Agroekoteknologi 2017
1. Pendahuluan
Pupuk merupakan sumber hara dan sarana produksi yang penting dalam
meningkatkan produktivitas tanaman, terutama padi. Menurut Adiningsih et
al (1989), 85% dari total kebutuhan pupuk di sektor pertanian digunakan oleh
petani untuk meningkatkan produksi padi, terutama di lahan sawah irigasi.
Namun dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus selain berdampak negatif pada lingkungan, tapi juga dapat
menurunkan tingkat efisiensi pemupukan.
Oleh sebab itu, penggunan pupuk secara tepat yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi lahan sangat penting dilakukan guna
meningkatkan efesienesi pemupukan. Pemanfaatan cadangan P tanah harus
dilakukan secara optimal guna mempertahankan produktivitas dan
meningkatkan efesiensi pemupukan. Pada lahan irigasi intensif, pemanfaatan
cadabgab P tanah dapat mengurangi timbunan P dalam tanah akibat
pemupukan secara berlebihan atau terus menerus. Penggunaan jenis pupuk
tertentu akan sangat menguntungkan baik segi ekonomis, teknis, dan
lingkungan apabila dalam pemberiannya telah memperhitungkan besar
kecilnya cadangan P dalam tanah.
2.1 Metode
Namun ada masalah yang perlu diketahui bahwa sebagian besar P baik
yang berada di dalam tanah maupun yang ditambahkan sering berada pada
keadaan yang tidak tersedia bagi tanaman, walaupun keadaan tanahnya sangat
baik. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan sebagai penduga
besarnya cadangan hara dalam tanah, antara lain melalui :
(1) Analisis kimia tanah di laboratorium, merupakan salah satu cara untuk
mengetahui berapa takaran pemupukan yang dapat diberikan ke suatu
tanaman atau tanah. Setyorini (2004) membagi tahapan ini menjadi tiga
tahapan , yaitu (i) studi korelasi untuk mengetahui metode ekstraksi terbaik
dalam analisis tanah, (ii) studi kalibrasi untuk mengetahui batas kritis suatu
hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, (iii) penyusunan rekomendasi
pemupukan untuk beberapa jeni tanaman pada jenis tanah tertentu.
(2) Perangkat sederhana Uji Tanah Sawah (Soil Test Kit), merupakan alat
bantu analisis kimia yang cepat, mudah, relatif akurat, dan sederhana untuk
penetapan unsur pH, nitrat (NO3+), amonium (NH4-), fosfor (P) dan kalium (K)
di lapang (Widowati 2004). Namun alat ini diarahkan untuk penetapan
kandungan P dan K dalam tanah. Adapun cara kerjanya , yaitu : (i)
mengambil contoh tanah seberat 0,5 gram ke dalam tabung reaksi, (ii)
menambahkan pereaksi P1 sebanyak 3 ml, (iii) menambahkan pereaksi P2
sebanyak satu sendok kecil , lalu dikocok hingga larut, (iv) lalu didiamkan
hingga kurang lebih selama 10 menit, hingga tanah mengendap, dan (v)
membandingkan warna yang tampak pada cairan jernih dengan dengan
bagian warna standar untuk menentukan status P tanah, rendah, sedang, atau
tinggi.
(3) penilaian tanggapan tanaman terhadap pupuk dengan metode petak omisi,
Abdulrachman et al. (2002) mengartikan petak omisi sebagai petak kecil yang
ditanami padi tanpa penggunaan satu jenis pupuk tertentu tetapi tanaman
dikelola secara optimal, sehingga kemungkinan terjadinya kendala
pertumbuhan yang disebabkan oleh faktor selain hara yang tidak diberikan
dapat dihindari. Rekomendasi pemupukan berdasarkan metode petak omisi
mengikuti prinsip hara yang diberikan hanya untuk menutupi defisit antara
yang diperlukan tanaman dengan pasokan hara alami di tanah. Hasil panen
pada petak omisi dapat digunakan sebagai indikator besarnya cadangan
pasokan hara dalam tanah sawah tanpa harus melakukan analisis tanah.
Peta dengan skala yang lebih kecil dijadikan sebagai bahan acuan untuk
pengadaan dan pendistribusian pupuk P , sedangkan peta dengan skala yang
besar digunakan untuk memberikan pengrekomendasian untuk pemupukan.
Namun metode ini masih dirasa kurang efektif dan dibutuhkan metode
pendukung lainnya.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Widowati, L.R. 2004. Pengenalan Perangkat Uji Tanah Untuk Analisis Cepat
Kandungan P dan K Tanah. LPI dan APPI. Jakarta.