyawati dan Suyatna. 2001. Farmakologi dan Terapi obat Antiangina Edisi
IV. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi Panduan untuk


Mahasiswa. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai