Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN TAKARAN PUPUK FOSFAT UNTUK

TANAMAN PADI SAWAH

Dimas Rahmad Nur Muttaqin 1703015053

Agroekoteknologi 2017

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman, diperlukan pasokan hara


yang dapat bersumber dari mana saja. Menurut Dobermann dan Fairhurst
(2000), setiap ton gabah membutuhkan sekitar 2,6 kg P/ha. Banyak cara
tanaman dalam memperoleh hara tersebut seperti tanah, sisa tanaman, air
irigasi atau dari pupuk (organik maupun anorganik). Oleh karena itu, makin
tinggi hasil yang didapat makin besar juga hara P yang dibutuhkan, dan
begitu juga sebaliknya.

Pupuk merupakan sumber hara dan sarana produksi yang penting dalam
meningkatkan produktivitas tanaman, terutama padi. Menurut Adiningsih et
al (1989), 85% dari total kebutuhan pupuk di sektor pertanian digunakan oleh
petani untuk meningkatkan produksi padi, terutama di lahan sawah irigasi.
Namun dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus selain berdampak negatif pada lingkungan, tapi juga dapat
menurunkan tingkat efisiensi pemupukan.

Oleh sebab itu, penggunan pupuk secara tepat yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi lahan sangat penting dilakukan guna
meningkatkan efesienesi pemupukan. Pemanfaatan cadangan P tanah harus
dilakukan secara optimal guna mempertahankan produktivitas dan
meningkatkan efesiensi pemupukan. Pada lahan irigasi intensif, pemanfaatan
cadabgab P tanah dapat mengurangi timbunan P dalam tanah akibat
pemupukan secara berlebihan atau terus menerus. Penggunaan jenis pupuk
tertentu akan sangat menguntungkan baik segi ekonomis, teknis, dan
lingkungan apabila dalam pemberiannya telah memperhitungkan besar
kecilnya cadangan P dalam tanah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu fosfat dan peranannya bagi tanaman padi sawah ?

2. Bagaimana cara penetapan rekomendasi pemupukan fosfat ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hara fosfat dan peranannya bagi tnaman padi .

2. Untuk mengetahui penetapan rekomendasi pemupukan fosfat.

2. Metode dan Hasil

2.1 Metode

Fosfat (P) merupakan unsur penting dalam pembentukan adenosin


triphospate (ATP) yang berperan penting dalam proses penyimpanan dan
transfer energi maupun proses metabolisme tanaman (Dobermann dan
Fairhurst 2000). Hara P sangat diperlukan oleh tanaman padi, sebab dalam
proses awal pertumbuhan, berfungsi dalam memacu permbentukan akar dan
permbanyakan jumlah anakan. Selain itu, P berfungsi mempercepat proses
pembungaan dan pematangan gabah.

Namun ada masalah yang perlu diketahui bahwa sebagian besar P baik
yang berada di dalam tanah maupun yang ditambahkan sering berada pada
keadaan yang tidak tersedia bagi tanaman, walaupun keadaan tanahnya sangat
baik. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan sebagai penduga
besarnya cadangan hara dalam tanah, antara lain melalui :

(1) Analisis kimia tanah di laboratorium, merupakan salah satu cara untuk
mengetahui berapa takaran pemupukan yang dapat diberikan ke suatu
tanaman atau tanah. Setyorini (2004) membagi tahapan ini menjadi tiga
tahapan , yaitu (i) studi korelasi untuk mengetahui metode ekstraksi terbaik
dalam analisis tanah, (ii) studi kalibrasi untuk mengetahui batas kritis suatu
hara terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, (iii) penyusunan rekomendasi
pemupukan untuk beberapa jeni tanaman pada jenis tanah tertentu.

(2) Perangkat sederhana Uji Tanah Sawah (Soil Test Kit), merupakan alat
bantu analisis kimia yang cepat, mudah, relatif akurat, dan sederhana untuk
penetapan unsur pH, nitrat (NO3+), amonium (NH4-), fosfor (P) dan kalium (K)
di lapang (Widowati 2004). Namun alat ini diarahkan untuk penetapan
kandungan P dan K dalam tanah. Adapun cara kerjanya , yaitu : (i)
mengambil contoh tanah seberat 0,5 gram ke dalam tabung reaksi, (ii)
menambahkan pereaksi P1 sebanyak 3 ml, (iii) menambahkan pereaksi P2
sebanyak satu sendok kecil , lalu dikocok hingga larut, (iv) lalu didiamkan
hingga kurang lebih selama 10 menit, hingga tanah mengendap, dan (v)
membandingkan warna yang tampak pada cairan jernih dengan dengan
bagian warna standar untuk menentukan status P tanah, rendah, sedang, atau
tinggi.

(3) penilaian tanggapan tanaman terhadap pupuk dengan metode petak omisi,
Abdulrachman et al. (2002) mengartikan petak omisi sebagai petak kecil yang
ditanami padi tanpa penggunaan satu jenis pupuk tertentu tetapi tanaman
dikelola secara optimal, sehingga kemungkinan terjadinya kendala
pertumbuhan yang disebabkan oleh faktor selain hara yang tidak diberikan
dapat dihindari. Rekomendasi pemupukan berdasarkan metode petak omisi
mengikuti prinsip hara yang diberikan hanya untuk menutupi defisit antara
yang diperlukan tanaman dengan pasokan hara alami di tanah. Hasil panen
pada petak omisi dapat digunakan sebagai indikator besarnya cadangan
pasokan hara dalam tanah sawah tanpa harus melakukan analisis tanah.

Dengan mengetahui hasil dari beberapa metode tersebut , potensi


penyediaan hara dan pemberian pupuk P dapat diperkirakan dengan baik.
2.2 Hasil

2.2.1 Analisis Tanah

Dalam penggunaannya , Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan


Agroklimatologi telah membuat peta unsur hara dengan mengekstrak tanah
dengan HCl 25 % menggunakan skala 1 : 250.000 dan 1 : 50.000. Pada setiap
tanah dengan skala 1 : 250.000 menunjukan bahwa setiap sampel tanah
mewakili wilayah seluas 625 ha untuk keperluan penetapan status unsur P.
Sedangkan pada peta dengan 1 : 50.000 mewakili daerah seluas 125 ha . Pada
status hara terdiri atas 3 warna , yaitu merah, kuning, dan hijau. Setiap warna
tersebut menunjukan kandungan P pada setiap sampel, yaitu merah berarti
rendah, kuning berarti sedang, dan hijau berarti tinggi .

Peta dengan skala yang lebih kecil dijadikan sebagai bahan acuan untuk
pengadaan dan pendistribusian pupuk P , sedangkan peta dengan skala yang
besar digunakan untuk memberikan pengrekomendasian untuk pemupukan.
Namun metode ini masih dirasa kurang efektif dan dibutuhkan metode
pendukung lainnya.

Gambar 1. Contoh peta status P pada provinsi Jawa Tengah


2.2.2 Perangkat Uji Tanah Sawah

Dalam penerapan PUTS , dapat ditetapkan pengrekomendasian pupuk


SP36 untuk tanaman padi sawah adalah apabila status P rendah maka
pemberian pupuk yang harus diberikan adalah 100 kg/ha , 75 kg/ha untuk
status P yang sedang, dan 50 kg/ha untuk status P yang tinggi. Seluruh pupuk
P diberikan setelah pemberian pupuk dasar dan bersamaan dengan pemberian
pemupukan N pertama.

2.2.3 Metode Petak Omisi

Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa metode petak omisi


digunakan untuk menduga besarnya cadangan unsur P tanpa harus
menganalis tanah sebelumnya .

Dalam pemberian rekomendasi P pada metode ini dapat berneda


antarlokasi tergantung dari cadangan unsur P pada tanah sesaat
digunakan. Dan keperluan akan kebutuhan haranya pun berbeda,
tergatung dari tingkat hasil yang dicapai.

Dapat dilhat dari tabel bahwa pemberian dosis P tergantung pada


hasil target yang dicapai, sesuai dengan kebetuhan tiap lokasi.
3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Dalam mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimal , tanaman


padi memerlukan unsur hara dengan jumlah yang cukup atau tidak
kekurangan dan juga berlebihan. Pemberian pupuk bertujuan untuk
menambah kekurangan akan jumlah hara, namun pemberiannya pun harus
tepat takarannya agar hasil yang didapat juga efisien. Adapun metode yang
dapat digunakan dalam penetapan takaran P pada tanaman padi sawah, yaitu
analisis tanah, perangkat uji tanah sawah, dan metode petak omisi. Ketiga
metode ini sangat berkaitan erat satu sama lain agar mendapat hasil yang
maksimal.

3.2 Saran

Praktikan harus melakukan ketiga metode ini untuk mendapatkan hasil


yang maksimal. Hasil akan kurang vakid jika hanya menggunakan salah satu
metode saja.

Daftar Pustaka

Abdurachman, S. 2002. Pengembangan Metode Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi


pada Padi Sawah dalam Prosiding Pengelolaan Hara P dan K pada Padi
Sawah. Puslittanak. Bogor. P 35-38

Adiningsih, S. J.S Moersidi, M. Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1989. Evaluasi


Keperluan Fosfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Prosiding
Lokakarya Nasional Efesiensi Penggunaan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah.
Bogor. P 63-89.
Dobermann, A and T, Fairhurst. 2000. Nutrient Disorders and Nutrient
Management. IRRI and Potash & PPI/PPIC. Manila. Philipina.

Setyorini, D. 2004. Peran Uji Tanah dalam Penyusunan Rekomendasi Pemupukan.


LPI dan APPI. Jakarta.

Widowati, L.R. 2004. Pengenalan Perangkat Uji Tanah Untuk Analisis Cepat
Kandungan P dan K Tanah. LPI dan APPI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai